06-Kali Kedua

42 8 0
                                    

Ketukan beberapa kali terdengar mengganggu kegiatan Singto yang tengah mandi, akhirnya alpha itu cepat-cepat memakai handuknya dan pergi menyambut sang tamu, tanpa repot-repot mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu.

"Krist? Tumben malem-malem?" Sambut Singto yang melihat Krist tersenyum menyapanya, sedikit gugup karena saat ini ia bertelanjang dada.

"Air di kamarku mati, aku boleh numpang mandi?" Tanya Krist penuh harap agar Singto mengizinkannya masuk.

Dan tanpa pikir panjang, Singto memberi ruang lebih untuk tamunya, "Masuk aja, mau sekalian nginep? Biar besok nggak mondar-mandir ke kamar kamu lagi sebelum kelas," Tawar sang tuan kamar.

Tawaran yang menarik, Krist pun setuju, ia tersenyum manis pada Singto, omega itu lalu mendekat pada tubuh atletis si alpha yang masih basah tersebut, "Boleh banget, kak, tapi besok aku kelas sore, sih," Ujar Krist.

"Hm... emang kenapa kalo kelas sore? Kamu nggak ada kelas pun boleh kok nginep sini," Balas Singto tak mau kalah.

Yang lebih muda mengangguk paham, lalu tangannya ia bawa untuk mengusap dada telanjang yang basah di depannya, "Kakak lagi mandi, ya? Aku jadi ganggu kakak, dong?" Ucap Krist dengan nada manja.

Singto tersenyum miring, "Iya, ganggu banget!" Ujarnya, lalu berbalik mendorong Krist hingga menabrak sisi tembok yang lain, "Gimana kalo kamu bantu kakak selesaiin mandinya?"

***

Kali kedua pun terjadi, namun kini Krist dan Singto sama-sama seratus persen sadar. Alpha-omega itu bergelut di atas ranjang dengan panas, menyelami tubuh satu sama lain, meninggalkan semua norma Klan yang berlaku.

Singto terengah, pelepasan terakhirnya sungguh luar biasa, begitupun Krist yang juga menikmati sensasi barunya yang telah lama ingin ia coba. Keduanya sama-sama diuntungkan.

Setelahnya, Krist bersandar pada bahu kokoh lawannya, dengan pendingin ruangan yang kembali terasa dingin, Krist mencari kehangatan pada alpha di sebelahnya. Keduanya tersenyum puas.

"Krist, kamu percaya sama cinta, nggak?" Tanya Singto tiba-tiba seraya membelai surai Krist lembut.

Yang lebih muda langsung menggeleng pelan, "Enggak, kak. Kakak tau kenapa aku seberani itu buat pergi ke bar, minum, dan ngobrol sama orang asing? Itu karena cinta, kak!" Keluhnya sambil memainkan jemari Singto, "Aku dimainin sama seseorang, waktu aku udah jatuh cinta sama dia,"

Singto terdiam, mencerna kata-kata yang lebih muda, apa karena hal itu juga, Krist menolak untuk melakukan pendekatan?

"Kayaknya aku lebih nyaman kaya gini sama kakak, nggak ada hubungan, aku nggak akan ngeseks sama yang lain, tapi kakak bebas mau main sama siapa aja, aku nggak larang kakak,"

"Kesannya kakak jahat banget dong ke kamu?" Komentar Singto kemudian.

Krist menggeleng santai, "Aku nggak ngerasa tersakiti, karena aku juga masih bingung sama diriku sendiri, aku nggak percaya cinta, hubungan kita nggak akan berhasil dan bakal berat sebelah di kamu aja, kak," Jelas omega itu dengan lugas tentang perasaannya, "Mungkin nanti kalo aku mau, aku juga bisa jalan sama orang lain," Sambungnya

Pelukan Singto mengerat, semakin intim dengan Krist yang tak menolak afeksinya, "Oke kakak terima, kita masih boleh main sama orang lain, tapi itu artinya kita harus siap nahan cemburu satu sama lain,"

Krist mengangguk, "Setuju!"

Setelah malam itu, Singto nampak beberapa kali menjemput Krist di fakultas omega itu atau sekedar makan di kantinnya, hal ini memancing perhatian para penggemar Singto maupun para alpha yang telah lama menaruh hati pada Krist. Kedekatan keduanya menuai kontroversi, padahal mereka bukan artis.

"Krist! Bilang sama gue kalo lo nggak pacaran sama kak Singto!" Siang itu, Krist ditodong seorang gadis yang tiba-tiba menggebrak meja sehingga kuah sup miliknya sedikit tumpah. Melihat tenaganya yang sebesar ini, nampaknya gadis itu alpha, pikir Krist dalam diam.

"Bukan, sih, emang kenapa?" Ujar Krist santai, ia tak mau repot-repot ikut berotot menjawab alpha yang tengah marah, lalu sup itu kembali dinikmati Krist tanpa merasa bersalah.

