Bab 1

491 40 18
                                    

Di pagi hari, terlihat seorang pria cantik sedang memasak. Matanya bersinar saat dia memasak dengan gerakan gesit dan terampil ketika memotong, mengaduk, dan mengatur bahan-bahan di dapur. Lalu datanglah seorang pria bermanik merah dengan wajah datarnya.

"Eh kak Hali, itu kopinya di meja"

"Terima kasih"

Pria cantik itu melirik Halilintar yang tengah menyeruput kopinya dengan senyuman lembut, lalu kembali fokus pada masakan yang hampir matang. Tak lama kemudian datanglah seorang pemuda memakai kacamata visor.

"Pagi kak Ufan!"

"Pagi juga Solar"

Solar memeluk Taufan dari belakang lalu mencium aroma khas tubuhnya. Melihat aksi ini, Halilintar segera bangkit dari duduknya dan menarik kerah belakang Solar.

"Jangan peluk-peluk, kau mengganggunya," tegur Halilintar

"Apaan sih bilang saja iri. Kak Ufan sendiri tidak merasa terganggu," balas Solar dengan santai.

"Sudah-sudah lebih baik kalian duduk sebentar makanan siap," lerai Taufan, dia tidak mau berakhir adu mekanik seperti Minggu lalu dan berakhir dihukum gantung terbalik oleh Kaizo.

Kemudian Halilintar dan Solar duduk, mereka saling memandang dengan tatapan tajam dan sinis. Taufan yang melihat kelakuan saudaranya hanya bisa menghela nafas lelah. Dia lelah menjadi rebutan seperti mainan oleh dua saudaranya.

Makanan telah tersaji, Taufan duduk di tengah Halilintar dan Solar. Mereka sarapan dengan tenang tanpa bersuara. Sarapan telah selesai, Halilintar mencegat Taufan ketika hendak mencuci piring.

"Biar aku saja, kau pasti lelah setelah memasak tadi"

"Eh iya, makasih kak"

Halilintar membawa piring dan gelas kotor ke wastafel. Dia menoleh ke belakang dan melihat Taufan sedang bercanda dengan Solar. Setelah situasi menurutnya aman, dia menjilat sendok bekas Taufan. Memang terlihat jorok namun bagi Halilintar tidak karena dia menyukai atau mungkin terobsesi dengan Taufan walau statusnya sebagai saudara. Perbuatannya sudah sering Halilintar lakukan tanpa diketahui yang lain.

"Kak Ufan nanti latihan bareng ya," dengan manja Solar memeluk lengan Taufan.

"Iya"

Darah Halilintar langsung mendidih, dia langsung menghampiri dan menjauhkan Taufan dari Solar.

"Kau ini sudah besar, jangan manja seperti anak kecil"

"Biarin lah, lagipula kak Ufan tak masalah"

"Stop, jangan bertengkar," seru Taufan mencoba meredakan situasi.

"Kalian berdua bisa tidak jangan bertengkar sehari saja, aku pusing melihat kalian bertengkar terus. Sudah lah aku mau ke kamar"

Taufan pergi meninggalkan saudaranya. Dua orang yang ditinggalkan saling melirik dan melemparkan tatapan tajam.

"Lihat kak Ufan marah gara-gara kamu"

"Sadar diri bensin Taufan marah juga karena mu"

"Ada apa ini ribut-ribut?"

Seorang pria bermanik emas, Gempa datang bersama tiga adiknya. Pakaian mereka terlihat kotor karena baru saja menyelesaikan misi. Bukannya menjawab, mereka saling mengalihkan muka.

"Tadi kami berpapasan sama kak Ufan. Mukanya cemberut, pasti gara-gara kalian," ucap pria bermata jingga, Blaze.

"Kalian ini seperti anak kecil," ucap lelaki dengan wajah mengantuk, Ice.

"Jangan bertengkar terus, kasian loh kak Ufan," ucap pria bermata hijau, Thorn.

"Dia duluan yang mulai," ucap Halilintar sambil melirik ke arah Solar.

ReverseWhere stories live. Discover now