(UPDATE SETIAP RABU DAN SABTU)
Asia ─ aktris ternama, tidak percaya kisah cinta.
Benua ─ pewaris utama, percaya banyak perasaan baiknya disimpan saja.
Bagi Asia, setiap hari adalah skenario baru yang mesti ia perankan. Seisi dunia adalah bagian dari...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ada banyak hal tidak menyenangkan terjadi selama proses syuting. Bentakan sutradara, berdebat dengan lawan main, adegan berulang sampai lelah, sampai kesehatan menurun dan masuk rumah sakit. Namun, apa yang terjadi di antara ia dan Sagara adalah hal langka.
Dia adalah satu-satunya lawan main yang menjatuhkan tamparan di wajah Asia.
Sejak awal, Asia selalu merasa konyol kalau dipaksa mengingat alasan Sagara mengajaknya jalan berdua saja di jalan-jalan kecil Beacon Hill. Memperkuat kemistri. Tidak ada yang mengomentari koneksi mereka di layar, Asia dan Sagara sama-sama berbakat bersandiwara. Tampak seperti pasangan paling bahagia di dunia bukan masalah besar. Akan tetapi, Asia menerima tawaran itu gara-gara merasa bosan ke mana-mana bersama banyak orang. Ia bisa mengabaikan celetukan Sagara, memfokuskan diri melihat-lihat sekitar.
Batu bata merah bangunan-bangunan di sepanjang jalan kecil itu sudah agak kusam, tetapi kesan yang ditimbulkan justru menarik dipandang. Kombinasi dengan bingkai pintu dan jendela putih gading, juga tanaman-tanaman kecil tampak cantik. Asia tak bisa menghentikan diri melihat ini dan itu.
"Asia, lo dengar ucapan gue nggak?"
Asia berhenti memperhatikan daun-daun kekuningan yang jatuh di jalanan. "Kenapa?"
"Aduh, masa gue ulang, sih?"
"Sorry, boleh diulang nggak?"
Sagara memasukkan tangan ke saku jaket, menghela napas sebelum berkata, "Gue ngasih lo penawaran menguntungkan."
"Penawaran?" Selain jadi aktor, setahu Asia, Sagara suka jual beli mobil vintage. Pikirannya segera tertuju pada bisnis sampingan tersebut.
"Ya. Selain bisa bantu promosiin film ini, karier lo juga bisa makin meroket."
"Gimana?"
"Lo ngerasa nggak, popularitas lo menurun?"
Apa ukuran penilaian yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan Sagara itu? Pengikut di media sosial? Peringkat namanya pada aktris paling dicari di internet? Jumlah film atau proyek modelling yang Asia ambil?
Sejujurnya, Asia tak banyak menaruh perhatian pada kepopulerannya sebagai public figure. Jika mau realistis, seseorang tidak bisa jadi artis terkenal nomor satu terus menerus. Munculnya nama baru, naik turun perhatian yang didapat tergantung hasil film dan pekerjaan, berubahnya opini publik. Berdiri sendiri di puncak itu mustahil.
"Nggak begitu mikirin itu." Asia menanggapi dengan jujur.
"Really? Aware dengan status lo itu penting."
Tawaran main film dan modelling-nya terus berdatangan. Selama masih diinginkan banyak pemegang proyek, Asia tak pernah khawatir. Itu berarti orang-orang masih ingin melihatnya di berbagai media.
"Setuju, tapi gue nggak notice apa-apa soal turunnya popularitas atau hal semacam itu."
Sagara berdecak beberapa kali, mungkin kecewa Asia tidak sepemikiran dengannya. "Masa mau sia-siain kerja keras lo buat sampai di titik ini?"
