[3] Mendadak Suami

62 1 0
                                    

"Ini, Nyonya." Ia menyerahkan Ipad ke wanita itu, dan ia mengecek isinya berupa profil biodata pria yang asyik ia mainkan rambutnya.

"Dua puluh tahun," kata Kaianna, manggut-manggut.

"Nyonya, mobilnya sudah siap," kata seseorang yang baru datang.

"Oke, bawa dia." Dengan tangan masih fokus pada layar digital itu dan dikawal para penjaga, Kaianna berjalan menjauh, sementara Brendon kini diangkat paksa oleh beberapa orang, memapahnya.

Mata pria itu terbuka dengan sayu merasakan gerakan itu, ia mengerjap-ngerjap menatap sekitaran yang berputar dengan mata menyipitnya sejenak hingga akhirnya semuanya sepenuhnya gelap kembali.

Dan ia terbangun lagi ....

Matanya masih kabur, Brendon mengerjap-ngerjap untuk mendapatkan fungsi matanya kembali, dan objek di hadapannya pun menjernih.

"Halo, Baby ... udah nyenyak tidurnya?" tanya sosok di hadapannya, wanita yang hanya memakai bra yang bisa Brendon rasakan duduk di atas ... bagian sensitifnya yang seketika tegang. Spontan, seluruh badannya ikut tegang dengan tatapan fokus ke wajah itu, sang aktris besar, Kaianna. "Jangan tidur lagi, oke? Ini malam pertama kita."

Kaianna mengusap pipi Brendon, kemudian menyugar rambutnya, sensasi merinding hadir di sana menambah sesak baik di pernapasan serta celananya.

Wajah wanita cantik itu kemudian mendekat ....

Semakin dekat ....

Akan tetapi, kala hampir hidung keduanya bersentuhan, suara perut yang keroncongan terdengar. Brendon bisa merasakan getaran-getaran itu di dalam perutnya dan Kaianna menjauhkan wajahnya dan menghela napas.

"Ah, bener, kamu lapar, gak mungkin punya tenaga buat malam pertama." Ia tersenyum lebar, turun dari badan Brendon yang begitu membeku dengan banyak pertanyaan di kepalanya, dan mendekatkan bibir ke mikrofon yang menempel di dinding. "Ambilkan makanan spesial."

Lalu, matanya beralih ke Brendon yang balik menatap Kaianna. Bedanya, Kaianna menatap santai sementara Brendon begitu horor.

"Kenapa kamu liatnya dari tadi begitu, sih? Aku bukan hantu, oke?"

Mulut Brendon megap-megap tanpa suara, ia menggeleng.

"Santai, tenangkan diri kamu, Baby. Oke?"

"Ini gak nyata!" teriak Brendon frustrasi, Kaianna mengangkat sebelah alisnya. "Ini ... ini ...."

"Hust, hust, hust ... gak nyata, ya?" Kaianna duduk lagi di atas badan Brendon, di tempat yang sama yang membuat napas pria itu seakan tertahan. "Ada rasa? Gak ada?"

Brendon meringis, ia kembali menggeleng. "Ini apa maksudnya ...?" tanyanya, nadanya parau.

Kaianna berdecak. "Kita, aku kamu, Brendon Estiawan, menikah pagi tadi, sumpah pernikahan di hadapan publik. Ini, malam pertama kita, dan seminggu lagi pesta pernikahan kita. Mengerti?"

Brendon malah menggeleng. "Saya ... saya pasti cuman mimpi ... mimpi ...." Ia meringis karena Kaianna dengan sengaja menekan badannya. "Ini cuman mimpi basah ...."

"Astaga, bocah ini!" Kaianna geleng-geleng miris. "Yah, bagian sumpah pernikahan kamu sempet pingsan, sih. Syukur cepet bangunnya, dan penjaga gerak cepat buat ngasih obat biar kehipnotis. Yah, it does not matter, right? Aku tau kamu gak inget itu karena, yah, efek samping obatnya ... tapi Intinya ... kamu suami aku sekarang."

Brendon menggeleng lagi, wajahnya kelihatan lebih tegas.

"Kenapa, masih gak percaya."

"Jika memang demikian ... saya rasa pernikahan ini sama sekali tidak sah."

Cerita ini tersedia di
Playbook: An Urie
Karyakarsa: anurie
Dan bisa dibeli di WA 0815-2041-2991

Baby Don't Kiss! [21+]Where stories live. Discover now