[3] Mas Farhan

68 1 0
                                    

Chapter 2 disensor

Eliza sudah membereskan pigura foto pernikahan yang berantakan itu, kini memandangnya dengan wajah yang sendu. Pria di sana, Farhan, tampak tak tersenyum ke arah kamera sementara dirinya tentunya kelihatan bahagia.

Ia membersihkan kaca baru yang mengganti pigura itu, sebelum akhirnya meletakkannya kembali ke tempat. Membaca zikir, ia keluar dari kamar.

Eliza melakukan aktivitas seperti biasa lainnya, ia bersih-bersih, mencuci pakaian, menjemur, dan kegiatan ala ibu rumah tangga lain. Tak lupa juga ia salat, mengaji dengan suaranya khas dan merdu, hingga akhirnya sore tiba. Sebelum salat Magrib, ia menyiapkan makanan, menunggu kepulangan suaminya ....

Namun Farhan sama sekali tak datang bahkan hingga salat telah ditunaikan.

"Mas lembur sepertinya," kata Eliza, berusaha menghibur diri dari rasa khawatir yang hinggap di dirinya. Wanita itu terus berzikir seiring kegiatannya, menunggu Farhan pulang.

Salat Magrib terlewati, sebentar lagi Isya, makanan yang belum ia sentuh begitu dingin sekarang.

"Mas, semoga gak lupa makan malam ...."

Tok! Tok! Tok!

Mendengar itu, Eliza buru-buru menuju keluar menghampiri pintu depan yang diketuk seseorang.

"Assalamuallaikum, Bu! Permisi!" kata suara di sana, mengenal pemiliknya Eliza langsung membukakan pintu.

"Waallaikumussalam. Pak RT. Eh astaghfirullah ... Mas Farhan." Eliza menatap suaminya yang tak sadarkan diri dibopong beberapa warga yang ada, pria itu benar-benar berantakan. "Ma-Mas Farhan kenapa?"

"Dia ditemuin warga di rumah kosong, kayaknya mabuk berat soalnya ... ada beberapa botol minum di sana." Mata Eliza membulat sempurna, ia menutup mulutnya syok.

"Ya-ya udah, Pak. Tolong bantu bawa ke kamar!" Pak RT dan para warga pun membopong Farhan masuk menuju kamar, menidurkan pria itu ke kasur.

Eliza duduk di samping tempat tidur, menyeka kening suaminya yang basah akibat keringat. "Astaghfirullahalazzim, Mas ...."

Farhan mengerjapkan matanya, tetapi langsung mengernyit. "Nggh ...." Hanya lenguhan keluar, sebelum akhirnya Farhan tertidur lagi.

"Mas." Eliza menatap miris suaminya, kemudian ke arah pria-pria yang masih setia menunggu. "Mm ... Bapak-Bapak, makasih banyak udah tolong suami saya."

"Iya, Bu, sama-sama. Kalau gitu kami permisi dulu, ya."

"Eh, sebentar, Pak." Eliza menuju ke dapur, mengambil rantang dan mulai mengisinya dengan makanan, sebelum akhirnya menuju ke depan di mana ada Pak RT dan pria-pria lain di sana. Ia menyerahkan itu ke mereka. "Ini, Pak, tanda terima kasih saya."

"Ah, terima kasih banyak, Bu! Terima kasih!"

"Kita sama-sama, Pak." Eliza tersenyum hangat.

"Ya udah, kami permisi, assalamuallaikum!"

"Waallaikumussalam!" sahut Eliza, ia memperhatikan pria itu yang mulai berjalan menjauh sebelum akhirnya ia menutup pintu rumah.

"Kasian, ya. Wanita secantik dan sebaik Neng Eliza dapat suami bebal kek gitu. Astaghfirullah ...."

"Emang, sih, dia orang kaya, ganteng pula ... tapi akhlaknya ...."

"Eh, kalian jangan suka ghibahin orang!" tegur Pak RT, menatap pria-pria yang merumpi itu kesal. "Sana, balik lagi ngeronda sana, nih makan nih!" Ia menyerahkan rantang ke mereka, sebelum akhirnya berjalan menjauh.

"Eh, makasih Pak RT! Pak RT gak makan?"

"Enggak, kalian aja, hak kalian yang nemuin dia. Jangan lupa balikin rantangnya pas udah dibersihin!"

Cerita ini tersedia di
Playbook: An Urie
Karyakarsa: anurie
Dan bisa dibeli di WA 0815-2041-2991

Pengasuh Duda [21+]Where stories live. Discover now