"Masukkan dia ke dalam sel, sebelum itu amankan barang - barangnya". Titah sang perwira membuat Miranda mengumpat dalam hati sambil menyumpah serapahi Arunika. 'Shitt.. Gue beneran udah game over disini, awas aja lo Arunika kalo sampai gue bebas nanti gue akan bales yg lebih kejam dari ini'. Mata Miranda memancarkan amarah dan dendam, nafasnya naik turun dengan tangan mengepal erat hingga buku jarinya memutih.

"Ayo cepat jalan". Perintah petugas kepolisian yg sebelumnya sudah mengamankan barang pribadi Miranda seperti ponsel dompet serta tasnya. Petugas itu menggiring Miranda berjalan menuju tempat dimana dia akan tinggal untuk sementara waktu selama masa sidang berjalan. Tidak lupa tangan Miranda yg saat ini sudah di borgol.

Miranda dengan pasrah masuk ke dalam sel yg berisikan lima Napi wanita yg saat ini juga menunggu ketetapan hukum pidananya.

Saat melihat teman barunya di dalam bui yg terlihat sangar - sangar, Miranda mencoba berontak agar di pindahkan ke tempat lainnya.

"Lepaskan gue.. Tolong lepaskan gue dari sini.. Gue gak salah", teriak Miranda berontak sambik memukul jeruji besi.

Braakk Braakkk

Gedoran pada jeruji besi di depannya membuat bising hingga teman - teman baru Miranda yg berada di dalam bui itu marah Pada Miranda.

"Berisik.. Disini bukan hutan bodoh, lo teriak sampai urat lo putus pun gak akan di peduliin sama mereka". Sentak wanita bertubuh gempal. Miranda yg melihat wanita bertubuh gempal dengan wajah menyeramkan pun beringsut mundur hingga jatuh terduduk di pojokan. Miranda takut bila dirinya mendapat kekerasan disini karena dia merupakan penghuni baru, jadi Miranda memutuskan untuk meminta maaf pada mereka terutama pada wanita bertubuh gempal tadi.

"Ma-maaf su-dah me-nggang-gu ka-kalian". Ucap Miranda tergagap sambil memasang wajah memelas. Namun bukannya kasihan wanita bertubuh gempal itu malah mendekati Miranda lalu menjambak rambut panjangnya.

"Sepertinya lo bukan orang biasa di lihat dari penampilan lo, tapi.. ", ucap wanita bertubuh gempal itu sambil menelisik penampilan Miranda dari atas hingga bawah, lalu dengan tiba - tiba menjambak rambutnya hingga Miranda mendongak keatas, "Lo harus tunduk sama gue karena disini gue yg berkuasa". Wanita itu menyeringai melihat wajah kesakitan Miranda.

"I-iya gue akan tunduk sama lo". Ucap Miranda gemetar ketakutan. Miranda pasrah apabila di jadikan babu oleh wanita itu asalkan dia tidak di siksa setiap harinya. Saat ini Miranda seperti menuai karmanya, dulu dia jahat dan angkuh dengan seenaknya mendzolimi orang - orang lemah di sekitarnya tanpa belas kasihan, kini dia menuai apa yg dia tabur dulu.

"Hahaha.. Bagus, sekarang lo pijetin badan gue". Tawa wanita itu menggelegar sembari memerintah dengan menepuk punggungnya. Dengan segera Miranda melakukan perintah wanita itu meski dalam hatinya dia mengumpati wanita di depannya ini.

***

Hampir setengah jam menempuh perjalanan Devian dan Arunika tiba di depan lobby perusahaan Dewangga Group, Devian dan Arunika di arahkan oleh resepsionis ke ruangan meeting yg berada di lantai 9, mereka berjalan bersisihan keluar dari lift menuju ruang meeting, Mereka menjadi pusat perhatian karyawan Dewangga Group baik perempuan maupun karyawan pria, apalagi saat melihat paras Devian yg sangat tampan begitu pula dengan paras Arunika yg tak kalah cantik, mereka bak pasangan serasi jika berjalan bersisihan seperti itu, banyak pasang mata yg menatap mereka dengan tatapan memuja dan iri, iri ingin bersanding dan bersisihan dengan keduanya.

Devian dan Arunika tidak sengaja berpapasan dengan Kiara dan Clarissa yg juga sedang berjalan menuju ruang meeting, Clarissa mengajak serta Devian dan Arunika masuk ke dalam ruangan sambil menunggu rekan bisnis serta pak Boss'nya yg memang saat ini masih dalam perjalanan menuju kemari.

25 menit berlalu Arunika yg bosan menunggu akhirnya membuka suaranya, "Ada urusan penting apa sih Ris boss lo sampai menunda meetingnya lima belas menit lagi, awas aja kalo setelah ini dia belum datang, gue akan ceramahi dia habis - habisan". Gerutu Arunika di samping Clarissa.

"Ada urusan urgent yg gak bisa di tunda, lagian gue kan udah konfirmasi sama lo tapi lo yg gak bisa di hubungi, malah kata resepsionis kantor lo udah berangkat sama Devian saat jam istirahat tiba". Kata Clarissa yg memang sudah mengkonfirmasi sebelumnya pada klien - klien pak Boss'nya jika meetingnya di tunda. "Kalian gak habis berbuat mesum kan?". Tanya Clarissa yg langsung mendapat geplakan pada lengannya.

"Sembarangan kalo ngomong, gue bukan elo yg otaknya perlu di cuci pakai detergen ya". Bantah Arunika lalu menatap jam di pergelangan tangannya, "Mana sih si Dennis, sok sibuk banget deh, padahal udah gue belain datang lebih awal eh malah dia yg lelet". Dumelnya.

Belum sempat Clarissa menyahuti ucapan Arunika, pintu ruangan di buka dari luar masuklah para staf dan jajaran di perusahaan Dewangga group yg di susul dengan hadirnya rekan - rekan bisnis Dennis beserta sekretaris mereka dan yg terakhir adalah Dennis beserta asisten pribadinya.

Dennis menempati kursi kebesarannya dengan memberikan sambutan sepatah dua patah kata dan di lanjutkan oleh sang asisten pribadi yg menjelaskan produk - produk keluaran terbaru dari perusahaan Dewangga Group yg akan di luncurkan beberapa bulan ke depan.

Meeting berjalan dengan lancar, para rekan kerja Dennis meninggalkan ruangan meeting di ikuti oleh karyawan Dewangga group namun tidak dengan Devian Arunika dan Clarissa yg masih tertinggal di ruangan itu.

"Kenapa lihatin aku kayak gitu Run?", tanya Denis saat menatap wajah cemberut Arunika. "Kamu kesel gara - gara nunggu aku". Lanjutnya.

"Tauk ah", Arunika merajuk. Memang Arunika bisa bersikap kekanak - kanakan jika sedang bersama Dennis karena sudah dianggap kakak kandungnya sama seperti Raditya.

"Tadi aku dapat kabar kalo Mamah jatuh dari tangga makanya aku menunda meetingnya". Jelas Dennis pada Arunika. Arunika yg saat itu merajuk pun langsung menutup mulutnya karena terkejut, dia segera menatap Dennis untuk meminta penjelasan lebih detail. Arunika sedih mendengar mama Denis celaka karena Arunika sudah menganggap mamah Dennis seperti mamahnya sendiri.

"Nanti kita ke rumah sakit bareng setelah kamu pulang kerja, mamah sudah gak papa kamu gak usah sedih ya", ujar Dennis sambil mengelus surai hitam Arunika. Tanpa Dennis dan Arunika sadari ada dua orang yg sedang menahan api cemburu.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now