Gulali 04

0 0 0
                                    

Nazwa berkata lagi, "Oh, gak usah Nek."

Seorang wanita paruh baya itu berdecak kesal. Karena di panggil Nenek.

"Ih! Jangan panggil Nenek dong. Emang saya udah tua banget, ya."

"Panggil aja Bu Endah." lanjutnya lagi.

Nazwa tersenyum dan berkata, "Haha, oke, Bu Endah. Maafin Awa, ya, tadi manggilnya Nenek." ucapan Nazwa tadi berhasil membuat Endah semakin gemas dengan tingkah Nazwa.

Saking gemasnya. Dirinya mencubit pipi Nazwa pelan. "Lucu banget, sih, kamu! Ayo jadi menantu aja," lontarnya.

Nazwa tertawa pelan, dirinya berkata lagi, "Hehe, Ibu bisa aja. Saya pamit buat pulang dulu, ya, Bu. Awa Mau bantuin teman di tempat kerjanya dulu." pamitnya sembari mencium punggung tangan Endah dengan sopannya.

"Lho, gak mau ngeteh bareng dulu, Sama Ibu?" tanyanya lagi.

Nazwa melanjutkan lagi, "Gak usah, Bu. Tapi, Ibu tenang aja. Nanti saya sering mampir ke rumah buat ketemu sama Ibu."

"Mari, Bu," jelas Nazwa sembari menuntun sepedanya.

Endah berkata lagi. "Monggo, jangan lupa mampir lagi, ya, Wa."

"Nggeh, Bu."

Setelah cukup jauh Nazwa menuntun, akhirnya dia pun menaiki sepeda itu.

. . .

Di restoran Margadana.

"Heh, Saipul! Baru ke sini lo?" tanya Intan kepada Nazwa yang baru saja memarkirkan sepedanya.

"Marah? Ya udah, gak jadi bantuin gue," balas Nazwa kesal dan mengambil sepedanya lagi.

Dengan cepat Intan langsung mencegat tangan Nazwa yang ingin pergi dan berkata, "Plis, gue bercanda, Wa. Udah, ayo bantuin gue ke dapur. Banyak piring kotor."

"Ayo, 'kan, emang gue ke sini niatnya buat bantuin lo, gimana, sih," ucap Nazwa pelan. Namun, masih terdengar jelas oleh telinga Intan.

Intan berkata lagi, "Yeh, gue denger."

Setelah selesai mengobrol, mereka pun langsung memasuki restoran yang sudah ramai oleh pengunjung.

Tiba-tiba ada seorang pria muda menabrak Intan, "Aduh," lontarnya ketika dirinya terjatuh.

"Jalan pakai mata," celetuk Nazwa kesal.

"Mana ada jalan pakai mata, jalan, tuh, pakai kaki." Setelah mengatakan hal fakta itu, Pria tadi langsung pergi begitu saja. Tanpa menolong Intan yang tadi ia tabrak.

Nazwa langsung membantu Intan berdiri. "Tan, lo benaran gak papa, 'kan?" tanyanya yang tampak khawatir kepada temannya itu.

"Iya, makasih, ya. Emang gak ada otak, tuh, orang." lanjutnya pelan.

Di Dapur.

Sesampainya di dapur, tiba-tiba ada wanita yang menghampiri Nazwa dan Intan yang sedang mencuci piring itu. "Dia siapa?" tanya wanita itu.

"Adik gue," jawab Intan tanpa memikir panjang.

Nazwa yang mendengar itu langsung senang. Ternyata hubungan mereka bukan hanya sebatas teman saja. Tetapi, Intan sudah menganggap Nazwa sebagai Adiknya.

Gulali terakhir Untuk Ayah [Hiatus]Where stories live. Discover now