BAB 15 : Gangsing ....

8 1 0
                                    

Ibu Ilana memiliki struktur wajah klasik Jawa, dihiasi tato aksara Jawa di bagian belakang lehernya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ibu Ilana memiliki struktur wajah klasik Jawa, dihiasi tato aksara Jawa di bagian belakang lehernya. Juni mencoba tersenyum, dan tak disangkanya, senyum Ibu Ilana jauh lebih indah dari yang ia bayangkan.

Berlatar belakang sebagai lulusan Institut Tari, Ibu Ilana berhenti menari setelah diterima bekerja sebagai pewara di sebuah perusahaan televisi. "Hidup menjanda lebih leluasa daripada harus dimadu para lelaki," begitulah ucapan yang sering terlontar darinya.

Untungnya, waktu pulang keempat murid tadi telah tiba. Juni pun leluasa untuk berkenalan dengan Ibu Ilana. Meskipun terkesan santun, perempuan itu berbicara dengan cukup lugas.

"Saya ingin belajar tari Jawa, Bu. Tapi, saya ingin melepaskan gerakan dinamis," ujar Juni.

"Panggil saya Kak Ilana. Jangan Ibu. Saya belum menjadi ibu," sahut Ibu Ilana.

"Baik, Kak Ilana."

"Jadi, kamu mau belajar tari Jawa? Perlu diingat bahwa semua gerakan memiliki pakemnya sendiri. Tidak ada yang bisa seenaknya. Kenapa kamu mau belajar menari?"

Pertanyaan Ibu Ilana yang cukup tegas membuat Juni terdiam sejenak. Ia membutuhkan waktu untuk menenangkan diri dan bernapas dengan tenang sebelum menjawab.

"Kami baru pindah ke Cimahi. Sekarang kami tinggal di rumah yang ada pendopo khusus menari. Saya lulusan Institut Seni, waktu kuliah saya belajar menari kontemporer. Tapi sekarang saya ingin sekali bisa menari jawa."

Belajar menari bersama Kak Ilana ternyata tidak semudah yang dibayangkan Juni. Dia melihat betapa ketatnya Kak Ilana dalam menyeleksi setiap muridnya. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui.

Pada tahap pertama, Kak Ilana akan menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang latar belakang sang murid. Dia ingin mengetahui tentang orang tua? Asal-usul? Apakah memiliki darah Jawa? Apa motivasi mereka untuk belajar menari Jawa? Banyaknya pertanyaan ini membuat Juni nyaris pasrah.

Juni mengamati dengan serius setiap gerakan Kak Ilana. Kak Ilana meminta setiap muridnya, termasuk Juni, untuk mengikuti gerakannya. Kak Ilana adalah orang yang cukup realistis. Dia akan menganjurkan muridnya untuk memperkaya bidang lain selain menari, karena tidak semua orang harus menjadi penari. Mereka bisa saja menjadi pelukis atau penata busana.

Kak Ilana mengangguk melihat gerakan Juni yang nyaris sama persis dengan apa yang dia contohkan. Kabar baik itu disampaikan langsung, dan Juni merasa bahagia mendengar dirinya lulus.

Kritik yang tegas dari Kak Ilana membangun semangat Juni untuk melatih gerakannya. Kak Ilana mengecek setiap kesalahan muridnya dengan detail.

"Juni, kamu memiliki tenaga yang besar. Saat menari, kamu terlalu bersemangat dan emosimu meluap-luap. Tapi, ingat bahwa setiap emosi harus dikendalikan. Kamu harus bisa mendengar suara gamelan yang indah. Biarkan gamelan itu merasuki dirimu," ujar Kak Ilana.

"Tarian Jawa klasik itu bukan lamban, tapi gemulai," tambah Kak Ilana, sebelum Juni melepaskan selendangnya.

Juni mulai memahami, semua gerakan dalam tarian Jawa klasik mengajarkannya untuk bersabar dan bertutur lembut.

Nirmala : Gamelan Ayu Banowati [End✓]Where stories live. Discover now