Chapter 4: Sakit

5 2 0
                                    

TW // blood , self harm , violence

---

Tighnari menggertakkan giginya, "Lo pastinya tahu kan pergerakan gegabah sedikitpun bisa bikin kita semua dalam masalah!"

"Siapa yang peduli, hah?! Lo denger sendiri Mr. HNS bilang kalau kita cuma bisa lindungi diri kita sendiri! Lo kalau mau selamat nggak usah berlagak kayak pahlawan."

Tighnari terdiam, ia harus mengontrol emosinya agar tak ada masalah lagi yang timbul diantara mereka.

"Terserah."

Semuanya menjadi hening, waktu jeda yang diberikan Mr. HNS pun sudah usai.

"Waktunya sudah habis, kini kalian tidak bisa lagi memikirkan tentang masa depan, dan fokuslah dengan apa yang terjadi hari ini. Ingat, hanya diri kalian sendiri yang bisa melindungi kalian."

Seringaian tercetak jelas dibalik topeng Mr. HNS itu.

Kaveh, dan kawan-kawannya sudah duduk kembali di kursinya masing-masing. Tidak ada lagi perasaan yang terasa selain rasa takut, dan tegang yang menyelimuti hatinya. Masing-masing tangan terkepal demi menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. 

"Sebelum kita mulai kedalam permainan utama kita, yakni petak umpet. Kalian bisa ambil pisau yang tersimpan di dalam lemari sebelah kanan Dapur."

Mata mereka membulat, Faruzan berteriak sebagai rasa terkejutnya. Sedangkan yang lainnya menganga tidak percaya.

Suara tawa Mr. HNS terdengar, "HAHAHAHA, tenang saja Saya tidak akan menyuruh Kalian untuk menyerang satu sama lain. Mana mungkin Saya tega merusak persahabatan Kalian," ucapnya yang terdengar seolah sedang mengejek.

Cyno menggeram, "terus maksud Lo apa bangsat?!"

"Chill guys, Kalian cukup ikuti apa yang Saya perintahkan dan kembalilah ke meja ini ketika sudah memegang pisaunya masing-masing," ucap Mr. HNS yang dengan berat hati diikuti oleh Mereka. 

Kaveh menatap pisau di tangannya dengan kosong, ia tenggelam dalam pikirannya sendiri, mencoba menebak-nebak tujuan dari Mr. HNS menyuruh Mereka membawa pisau. Langkahnya sangat lambat karena terlalu sibuk dengan isi pikirannya, hingga menjadi orang terakhir yang kembali ke meja makan.

Haitham sadar jika Kaveh sedang berlarut-larut dalam pikirannya sendiri, ia pun menepuk bahu Kaveh ketika temannya itu duduk di sampingnya.

Kaveh terlonjak, ia menatap Haitham dengan was-was, "kenapa Tham?"

"Jangan melamun," ucap Haitham dengan tatapan lurus menusuk indera penglihatan Kaveh. Sang empu yang ditatap pun mengangguk, dan mencoba mengenyahkan semua terkaannya terkait pisau yang Mereka genggam.

"Baiklah, biar Saya jelaskan peraturan sub-game kita yang pertama. Saya akan menepuk acak pundak salah satu pemain untuk menjadi orang yang berjaga dalam petak umpet kali ini, dan selagi orang itu berjaga, para pemain yang lainnya harus mencari tempat persembunyian masing-masing. Dan untuk sub-game yang harus Kalian lakukan selama permainan ini berlangsung adalah..." Mr. HNS memberi jeda dalam ucapannya.

Suasana menjadi hening, tak ada satupun yang berniat menyela. Semuanya semakin tenggelam dalam rasa takut yang membelenggu diri mereka sendiri. Dehya meneguk ludahnya sendiri selagi menunggu Mr. HNS melanjutkan ucapannya.

"... tulislah kalimat Hide N Seek pada tangan Kalian masing-masing, menggunakan pisau yang Kalian genggam."

Tubuh mereka melemas, seakan-akan nyawanya telah tercabut. Mata mereka membola dan mulut terbuka tak bersuara. Kalimat Mr. HNS berhasil membuat mereka semakin bungkam, dan gemetar.

HIDE N SEEK: I Can See You || Sumeru Genshin modern AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang