[5] Mendadak Suami

66 1 0
                                    

"HAH?!" pekiknya tertahan menyadari ini bukan kamarnya. "HAH?!" Pekikan kedua karena melihat kasur serta bajunya. "HAH?!" Pekikan ketiga karena ia sadari ia di mana.

Matanya menatap ke cermin, memantulkan seorang pemuda berpakaian kaus oblong biru muda bertuliskan 'Mommy's No. 1 Baby' di sana serta celana pendek. Semua di sekitarannya serba mewah dan dirinya kelihatan bersih dan rapi walau pucat dan berkeringat dingin.

"Mimpi!" Ia menampar pipinya sendiri, keras hingga memerah. Rasa sakit pedas di sana begitu terasa. "Mustahil ... mustahil banget nyata ...."

Brendon menatap sekitaran kamar minim perabot itu, kemudian di sampingnya di mana ada posisi kosong di sana. Ia membayangkan dirinya, malam itu, bersama sang aktris besar yang tengah ....

"HAH?!" Ia memegangi kepalanya, frustrasi.

Suara pintu diketuk mengagetkan Brendon, ia menatap ke sumbernya. Tak lama kemudian, suara lain terdengar. "Tuan, Anda sudah bangun? Sarapan sudah siap ... Nyonya Kaianna menunggu."

"Kaianna ...." Brendon bergumam pelan. "Ini beneran nyata? Ini beneran ...." Brendon membungkam mulutnya yang siap berteriak, ia harus mengendalikan diri. "Oke ...." Ia meyakinkan diri sebelum akhirnya menatap sekitaran.

Menemukan jendela, dengan langkah tanpa suara dan hati-hati ia menghampiri ke arah sana, ia membuka tirai transparan itu dan menemukan jendela di sana.

Dengan perlahan, ia membuka jendela itu.

"Tuan." Ketukan serta suara itu sempat mengagetkannya, membuatnya berhenti sejenak, sebelum akhirnya meneruskan niat. Jendela terbuka, aroma luar memasuki hidung, dan hamparan rumput hijau luar biasa luas di bawah sana terpampang di depan mata.

Brendon memperhatikan sekitar, sepi.

Ia lalu menatap seisi kamar lagi, dan matanya tertuju pada selimut yang ada. Dengan cerdiknya, ia mengikat selimut itu menjadi tali, kemudian menyambungnya dengan selimut lain yang ia temukan di satu-satunya lemari yang ada, sampai menjadi tali-menali.

"Ah, oke."

"Tuan." Suara sosok di luar terdengar menyerah, sebelum akhirnya suara langkah menjauh terdengar. Brendon tersenyum lebar.

Pelayan itu menjauh menuju dapur dengan begitu ketakutan, menghadap Kaianna yang duduk di kursi dengan meja penuh makanan dan di bawah penjagaan. Menemukan keberadaan sang maid, tanpa perlu menatapnya dengan angkuh wanita itu berkata, "Mana Brendon? Masih tidur?"

"Sa-saya berusaha membangunkannya, Nyonya, ta-tapi ...."

Kaianna memutusnya. "Huh ... dia main berat malem tadi, wajar saja. Ayo, gendong dia!" Ia berdiri dari duduknya dan melangkah, di mana penjaganya kemudian mengekori.

Sesampainya di kamar, tanpa babibu Kaianna membuka pintu. Namun siapa sangka, tak ada seorang pun sosok di sana, ditambah kamar berantakan disertai jendela yang terbuka. Mata cokelat gelap wanita berambut panjang hitam itu memicing tajam, penuh amarah.

"Pagari besi jendela itu!" perintahnya, dan mereka mengangguk.

Dan keluar dari kamar tersebut, terlihat para penjaga yang memegangi Brendon yang meronta menghadap Kaianna.

"Lepasin saya! Lepasin!" Brendon meronta keras.

Plak!

Dan langsung terdiam seketika karena tamparan pedas di pipinya tersebut. Ia menatap Kaianna yang begitu dingin memandangnya.

"Lepaskan dia." Mendengar kalimat tersebut, para penjaga langsung melepaskan Brendon yang masih syok, dan setelahnya Kaianna memeluknya lembut. "Ayo kita sarapan, Baby."

Ia semakin syok.

Dalam benaknya berkata, "Wanita ini sudah tidak waras!"

Cerita ini tersedia di
Playbook: An Urie
Karyakarsa: anurie
Dan bisa dibeli di WA 0815-2041-2991

Pengasuh Duda [21+]Where stories live. Discover now