Sementara gadis itu menatap Krist marah, "Bukannya lo nggak pernah tidur di tempat alpha, ya?! Terus lo yang akhirnya tidur di tempat kak Singto itu apa maksudnya? Kalo bukan pacar?!" Seru gadus itu hingga menarik perhatian beberapa orang.

Seketika Krist terbahak, matanya menyipit karena ucapan gadis tersebut terasa lucu, "Lo siapanya gue? Sampe tau banget kehidupan gue segitunya? Lucu banget lo! Kenal aja enggak!"

Meja dipukul lagi, gadis itu menggeram marah, "Gue peringatin lo! Kak Singto itu gebetan gue! Kalo lo berani macem-macem sama dia, abis lo sama gue!" Ancamnya lalu pergi begitu saja.

"Aneh," gumam Krist acuh.

Seketika suasana kembali normal, dan Krist menikmati sup nya dengan hikmat sampai sesaat kemudian Janhae datamg dengan tergesa, "Lo nggak diapa-apain sama Celine, kan?" Tanya Janhae khawatir.

Krist mengerutkan keningnya, "Oh, cewek tadi namanya Celine? Gue nggak diapa-apain sih," Jawab Krist acuh, "Mungkin dia yang luka, soalnya dari tadi gebrak-gebrak meja, apa ga sakit, ya?"

Mendengar jawaban konyol sahabatnya, Janhae percaya jika Krist baik-baik saja, "Anak aneh," Umpat Janhae.

***

Malam minggu adalah waktu dimana Krist membebaskan diri dari seluruh kesibukan di uni, datang ke bar bersama dua sahabatnya itu, menemani Gun yang tengah patah hati karena sang pujaan hati yang mengirimkan undangan pertunangan kepadanya.

Gun telah mabuk parah, feromonnya mungkin akan menarik banyak alpha, jika Krist tak segera memakaikan Scent blocker di tengkuk omega kecil itu.

"Kak Tor anjing! Gue ga rela dia tunangan! Pokoknya sebelum janur kuning melengkung, gue harus rebut kak Tor!" Oceh Gun dengan meracau, memegangi gelas terakhir yang hendak disingkirkan Janhae.

Gun tiba-tiba bangun, meski dengan sempoyongan dan kesadaran yang hampir hilang, "Gue mau pipis, awas!" Seru Gun seraya melangkah menuju toilet yang dipikirkannya.

"Gue temenin dia!" Seru Janhae lalu menyusul.

Tinggalah Krist sendiri, meminum jus jeruk karena malam ini ia tidak ingin mabuk. Omega manis itu menjaga meja dengan tenang, mengamati lautan manusia yang terlena dalam dosa dan pelanggaran norma, tapi Krist apa peduli? Dia juga manusia penuh dosa yang mungkin hukuman sudah Tuhan sudah siapkan untuknya.

"Sendirian aja, nih? Boleh gabung?"

Krist mendongak, menatap sosok tinggi yang menyapanya, lantas Krist tersenyum manis, "Boleh, tapi gue sama temen, gapapa?" Tawarnya.

Lelaki itu mengendikkan bahunya, "No problem, ngomong-ngomong, gue Lee," Ucapnya seraya mengulurkan tangan, memulai perkenalan.

Tangan itu di sambut hangat, "Krist,"

Lalu obrolan mengalir begitu saja, bahkan hingga Janhae juga Gun berpamitan untuk pulang, Krist memilih untuk tinggal. Krist ingin tinggal lebih lama dengan pria ini, entah alpha, beta, atau omega, tetapi pria ini cukup tampan, sangat tipe Krist.

Entah berapa lama mereka berbincang, Krist tersadar jika ia harus pulang, ia tidak mau waktu istirahatnya terganggu dan mempengaruhi kesehatan kulitnya.

"Lee, kayaknya gue harus cabut, deh! Udah capek gue," Pamit Krist seraya meletakkan selembar uang di bawah gelasnya sebagai tip, "Gue pergi, have fun, ya!"

Namun tiba-tiba Lee menahan lengan Krist, "Bentar! Gue boleh minta nomer hp lo? Biar kita bisa ketemu lain waktu," Tanya Lee.

Omega itu terdiam beberapa saat, lalu tersenyum simpul, "Kayaknya nggak perlu, deh. Nanti kalo ada saatnya kita ketemu lagi ya bakal ketemu," Ujar Krist sambil melepaskan tangan Lee perlahan, "Gue cabut!"

Begitulah, Krist memang omega yang tidak mau berurusan lebih lanjut dengan sembarang orang, terlebih ia sudah menyukai Singto, kakak tingkatnya itu.

Tapi, apa benar Krist menyukai Singto lebih dari itu?








Bersambung

(Sebelum) Rumah Cemara [SingtoKrist]Där berättelser lever. Upptäck nu