4. Decision

1.3K 210 47
                                    

Dalam setiap langkah hidup, kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang membingungkan. Keputusan yang kita buat tidak hanya memengaruhi saat ini, tetapi juga menentukan arah masa depan kita. Meskipun terkadang terdengar menakutkan, kita harus berani mengambil langkah. Bahkan jika kita salah, itu adalah bagian dari perjalanan belajar kita. Setiap orang, bahkan mereka yang hebat, pernah mengalami kesalahan dalam mengambil keputusan.

Setiap orang memiliki momen penting di dalam hidupnya di mana dia harus membuat keputusan besar. Hal tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup kita. Di antara pertimbangan-pertimbangan yang sulit, kita harus menemukan keberanian untuk mengambil langkah maju. Dengan setiap keputusan, kita belajar dan tumbuh, memahami bahwa setiap langkah kita membentuk takdir yang kita raih.

Geewoni mengikuti langkah Suhyeon dari belakang, wanita itu masih menggendong Haneul selayaknya putranya sendiri, lelaki dewasa di depannya membuka pintu lalu mempersilakan ia, “Ayo masuk.” diangguki oleh Geewoni.

“Kamarnya sebelah sini.” Suhyeon membuka pintu dengan stiker fast and furious. Geewoni ikut masuk, kamar itu bernuansa cerah sekali. Warnanya krem——rapi dengan laci penuh mainan. Kasurnya ukuran queen size dengan sprei dinosaurus hijau. Ada beberapa figura foto di meja kamar, semuanya foto Haneul sejak bayi, foto orang tua Suhyeon dan foto Suhyeon dengan bocah itu. Hanya itu yang Geewoni temukan, dengan hati-hati ia membaringkan tubuh kecil Haneul ke atas kasur. Takut bocah itu bangun dan meraung tidak mau berpisah dengan Bu guru cantik.

Geewoni menatap lamat anak itu, tangannya menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi dahi Haneul. Geewoni tidak tau kenapa Haneul nekat melompat tadi, apakah untuk mengambil perhatiannya lagi? Jika iya, maka ia dalam masalah yang besar.

Geewoni berjongkok dan menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, dia mengembuskan napas besar, seolah dia baru saja menerima beban yang sangat berat. “Kenapa membuatku semakin terjebak, Nak? Aku tidak bisa selalu di sisimu. Tidak bisa.” ujarnya dengan pelupuk mata menggenang.

tok tok tok

Pintu yang masih terbuka diketuk, Geewoni buru-buru balik arah untuk menghapus jejak air matanya, lalu menoleh ke kanan, Suhyeon melemparkan senyum padanya. Namun lagi-lagi, Geewoni tidak membalasnya.

“Terima kasih sudah menolong Haneul. Aku akan mengantarmu pulang.”

Geewoni sudah melunak, terbukti dari pundaknya yang turun dengan nafasnya yang lebih teratur.

Suhyeon mendekat kearahnya, lalu menyodorkan tas Geewoni pada sang pemilik. Geewoni mengambil tanpa berpindah posisi, dia tidak mendongak ataupun menunduk, dia hanya enggan berbalas tatap dengan rasa sakitnya selama ini.

“Aku bisa pulang sendiri.” tolaknya halus, sedangkan Suhyeon yang masih berdiri menggeleng, “Kau dalam keadaan basah.” Lelaki itu menaruh jaket hitam ke punggung Geewoni, lalu meratakannya hingga bahu.

“Ayo.” ajaknya lagi, Geewoni mengangguk pelan, ia memakai jaket itu agar menutupi dadanya, lalu menjinjing tasnya. Jaket itu menutupi sebagian pahanya, setidaknya, pakaiannya sudah aman sekarang.

Wanita itu berjalan di belakang Suhyeon, saat berjalan pun Geewoni mencuri-curi pandang pada interior rumah Suhyeon. Lebih tepatnya, foto jenis apa yang dipajang. Namun dia hanya melihat piagam penghargaan dan foto-foto wisuda Suhyeon, tidak ada foto lain disana. Hal itu menimbulkan teka-teki yang tidak ingin Geewoni pecahkan.

Suhyeon tetap membukakan pintu mobil walaupun Geewoni tidak meresponnya sedikitpun. Mereka kembali sunyi senyap di dalam mobil. Hanya ada suara radio menemani.

yap pemirsa kembali lagi dengan radio 79 FM! kali ini request-nya full dari para netizen yang gagal move on!

waduh... kacau ya pemirsa, gagal move on atau udah liat dia sama yang lain?

hahaha, iya nih... tapi gak apa-apa netizen, tujuan putus cuma 2, move on atau balikan.

loh jangan salah... tujuan pacaran juga 2! nikah atau putus

waduh makin kemana-mana nih pembahasannya, oke kalau gitu kita putar lagu pertama We Can't Be Friends dari Ariana Grande

Geewoni terdiam, begitu juga dengan Suhyeon. Kenapa dari sekian banyaknya berita, mereka harus mendengar sejenis kacang-kacangan begini?

Wanita itu bersedekap, wajahnya hanya menatap lalu lintas di sebelahnya. Enggan bersitatap dengan lelaki di sampingnya.

“Rumahmu masih yang dulu?” Suhyeon membuka percakapan, setelah 5 menit perjalanan.

“Semua udah berubah, pak dokter. Saya tinggal di apartemen sekarang.” jawab Geewoni, tanpa menaruh atensi. Sedangkan Suhyeon hanya ber-oh-ria.

Whitefield apart di jalan Merkurius 9.” ucapnya lagi tanpa menoleh. Suhyeon hanya mengangguk dan mengikuti jalur yang sesuai.

Kini mereka sudah sampai, Geewoni mengucapkan terima kasih, lalu membuka pintunya, namun Suhyeon menahan sebelah tangannya. Membuat wanita itu menoleh, “Apa?”

“Sekali lagi terima kasih, Geewoni. Aku berutang budi padamu.” katanya. Geewoni hanya mengangguk pelan.

“Dengan apa aku bisa membalasmu?” tanya Suhyeon, menatap dengan penuh harapan. Sedangkan bahu Geewoni turun, kali ini dia membalas tatapan itu, “Cukup tidak usah bertemu denganku selamanya.”

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

260424

Blissful of Renewal | soohyun jiwonUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum