DAY 5

3 3 0
                                    


Menghela napas, duduk lesu, dan diam tak mengucapkan sepatah kata. Saat ini, di pagi yang cerah ini Rafa menunjukkan tanda-tanda kehidupannya yang meredup. Bukannya aku kepo ataupun terlalu sibuk dengan urusan lain. Aku hanya sekedar ingin tahu. Sebab Rafa itu anaknya hiperaktif banget. Jadi, agak aneh aja kalau ini bocah tiba-tiba diem.

Dia nggak mungkin lagi kesambet setan kamar mandi belakang kampus kan?

Tidak. Tidak. Pokoknya buang jauh-jauh pikiran di luar nalar seperti itu.

"Lo kebelet boker ya, Raf?" Aku bertanya pada Rafa sembari terus fokus pada penjelasan dosen.

"Gue baru aja boker tadi pagi, Lang." Jawab Rafa masih dengan kondisi lesu.

Lah, terus? Aku mengernyit bingung. Secara otomatis aku menoleh ke arah cowok yang sedang menaruh kepalanya di atas meja dengan lesu.

"Si Prita, Lang, itu..."

Ah... Jadi ini tentang Prita. Ternyata bocah semprul itu masih terjebak friendzone?

"Kenapa? Lo lihat dia jalan sama cowok? Dia lagi suka sama seseorang? Atau jangan-jangan dia udah pacaran?" tanpa ku sadari mulutku terus mengoceh tanpa henti karena saking hapalnya dengan masalah percintaan Rafa.

Rafa menghela napas. "Kemarin gue confes ke dia," katanya.

Oh... Jadi dia confes. Eh, tunggu dulu. Tunggu! Stop! Wait! Detik itu juga mataku melotot lebar saat baru menyadari tentang apa yang tadi di ucapkan oleh Rafa. "APAAA?"

Tanpa sadar aku mengundang atensi semua orang di dalam kelas.

"Bisa nggak sih reaction lo itu jangan berlebihan?" ucap Rafa dengan tampang datar.

"Eh, sorry, sorry. Refleks, Raf." Ujarku.

Sepuluh menit telah berlalu. Dosen yang mengajar kelas kami pun kini telah meninggalkan ruangan. Begitu juga para penghuni kelas.

Kalian pernah nggak sih dengar tentang istilah cinta itu buta? Biasanya istilah itu sering kita jumpai di film-film doang ya. Aku pun awalnya menganggap hal-hal semacam itu norak banget. Tapi kalau dipikir-pikir lagi ya masuk akal juga sih. Orang kalau udah cinta, mau kayak princess Aurora sampai kulkas dua pintu pun di mata mereka sosok yang mereka cintai itu akan selalu terlihat yang paling istimewa dari segala-galanya. Sampai lautan, gunung, dan samudera pun bakal di lewati demi cinta.

"GOOD MORNING EPRIBADEH! ORANG GANTENG DATANG NIH!"

WUSHH! Aku dan Rafa nyaris tersungkur ke tanah karena laki-laki berambut ikal yang baru saja datang merangkul kami dari belakang.

"Lo kalo jalan yang bener dikit napa sih, Ca?!" Rafa berteriak marah.

"Sorry, bro, sorry. Kok lo sensian sih hari ini?" sahut Panca, si mahasiswa jurusan olahraga itu dengan tatapan menyelidik.

"Biasalah." Kataku, lalu segera duduk di kursi taman kampus.

Mata Panca melotot, lalu tangannya terangkat membungkam mulutnya sendiri. Nggak usah di kasih tahu pun aku tahu si Panca bakal ngomong apa. Lihat aja deh, satu... dua... ti-

"OMAYGAT, Raf. Lo di tinggal nikah sama si Prita ya?"

Eh, eh, lho? Lho? Kok si curut ngomong gitu?

PLAK!

"Wadawww, sakit anjiirrr! Teganya kau memukul diriku yang ganteng ini Raf. Emang di tinggal nikah Prita buat lo sesakit ini ya?"

"Yang ditinggal nikah tuh Langit. Bukan gue, anjir!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

15 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang