44 | Benua

1.1K 168 3
                                    

Benua tidak menyangka mengantar Asia pulang pagi-pagi buta menjadi salah satu kegiatan yang paling sulit dilakukannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Benua tidak menyangka mengantar Asia pulang pagi-pagi buta menjadi salah satu kegiatan yang paling sulit dilakukannya.

Sebelumnya, ia memakaikan syal merah maroon pada kekasihnya itu, menutupi segala jejak kegiatan mereka semalam. Benua tak dapat menahan diri, dikecupnya satu per satu tanda merah keunguan itu agak lama.

Di perjalanan, Asia ikut bernyanyi bersama lagu yang terputar di sistem audio mobil. Dia banyak menatap Benua dan tersenyum sendiri.

"Semangat untuk syuting hari ini, Princess," ucap Benua begitu mereka sampai di parking lot bawah tanah apartemen Asia.

"Thanks. Kamu nanti jadi menginap di apartemenku, 'kan?"

"Jadi. Kalau tidak ada hal genting lain, saya janji akan menginap malam nanti."

"I think we need to drop the whole saya dan kamu, deh."

"Aku kamu?" Benua memastikan, sudut bibirnya gatal untuk terangkat senang.

"Iya." Asia menyodorkan tangannya. "Aku nggak akan makan stroberi seharian ini, jadi jangan disia-siakan."

Benua tertawa, kemudian meraih tangan Asia, mengecup punggung tangannya. "All right. See you, my Princess."

"Call me Darling."

"See you, Darling."

"See you, Benua."

Asia keluar dari mobil, melambaikan tangan sebentar. Benua membalasnya sambil tersenyum lebar.

Wanita ini. Kekasihnya ini.

Dalam perjalanan pulang, Benua mengemudikan mobil tanpa terburu-buru. Ia menurunkan kaca jendela, membiarkan matahari pagi menjatuhkan sinar pada wajahnya tanpa penghalang. Waktu Benua seakan melambat berkali-kali lipat, sebab tak ada Asia di sisinya. Benua tak dapat mengecap manis bibirnya, menggenggam lembut tangannya, merasakan pinggang kecilnya dalam pelukan.

Dunia Benua berhenti sampai ia bisa bertemu kekasihnya lagi.

Ponsel Benua berdering, meminta perhatian. Gawainya sudah dihubungkan dengan sistem mobil, Benua melirik layar kecil di dasbor, mengernyit karena melihat nama kontak ayahnya.

"Halo, Pa." Benua berkata lebih dulu setelah mengangkat telepon.

"Papa di apartemenmu, tapi kamu tidak ada."

Samudra agak sulit diterka. Dia mungkin tiba-tiba datang demi menyampaikan kabar penting, atau mendiskusikan permasalahan bisnis dan ingin tahu input darinya, atau dia mau melakukan sesuatu dengan anak sulungnya: sarapan bersama, berolahraga, apa pun.

Bila mau dijelaskan dengan kalimat sederhana, Samudra mungkin hanya mau menghabiskan waktu dengan Benua.

"Aku keluar, ada urusan, tapi ini dalam perjalanan pulang ke apartemen. Sudah dekat, kok. Papa mau menunggu?"

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now