Chapter 27. Bertemu

382 49 9
                                    

Freya berhenti di suatu apartemen dengan jarak yang cukup jauh dari tempat tinggalnya. Apartemen yang berada di seberang dan masih sedikit penghuninya. Ia mengecek smartphone-nya dan melihat balasan pesan dari seseorang yang sepertinya mengajaknya ke tempat ini. Ia menghela nafas kemudian segera masuk ke dalam apartemen tersebut setelah memarkirkan mobilnya dengan benar.

Seorang gadis sudah menunggunya di depan lift lantai 3 yang dekat dengan kamar miliknya. Senyum terpampang halus menyapa Freya yang baru saja keluar dari lift.

"Hai, kamu akhirnya dateng", ucap Flora.

Ya, perempuan itu adalah Flora. Ia awalnya mengajak Freya ketemuan di bar dengan alasan bahwa Freya sempat menawarinya mengobrol bersama, sehingga ia menggunakan kesempatan itu untuk bertemu dengan orang yang sudah lama tak ia temui.

Flora mengeluarkan seluruh bir kaleng yang ada di kulkasnya ke atas meja ruang tamu, menyuguhi Freya dengan itu.

"Huft, berhenti minum alkohol"

Freya duduk di sofa empuk. Matanya menelisik tiap sudut ruangan apart Flora. Sampah berserakan dimana-mana. Kantong plastik yang sudah tak mampu menampung sampah, tidak kunjung di buang oleh sang pemiliknya. Melihat isi ruangan ini mengingatkannya kembali pada masa lalu yang sudah lama ia lupakan. Flora begitu keras kepala hingga tidak pernah mau mendengarkannya.

"Gak usah keliatan kesel gitu, pemandangan kaya gini udah biasa kan?", Flora memanyunkan bibir seakan tau arah mata Freya memancar.

"Justru itu. Kenapa gak turunin ego aja buat ikut tante Feni? Atau ngga kamu bisa ke panti asuhan yang dekat dengan warnet favoritmu-"

"Stop"

Flora memejamkan matanya sambil menarik nafas dalam-dalam. Merasakan angin menyentuh pipinya lewat lambaian gorden jendela apart-nya. Freya tidak mengerti, batinnya. Flora selama ini hidup dengan penuh penderitaan. Tidak ada ruang baginya. Menurutnya, kamar kotor, kaleng bir, suara keras dari speaker. Adalah kehidupannya. Ia merasa lebih baik dengan kekacauan ini. Apalagi jika ada Freya di dalamnya.

"Warnet itu.. aku suka karena kamu pernah kesana sama aku. Dan, aku.. benci panti asuhan. Aku- sama sekali tidak mau hidup dengan orang yang hanya mengasihaniku. Kamu harusnya paham, Fre"

Freya hanya bisa memandang Flora yang mulai menampakkan wajah kekesalannya lagi. Sungguh frustasi memikirkan bagaimana baiknya memberikan jalan tengah bagi sosok yang ia kenal dari lama. Flora adalah teman sekolah Freya. Bedanya dengan Jessi, Flora masuk pada tahun terakhir sebelum kelulusan. Dan yang membuat Freya masih tetap berhubungan dengannya ialah.. Flora tidak bisa jauh darinya. Hingga, semasa kuliah Flora harus terus hidup bersandingan dengan Freya.

"Aku kesini mau sekalian jelasin semua hal yang mungkin bikin kamu salah paham dari dulu"

Flora berdecih, "Aku tidak mau dengar"

"Serius, Flo. Aku gak mau kamu salah paham soal aku ngutarain perasaanku. Aku terpaksa lakuin itu karena aku takut kamu ngelakuin sesuatu yang buruk"

"Cukup! Aku gak mau dengar, karena aku sudah tau faktanya!"

Flora membentak Freya yang sontak membelalakan matanya karena terkejut melihat gadis di depannya itu. Amarahnya sangat terasa ketika Flora mulai menggenggam kaleng bir di meja dengan erat.

"Aku menolak juga karena tau kalo kamu cuma kasihan sama aku. Bisa gak.. muncul di hidupku tanpa harus kasihani aku?!'

Freya hanya menunduk ketika Flora mulai mengeluarkan rasa kecewanya.

"Atau aku bakalan minum semua bir ini biar kamu paham kalo aku cuma mau hidup normal kayak yang lainnya?", Flora menatap Freya sambil memicingkan kedua matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FREYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang