BAB 6

1.1K 77 0
                                    

"Chi?, boleh ikut gue sebentar? " tanya aenon pada echi

Echi menatap aenon bingung
"Kemane?"

"Ikut aja"

.

.

.

.


"Ngapain lo bawa gue kesini? " Tanya echi karena aenon yang membawanya ke atas bukit

Aenon terduduk
"Udah duduk dulu, sekalian cerita cerita disini'
Echi menurut saja dan duduk di sebelah aenon

" .. Chi, sebenernya gue mau nanya ini dari hari itu" saat aenon mengatakan itu echi menoleh pada nya dan menatapnya bingung

"Nanya apa?"

".. Lu.. Suka sama gin kan?" Saat mendengar itu mata echi sedikit terbelalak

"Hah?" Itu reaksi pertamanya
"Maksud lo? "

"Maksud gue.. Lu suka sama gin kan?"

".. Gue?"
"Iya" jawab aenon

".. Kalau lu suka juga silahkan gue ga larang" ucap echi

"Eh, gue nanya gila" ucap aenon
Echi terdiam beberapa saat

"Ya, gue ada rasa sedikit sih"
"Cuman kalau lu suka juga silahkan" lanjut echi
"Yeuu bukan nya gitu" ucap aenon
"Gue cuman ngeliat perilaku lo kok kayak beda akhir akhir ini"

"Perilaku gue? Gue baik baik aja kok aman aman aja" jawab echi
"Kalau dibilang lebih suka gin gk sih gua lebih kek lo"
"Because, kita udah temenan lama jangan ngebiarin satu orang ngehancurin persahabatan kita, gitu loh" lanjut echi

Aenon mengangguk setuju
"Iya juga si.. " ucap aenon

Mereka berdua di atas bukit itu bisa dibilang ngobrol ngobrol dikit , walau echi masih kesal dengan aenon yang dekat dengan gin tapi ia terus mencoba menyampingkan hal itu

...

Langit malam gemerlap bintang, angin lembut menerpa lembut kulitnya, rambutnya berkibas pelan terbawa angin
".. Boleh nyerah aja ga sih?" Gumam gin, yang terduduk di bibir pantai, gin terus melamun di sana ia rasa semuanya selalu saja tidak berjalan dengan baik, ia menghela nafas panjang dan pergi kembali ke dalam rumah.

Sore hari yang terang nya cahaya oranye,
Dan echi sedang melamun ke arah laut lepas itu
"Echi?" Echi mendengar suara yang tak asing baginya ia melirik pada sumber suara itu

"Gin?, ada apa? " tanya nya bingung

"Mau jalan? "

.

.

.

"Tumben banget ngajakin ke sini? " ucap echi bingung karena gin membawanya ke tempat yang luamayan indah untuk melihat sunset

".. Chi, gue sebenernya mau minta maaaf aja sih, kalau gue ada salah"

Echi menatap gin bingung
"Kesambet apa lo?"

".. Ya lo tau lah chi, akhir akhir ini banyak hal yang ngebuat kita banyak pikiran"

".. Iya juga sih" jawab echi

"lu ngerasa gak sih.. Akhir akhir ini itu cape banget? " ucap echi

".. Banget sih.. Gue kadang kepikiran mulu, kenapa sih kita harus ada yang namanya perang, kenapa harus main tembak tembakkan.. Kan bisa di omongin dulu gak usah main tembak gitu loh, gue gamau kita sama siapapun berantem gitu, gk asal maen ke jalan.. " ucap gin

".. Lelah aja gitu, sama tentang permafiaan ini.." Lanjut gin

Echi menatap gin dalam dalam, echi memalingkan wajahnya dan mengangguk

".. Gue juga cape.."

"Cape kenapa? " tanya gin

".. Lo tau kan kalau yang suka dimarahin papi siapa? Gue, apa apa gue yang di salahin.. Ntah karena itu atau hal lain, pasti gue lagi gue lagi"

Gin mengangguk mengerti
".. Gue punya temen sama anak sebelah kalau gak salah dan karena rion ada masalah sama organisasi itu ya jadi mau ga mau pasti di larang main bareng"

... Hening echi

".. Gue.. Sebenernya cuman mau ngehibur kalian gitu loh, kayak.. Kalian gak cape apa serius mulu hidupnya?.. Jadi kadang gue suka becandain papi atau siapa kek.. Karena gue cuman pengen mereka bercanda gitu.. Gk serius mulu" terisaknya menahan tangis

.

.

.

'Faktanya.. Kita sama sama sakit, tapi tidak berdarah, di keadaan apapun selalu saja terasa lelah, sudah banyak istirahat tapi sama saja
Kita ini kenapa?'
.

.

.

Setelah mereka sudah puas bercerita dan sebagainya tibalah, .. Pulang

"Eh, gin gue mau sama selia pulang nya"

"Oh, yaudah" ucap gin dan pergi terlebih dahulu

__________________________________________________

"Habis ngapain lo tadi sama gin?" Tanya selia

".. Gin, ngajak jalan"

Mendengar jawaban echi, selia hanya meng-oh
"Nagajakin baikan juga kah?"

Echi terdiam sejenak
"... Yaa gitu deh"
"Tapi jujur.. Gue masih rada kesel tapi gue gak bisa kesel sama aenon atau sama gin"

Selia mengangguk paham
"Mereka semua termasuk lu itu udah gue anggep sahabat, terus ketika gue ngeliat mereka berdua bareng gitu kan kemana mana, kadang gue mikir 'ini mereka doang yang sahabatan apa gue emang bukan siapa siapa mereka? ' sedang kan.. Gue sama gin udah lebih dulu gitu kan.." Ucap echi yang menahan air matanya

"Kayak.. Gue kadang mau bilang ke aenon, kenapa gk sama gue aja? Kenapa gk ajak gue jalan aja? Kenapa harus sama gin gitu?"lanjut echi

" berarti lu ngerasa ditinggal sama 2 sahabat lu itu?" Tanya selia

Echi mengangguk
".. Ya, gimana gk ngeras coba.. Ngeliat mereka berdua terus.. Ngajak gue juga malah jadi patung guenya, mereka sibuk ngobrol.. Masa gue cuma bisa 'hehe, oh, iya, heem' yakali gitu kan.. " keluh echi

Selia terdiam beberapa saat

.

.

.

.

Ternyata tak selia sangka echi air mata echi sudah mengir dari tadi berat mungkin rasanya, lelah, dalam hal pertamanan, percintaan, keluarga, perlahan-lahan echi meluapkan semuanya di dekat selia

Selia yang mengerti ia terus mencoba tidak melirik echi

.

.

.

.
"Udah nangis nya bego, berisik! " kesal selia mendengar dan melihat echi yang terus menangis

"Lama lama gue bawa ke kandang macan lu"

"Jahat lo, sel"
Kesal echi

tokyo noir familia? [TNF]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن