Chapter 19: First introduction.

2 2 0
                                    

Suara sepatu kaca yang Alice gunakan kini terdengar dengan sangat nyaring saat ia menginjak kan kakinya masuk kedalam balkon aula.
Saat Alice sudah berada di dekat pembatas balkon aula, ia kini dapat melihat dengan jelas dimana semua mata hanya tertuju padanya seorang.

Glek'

Alice mulai menelan salivanya kesat dan mulai menghembuskan napas untuk menenangkan kegugupannya.
Sembari melakukan cursty untuk menghormati seluruh bangsawan yang hadir disana, Alice lalu memulai perkenalannya.

"Perkenalkan, nama saya... Alice Achilles."

Hening.

Tidak ada seorang pun yang membuka suara, sampai akhirnya... sebuah suara tepukan tangan terdengar dari tengah-tengah aula.
Alice lalu kembali menegakan tubuhnya dan melihat Ashley disana yang tengah bertepuk tangan seorang diri.

"Senang bertemu dengan mu Alice!" seru Ashley lantang yang membuat beberapa bangsawan langsung tersadar dari lamunannya dan mulai ikut bertepuk tangan.
Riuh tepuk tangan kini mulai terdengar diseluruh penjuru aula yang memiliki luas yang tidak terhitung itu, Alice perlahan tersenyum dan menghembuskan nafas lega jika perkenalannya tadi tidak kacau.

"Nona Alice, mari."

Sebuah suara dengan intonasi lembut seketika membuat Alice langsung menolehkan kepalanya.
"Knill?!" Kejut Alice sedikit berbisik karena terkejut dengan intonasi suara Knill yang tidak biasanya.

"Mari turun nona," ajak Knill mengabaikan keterkejutan Alice.

Walaupun Alice masih terkejut dengan perubahan Knill yang tiba-tiba, akan tetapi ia langsung mengiyakan ajakan Knill dan turun dari balkon.
Entah mengapa, tapi perasaan Alice merasa tidak nyaman berada disana lama-lama.

Alice lalu berjalan menuruni tangga bersama Knill dan saat sampai di lantai aula, Alice langsung berhadapan dengan Ashley yang tersenyum lebar padanya.
"Perkenalan yang bagus Alice," puji Ashley sembari mengusap lembut kepala Alice.

"Terimakasih yang mulia," balas Alice terlihat senang.

"Permisi, halo nona Alice," sapa Artedev sembari tersenyum.

"Ah- oh... halo," jawab Alice membalas sapaan Artedev.

Artedev kemudian tersenyum saat Alice membalas sapaannya. "Perkenalkan nama saya Arthur Von Artedev, saya kepala keluarga dari duke Artedev, senang dapat bertemu dengan Anda" ucap Artedev sembari tersenyum.

"S-saya Alice Achilles," balas Alice gugup.

"Ooh... saya tidak menyangka jika para dewa dan dewi masih memiliki belas kasih pada dunia Emris ini dengan mengirimkan Anda sebagai penyihir cahaya," jelas Artedev yang terdengar memuja Alice.

"A-anda terlalu berlebihan," kilah Alice cepat, merasa gugup dengan pujian berlebihan tersebut.

"Iya, kau terlalu berlebihan Artedev, sampai-sampai terlihat dengan jelas apa niatmu," timpal Ashley dengan nada tersirat kekesalan.
"Oh? yang mulia putri maaf jika saya lancang, saya tidak tahu jika Anda ada disini," jawab Artedev lalu memberi hormat kepada Ashley.

"Padahal jelas-jelas aku sudah berdiri disini sedari tadi," gerutu Ashley kesal, namun ia tetap mempertahankan senyumnya pada Alice yang kini menatapnya bingung.
"Mari nona, saya akan mengantar Anda ke tempat makanan tersaji," ajak Knill sembari menggenggam tangan Alice dan membawanya ke tempat makanan disediakan.

"Apakah tidak apa-apa meninggalkan yang mulia putri Ashley dengan tuan Artedev?" tanya Alice.

"Bahkan tanpa kehadiran kita, yang mulia putri dapat mengusir tuan Artedev dengan tenang," jawab Knill yang membuat Alice semakin bingung.
"Apa maksudmu Knill? Kenapa yang mulia putri mengusir tuan Artedev?" tanya Alice yang masih penasaran itu.

"Anda tidak perlu memikirkannya nona, itu adalah urusan orang dewasa." Knill kemudian mempersilahkan Alice untuk duduk disalah satu kursi kosong.

"Terimakasih," ucap Alice lalu duduk dikursi yang disediakan oleh Knill.

"Anda ingin makan sesuatu?" tawar Knill.

"Hm... apa saja memang yang ada disini?" tanya Alice sembari menatap meja prasmanan yang tergelar panjang di depan sana.
"Ada makanan berat dan ringan, ada juga kue dan es krim," jelas Knill menjawab.

"Hm... kalau begitu aku mau kue dan sup jagung saja," ucap Alice.

"Baik, tolong tunggu sebentar." Knill lalu pamit pergi untuk membawa hidangan yang diminta oleh Alice.
Selama Alice menunggu, ia melihat beberapa bangsawan yang bercengkrama bahkan ada juga yang menatapnya secara terang-terangan.

Alice tahu jika ia adalah penghuni asing dan baru terjun kedalam dunia mereka, maka dari itu Alice masih merasa belum nyaman dengan lingkungan baru ini.

"Hey!" Panggil seseorang tepat di samping Alice.

Alice seketika tersentak kaget dan langsung menoleh kearah sosok yang memanggilnya.
"Eh? Siapa?" tanya Alice sembari menatap kearah sosok lelaki yang mungkin berumur 15 tahun? lelaki tersebut memiliki rambut perak yang diikat ponytaill dan bernetra cyan juga... memiliki wajah rupawan.

"Kau mau berdansa dengan ku?" tawar lelaki itu.

"D-dansa?" beo Alice tidak menduga dengan ajakan lelaki tersebut.

"Iya, sebentar lagi lagu pertama akan diputar, kau mau berdansa dengan ku?" tanya lelaki itu.
"Maaf tapi... kemampuan berdansa ku masih kurang," jawab Alice menolak dengan halus.

"Tidak apa, aku akan memandumu, kau mau, kan?" tawar lelaki itu lagi sembari menatap Alice dengan tatapan antusias.
Sebenarnya Alice sudah diajari banyak tentang materi berdansa oleh Clara. Namun karena Alice tipe murid yang susah menghapal sesuatu, makanya ia tidak terlalu mahir melakukannya.

"Kalau begitu, maaf jika aku menginjak kaki mu," ujar Alice sembari menerima uluran tangan lelaki itu yang baru saja mengulurkan tangannya.

"Tenang saja," jawab lelaki itu sembari tersenyum manis.

Pipi Alice sedikit merona saat melihat senyuman lelaki tersebut, bahkan Alice baru menyadari jika telinga lelaki itu berukuran panjang dan runcing yang menandakan jika ia dari... bangsa Elf.

Alice dan lelaki itu kini sudah berada dilantai dansa, kemudian mereka pun saling memberi hormat.

Instrumen musik kini mulai terdengar merdu dan Alice juga lelaki tersebut mulai berdansa dengan tempo lambat.
Ralat, lelaki itulah yang sengaja membuat tempo lambat untuk membuat Alice tidak terlalu kesusahan menyamai ritme musik dan gerakannya.

"S-sudah kuduga aku memang tidak mahir," gumam Alice yang masih dapat didengar oleh lelaki tersebut.

"Sekarang berputarlah," bisik lelaki itu saat gerakan selanjutnya dansa mereka adalah dengan Alice berputar.
Alice lalu kemudian berputar sehingga gaun yang ia kenakan kini terlihat terhempas dengan pelan dan terkesan anggun.

"A-aku lancar," kejut Alice tidak menyangka jika gerakannya akan semulus itu saat berputar.

"Aku kan sudah mengatakannya padamu tadi," jelas lelaki itu sembari tersenyum.
"I-iya..." balas Alice terlihat kembali terpesona dengan senyuman lelaki itu.

Akan tetapi... walaupun ia terpesona dengan senyuman lelaki itu. Alice merasakan ada aura aneh yang terpancar dari anak lelaki itu, semacam... sebuah tipu muslihat?

"Siapa nama mu?" tanya Alice saat dansa mereka telah selesai.
lelaki itu kemudian mencium punggung tangan Alice dengan lembut.

"Aku... Virion De Asher, pangeran ke 4."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next.

The Secret Witches: Last StarlightWhere stories live. Discover now