Satu

987 94 18
                                    

Bangkok, Thailand, 30 Mei 2024

Pukul tiga dini hari, untuk pertama kalinya, Bangkok diselimuti kabut tebal dan suhu turun menyentuh angka tujuh belas celsius. