41 | Asia

1K 178 2
                                    

Sebelum Asia sempat menghela napas di mobil selepas syuting, Ambar sudah mengucapkan kalimat pertamanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelum Asia sempat menghela napas di mobil selepas syuting, Ambar sudah mengucapkan kalimat pertamanya. "Tadi Tante Rima telepon gue."

"Kenapa lagi?" Asia tak menyembunyikan kelelahan dan ketidaksabaran sebagai reaksi. Tangan dan kakinya sakit, hasil latihan tinju selama dua minggu. Yang ia inginkan sekarang hanya teh hangat dan pergi tidur.

"Dia minta tolong lo." Ambar membalas, tetapi terdengar seperti dia sendiri ragu dengan pemilihan katanya. "Soal Giovanni."

"Kenapa gue?" Baik Rima atau Giovanni sama-sama berada di daftar teratas nama yang tak mau didengarnya.

"Gue bingung jelasinnya gimana," aku Ambar. "Giovanni kena panic attack lagi."

"And?" Asia tidak bermaksud menjadi tidak peka, tetapi ia heran dirinya menjadi pihak yang dimintai tolong. "Yang dihubungi seharusnya dokter atau psikiater, bukan saudara tiri."

"I don't understand either."

"Terus dia bilang apa lagi? Nggak mungkin cuma minta bantuan."

"Dia minta lo besok-besok datang ke lokasi syuting Giovanni buat ngasih cara mengatasi keadaan itu."

"Dia tahu gue lagi ada proyek nggak, sih?"

"Gue sempat singgung itu dan Tante Rima jelas tahu. Dia bilang, lo profesional dan bisa menyempatkan waktu."

Pelipis Asia berdenyut nyeri. "Nonsense. Yang Giovanni perlukan itu ke psikiater. Kalaupun gue datang dan ngasih wejangan ke dia, dikira masalahnya langsung selesai?"

"Mungkin karena lo dari dulu always deal with your things?"

"Ya, begini hasilnya." Asia mengangkat setengah tangan. "Inner child issue, anger issues pula, dianggap snobby dan nggak disukai banyak orang. Aneh. Nggak pernah ngerti maksudnya apa. Kasih gue nomor manajer Giovanni deh, buat jaga-jaga. Seharusnya dari dulu nggak usah ambil hak asuh anak kalau emang nggak punya kapasitas."

"Nanti gue kirim kontaknya." Ambar menanggapi permintaan Asia saja, membiarkan kliennya menumpahkan amarah.

Asia menghirup inhaler roll on, semua kata tertahan di ujung lidah. Ia sadar omongannya bisa sangat menyakitkan, jadi Asia banyak menutup mulut.

Di Indonesia, kesadaran soal kesehatan mental masih sangat rendah. Sebagai pekerja di industri hiburan, aktor dan aktris seringkali tak dianggap sebagai manusia sepenuhnya. Mereka lebih sering dilihat di layar, memerankan peran dari naskah. Mereka ada untuk dikagumi. Menghibur, tugas utamanya. Bila orang-orang melihat kesalahan dan sesuatu di luar ekspektasi, publik tak bakal menyukainya.

Mereka harus sempurna. Kabar soal serangan panik Giovanni akan menggeser persepsi masyarakat, yang menurut Asia tak adil dan konyol.

Industri hiburan punya banyak tekanan dan mengharapkan emosi sepenuhnya baik-baik saja itu tak masuk akal.

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now