"Reina, ayo nak sarapan dulu. Udah jam berapa ini?"
"Bentar bun, ini lagi siap-siap sebentar."
Reina dan kedua orang tuanya kini duduk bersama di meja makan, menikmati sarapan yang sudah dibuat oleh Mama Lita, bunda Reina.
"Kamu itu ya, jangan nonton korea mulu jadinya pasti gini bingung sendiri kalau mau berangkat", omel Mama Lita.
"Udah mah, namanya juga anak muda. Menikmati masa muda lah". Papa Reina yang selalu mendukung semua hal yang dilakukan Reina, selama hal itu tidak berdampak buruk bagi Reina. Bagi Aryo, Papa Reina, kebahagiaan Reina adalah segalanya.
Pukul 07.25 Reina sudah sampai di sekolahnya SMA Harapan Bangsa, diantar Papa Aryo. Reina memang sudah bisa mengendarai motor bahkan mobil, namun sampai sekarang Reina duduk dibangku kelas 12 Papa Aryo masih belum memperbolehkan Reina berangkat ke sekolah sendiri. Maklum saja, Reina adalah anak satu-satunya. Jadi Papa Aryo sangat memanjakan Reina.
"Vi, tumben lo baru dateng jam segini?" tanya Reina kepada Via. Ya benar, Via adalah sahabat Reina sejak SMP. Selain Via, Mira dan Citra adalah sahabat Reina. Reina memang anak yang pandai bergaul, namun menurutnya sahabat yang bisa ia percaya hanya mereka bertiga.
"Iya nih, telat bangun gue gara-gara nonton drama yang lo rekomendasiin kemarin. Tapi sumpah sih Rei, bagus banget dramanya. Gue sampe bayangin gimana kalo gue jadi si cewek. Nangis banget gue semalem. Sampe noh liat sembab mata gue." Via memang orang paling cerewet seantero SMA Harapan Bangsa, tapi Reina sayang.
"Haha, bener banget. Gue kemarin juga nangisin tuh cerita. Ngenes banget jadi tuh cewek, amit-amit deh gue."
Sesampainya dikelas sudah ada dua sahabatnya yang lain, Citra dan Mira. Setelah Reina dan Via masuk, guru mereka pun datang.
Sahabat,
Orang yang selalu menerima semua hal tentang kita.
Orang yang membuat hari-hari menjadi lebih bahagia.
Bagiku, mereka adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan setelah orang tuaku.
Reina.
YOU ARE READING
Dialog Rasa
RandomBanyak rasa yang bisa diungkapkan lewat kata, namun tidak sedikit yang berakhir dengan diam sampai pada akhirnya rasa itu terkalahkan oleh waktu.
