[5] CRAZY

106 1 0
                                    

Chapter 4 disensornders

Harmoni terbangun kala ia dengar suara rantai, kemudian sesuatu terpasang di lengannya. Nyatanya, pria yang masih telanjang bulat sama sepertinya itu tengah memasangkan borgol ke tangan serta kemudian kakinya. Tak terasa, matanya berkaca-kaca, berdoa pada Tuhan untuk dicabut saja nyawanya.

"Eh, kamu udah bangun," kata Eric, menyugar rambut Harmoni yang berantakan sebelum akhirnya duduk dengan posisi miliknya memasuki milik Harmoni, gadis itu melenguh tetapi tak bisa bergerak karena borgol. "Selamat pagi, Sayang! Kita mandi bareng, yuk!"

Harmoni hanya pasrah, Eric mengangkat tubuhnya dengan menggendongnya ala bridal, membawanya ke ruangan lain yang ada di kamar. Ia membaringkan gadis yang masih terisak bisu itu di dalam bak mandi, mengisinya dengan air hangat serta sabun. Perih, bisa ia rasakan badannya remuk redam, dan hanya tangisan geming yang ia keluarkan.

Eric tak lama, setelah busa dan bak mandi penuh, mematikan air keran dan masuk ke dalam, ia menarik badan Harmoni yang tak berdaya agar terpangku di kedua pahanya, memasangkan senjatanya ke milik gadis itu yang masih perih terasa. Ia bahkan memeluknya erat, memperdalam hal itu menusuknya sedemikian rupa hingga Harmoni meringis.

Ia kembali menangis.

"Aku gak sabar nanti, kita bakal punya bayi." Eric tertawa pelan, mengusap perut Harmoni. Gadis itu menggeleng. "Aku maksa, lho ...." Eric merengutkan bibirnya.

Harmoni hanya bisa menggigit bibir bawah, ujung itu jauh di dalam sana dan bergerak. Sakit ....

Ia berdoa, antara dua, ia mati sekarang juga atau siapa pun, siapa saja, temukan seorang gadis malang yang diculik pria tak waras yang mengklaim ia istrinya dengan sumpah tak sah. Harmoni benar-benar memohon, tenggorokannya sangat sakit untuk melakukan teriakan sia-sia, hanya keberuntungan yang berpihak padanya dan sialnya pikirannya terlalu kacau untuk memikirkan sebuah rencana.

"Hust ... hust ... jangan nangis!" Dengan lembut, Eric mengusap badan Harmoni dengan spons, tubuh terbogolnya yang tak berdaya tanpa sadar menikmati itu hingga tangisannya mereda. Ia memejamkan matanya, menyandarkan kepalanya ke dada bidang pria itu.

"Kenapa ... kenapa kamu lakuin ini? Sebenernya kamu siapa?" tanya Harmoni lirih.

Eric tak menjawab, ia seakan menulikan diri dan hanya tertawa. Ia terus mengusap badan Harmoni dengan spons, menikmati setiap incinya dan mengklimaksan dirinya di dalam gadis itu. Keduanya lemas di dalam bak mandi, saling memeluk, sejenak diam untuk mengumpulkan tenaga kembali hingga kini Eric menggendong Harmoni lagi.

Ia mengeringkan diri berdua dengan handuk, setelahnya membaringkan gadis itu di kasur. Siap mencumbu lagi ketika mendengar suara keroncongan dari gadis lemah yang telah ia lepas borgol dan kembali merantainnya itu. Eric tersenyum. "Eh, lupa sarapan ...."

Cerita ini tersedia di
Playbook: An Urie
Karyakarsa: anurie
Dan bisa dibeli di WA 0815-2041-2991

Pengasuh Duda [21+]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt