Bab 4 Bad boy SMA

133 10 0
                                    

"Sebentar lagi kita ujian. Setelah itu kita lulus, lalu berpisah," ujar Juno ketika melihat Lola terus mengacuhkannya. Mereka berada di kantin sekolah dan lalu-lalang siswa lainnya membuatnya tak berani bicara keras-keras. "Apa kamu nggak merasa ada yang aneh?"

"Apanya yang aneh?" Lola balik bertanya sembari mengaduk-aduk gula di dalam minuman dinginnya.

"Kita. Hubungan kita," tegas Juno. Seketika itu juga dia melihat gadis yang duduk di depannya itu mengangkat alisnya. "Dua tahun lebih kita berada di sekolah yang sama. Tapi kita seperti orang yang nggak saling kenal. Apa kamu nggak merasa aneh?"

"Aku nggak merasa begitu," timpal Lola ringan.

Tapi dia berbohong. Sebenarnya Lola juga merasa aneh. Bayangkan saja. Ketika pertama kali bertemu, dia langsung menyatakan suka pada anak laki-laki ini. Meskipun cuma menyatakannya dalam hati. Dan sejak saat itu, hampir setiap hari Lola mengedarkan pandangannya untuk mencari-cari Juno saat jam istirahat. Itu membuatnya merasa seperti penguntit atau semacamnya. Tapi sebenarnya dia hanya sedang jatuh cinta.Beberapa kali Lola berniat untuk menyapa dan memulai obrolan. Tapi ketika mereka sudah berdekatan, dia malah kehilangan keberaniannya. Kadang Lola merasa gagasannya itu akan membuatnya terlihat murahan. Sehingga diapun mengurungkan niatnya. Dan sekarang, setelah tiga tahun Juno baru menyadarinya? Ini sudah terlambat!

"Kamu nggak menganggapku sebagai saingan kan, Ol?" lanjut Juno ketika melihat Lola hanya diam dan termenung. "Peringkat kita iring-iringan terus sejak kelas satu. Dan sejauh ini, aku selalu mengungguli kamu. Aku harap itu nggak menjadi alasanmu untuk menjauhi aku."

"Hmm ..." tanggap Lola acuh. Dia hanya bergumam, lalu menyeruput minumannya.

"Tapi kalau itu memang benar, aku merasa sangat menyesal. Karena sejujurnya, dari dulu aku suka sama kamu, Ol. Dan aku harap kamu menghilangkan anggapan kalau kita sedang bersaing."

"Nggak, kok!" sahut Lola. "Aku nggak berpikir begitu."

"Baguslah. Jadi, apa itu artinya aku boleh ngajak kamu jalan?"

"Apa?"

"Aku mau ngajak kamu ke ..."

"Hei, Ol!" sapa anak perempuan yang datang bersama temannya.

Mereka langsung duduk mengapit Lola. Mereka mengerjap sesaat ketika mendapati Juno berada disana. Tapi kemudian mereka segera mengacuhkannya. "Kacau nih! Kenapa sih kamu mesti keluar dari teater? Setelah nggak ada kamu, anak-anak jadi pada susah diatur. Apalagi dengan adanya Si Lani, semuanya jadi tambah kacau. Dia ngambil peran sutradara sekaligus peran utama. Apa nggak gila namanya? Semua adegan mesti sesuai arahan dia. Nggak apa-apa sih kalau adegannya keren. Tapi arahannya ya, gitu-gitu aja."

"Sabar, Bu," canda Lola. "Sekarang ambil nafas dulu. Kalau kamu sampai pingsan, kan aku juga yang repot. Atau mendingan minum dulu. Nih!" tawarnya tak sungguh-sungguh.

Tapi anak perempuan itu segera meneguk minumannya, sampai tetes terakhir. Dan Lola pun merasa menyesal karena sudah menawarkan minumannya.

"Mendingan kamu balik lagi ke teater, Ol," rajuk anak perempuan yang satunya. "Daripada nggak ada kerjaan kayak gini. Kan kamu juga yang bikin ceritanya. Jadi, kamulah yang paling tahu adegannya mesti gimana."

"Masa sih? Itu kan cuma dongeng lama yang ditulis ulang," timpal Lola merendah.

"Tapi ini keren banget, Ol!" pekik anak perempuan itu. "Belum pernah ada yang bikin remake sekeren ini. Kita pasti menang tahun ini!"

"Dan ... oh ya, Ol. Kita masih punya satu masalah lagi," lanjut anak perempuan yang baru menenggak habis minumannya itu. "Pemerannya belum lengkap, terutama untuk karakter utamanya. Kamu tahu sendiri kan, anak laki-laki cuma sedikit yang mau gabung ke teater. Dan mencari yang cocok buat karakter itu juga susahnya minta ampun. Jadi intinya, kita kekurangan pemain."

Pacarku Jatuh dari LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang