Bab 6- Kau Harus Datang

14 4 0
                                    

Bising suara knalpot diiringi dengan helaan berasal dari pria berambut hitam kecoklatan yang menunggu di dekat pintu masuk masih menggantung tanda 'open'. Detak jarum jam dinding entah kenapa jauh lebih lantang terdengar dari biasanya. Derit pintu dibuka dari pintu lain di bagian belakang mengalihkan perhatian pria dewasa itu dari pintu kaca yang menghadap jalanan.

"Mau dibuka sampai pagi?" tanya pria yang memakai kacamata bertengger di hidung mancungnya sembari menuruni tangga kecil.

"Sepuluh menit lagi, siapa tahu dia benar datang."  Pria di dekat pintu masuk berbalik separuh badan sembari memegang mug.

"Pak Juan mengkhawatirkanmu karena kau baru saja baikan, Darryn. Tutup saja besok masih ada banyak waktu." Pria berkacamata itu menatap saudara kembar paling mudanya.

"Sebentar lagi, Silas."

"Baiklah, selamat malam." Pria berkacamata itu akhirnya menyerah dan kembali masuk ke bagian dalam bangunan.

Pria yang dipanggil Darryn itu menghela nafas tatkala di ujung penantiannya, hujan turun secara tiba-tiba dan sangat deras dan jalanan sudah jauh lebih sepi dari dugaannya. Darryn berbalik bersamaan dengan itu penerang bangunan redup termasuk lampu di bagian depan. Darryn baru saja hendak masuk ke ruangan di mana Silas tadi masuk, tetapi ia melihat sesuatu dari sudut matanya. Darryn berbalik keluar kembali dan membuka pintu kedai cokelat itu lebar-lebar, matanya tak terganggu sama sekali oleh deras hujan, justru rinainya membantu memberinya sensor meyakinkan diri bahwa di sana seseorang butuh bantuan!

Darryn reflek mengambil payung berwarna kuning dan putih, lalu berlari menembus hujan yang deras, kemudian mendatangi tempat seseorang berdiri di sana. Seorang wanita memakai stelan putih dengan pita besar menyimpul leher berdiri di bawah rinai hujan, Darryn reflek memberinya payung berwarna putih, wanita itu tak menolak, tetapi juga tak meraih gagang payung di depannya. Wanita itu menatap Darryn tanpa sepatah kata pun, lalu terjatuh ke depan pada dekapan Darryn yang bajunya ikut basah. Darryn melihat sekitar, pukul sebelas malam lebih dua belas menit dan tengah hujan deras pejalan kaki mana yang lewat? Hal itu menguntungkan Darryn mengangkat dengan mudah tubuh wanita pemilik golden ticket pertama hanya menggunakan lengan kirinya saja!

Darryn membiarkan dua payung yang berjalan sendiri di belakangnya menutup dan masuk ke pot payung di dekat pintu masuk secara ajaib, sebab dirinya sibuk membawa masuk wanita yang pingsan di dekat kedainya. Darryn menaiki beberapa anak tangga dan menoleh sejenak ke pintu kedai yang masih terbuka, benda yang menjadi akses keluar atau masuk kedai menutup sendiri seperti nasib payung-payung yang basah tadi. Darryn menaruh tubuh wanita berambut sepunggung itu di sofa panjang dan sibuk mengambilkan handuk kering, lalu mengusapkannya ke tubuh wanita cantik yang pingsan itu.

Jika tadi saat masuk wanita itu basah kuyup hingga ada tetesan-tetesan air hujan berjatuhan di lantai kayu kedai, kini lenyap hanya menyisakan kelembaban di tubuhnya yang berangsur menguap. Darryn sengaja tak melenyapkan luka di ujung bibir yang tampak baru saja tercipta itu, sebagai alasan untuk mempertanyakan kedatangannya yang Darryn sendiri sudah tahu jawabannya.

Darryn meninggalkan wanita itu di ruangan, sedangkan dirinya pergi ke dapur kedai membuat cokelat panas sekiranya bisa menghangatkan suhu tubuh si wanita. Darryn membuat dua mug cokelat panas dan membawanya ke ruangan di balik dapur kedai, wanita cantik itu mengerjab ketika Darryn menaruh mug cokelat panas di meja. Wanita cantik yang rambutnya tergerai basah itu bangun perlahan, Darryn membiarkannya meneliti ruangan dan pandangannya berhenti pada sosok Darryn yang menunggunya berkata sesuatu.

"Apakah ... aku tadi pingsan?" tanyanya menatap Darryn.

"Minumlah ini dulu biar badanmu hangat," ujar Darryn melangkah mendekat sembari memberikan mug berisi cokelat panas.

Sweven Where stories live. Discover now