17. New House

2K 212 70
                                    

Setelah seminggu berada di apartemen dan berkemas, Geewoni resmi pindah untuk tinggal di rumah suaminya. Dia harus memulai kehidupan barunya, wanita itu menatap lalu lintas dari jendela mobil, kemudian melihat siluet suaminya dari jendela itu juga. Ia tersenyum, merasa semua hal sedang baik-baik saja.

Setibanya di rumah, Suhyeon menurunkan dua koper besar milik Geewoni. Isinya hanyalah pakaian-pakaian, skincare haircare bodycare, makeup, beberapa buku dan semua yang berkaitan dengan perempuan. Well, she's a woman. Hanya keperluannya sehari-hari, barang-barang rumahan tetap pada apartemennya. Sesekali ia akan mengunjungi tempat berharga tersebut, karena sebenarnya jaraknya tidak jauh dari tempatnya bekerja.

Wanita itu membawa tas jinjing pada tangannya, keduanya masuk ke dalam rumah, “Kau mau langsung istirahat?” Suhyeon menawarkan, Geewoni menggeleng, “Aku mau menyapa mama dulu.” Suhyeon mengusap lengannya, alisnya mengisyaratkan pergilah.

Geewoni berhenti di dapur, ia melihat Haneul bermain mobil-mobilan pada meja makan, sedangkan ibu mertuanya sedang memasak sesuatu.
Atensi bocah itu teralihkan melihat ibunya datang, “MOM!” ibu mertuanya turut menoleh.

Bocah itu buru-buru turun dari kursinya, lalu memeluk kaki Geewoni dengan senyuman paling tulus di dunia. Geewoni mengelus rambut bocah tersebut, kemudian duduk berlutut dan memeluk anak itu.

“Aku tidak menyangka.” katanya, Geewoni mengernyit, “Apa?”

“Ma’am jadi mamaku. Terima kasih.”

Mata Geewoni menggenang, ia memeluk erat bocah tersebut. Meskipun Haneul tidak pernah secara gamblang mengatakan ingin Geewoni menjadi ibunya, Geewoni tau bahwa Haneul mendambakannya sebagai seorang ibu. Bukan sekedar guru.

“Ayo makan!” ibu mertuanya mengingatkan. Geewoni buru-buru mengusap ujung matanya, lalu membantu Haneul duduk di kursi, begitu juga dia duduk di sampingnya.

Ibunda Suhyeon menyajikan telur dadar dan nasi goreng di meja makan, lalu menyajikan selada dan sepiring sosis. Wanita itu masih terlihat cantik walaupun sudah berumur setengah baya. Rambutnya disanggul di belakang dan masih menggunakan celemek masak.

Wanita itu hendak menyuapkan sesendok makanan untuk Haneul, namun Geewoni menahan tangannya, “Biar aku saja, kalau diizinkan.”

Ibu mertuanya mengangguk, menyerahkan piringnya pada sang menantu. Haneul menatap ibunya, “Mom benar-benar akan menyuapi aku? Setiap saat?”

Geewoni melirik ibu mertuanya, meminta pertolongan, wanita tua itu tersenyum dan mengelus kepala cucunya. “Kalau mamamu tidak sibuk, dia akan menyuapimu.”

Haneul melirik neneknya dengan senyum mengembang pada wajahnya, lalu menerima suapan dari ibunya.

“Apa Haneul punya alergi?” Geewoni bertanya, mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan. Mertuanya menggeleng, “Untungnya tidak ada. Dia tumbuh dengan baik tanpa merepotkan kami.”

Geewoni mengangguk paham, sebagai seorang wanita yang tiba-tiba menjadi ibu dari anak usia lima tahun, dia perlu banyak belajar. Meskipun ia adalah guru TK, pengalaman menjadi seorang ibu sungguhan akan lebih berat untuknya.

“Geewoni, menjadi ibu itu tidak mudah. Ada kalanya kau akan lelah dengan tingkahnya, aku harap kau akan selalu berada di sisi Haneul.”

“Kau disini? Aku mencarimu dari tadi.” Suhyeon menarik kursi, lalu duduk bersama mereka.

“Ayah mertua dimana, Bu?” Geewoni bertanya, karena dia tak melihatnya dari tadi.

“Dia pergi memancing. Umurnya saja sudah tua, kelakuan masih sama seperti 30 tahun yang lalu.”

Blissful of Renewal | soohyun jiwonWhere stories live. Discover now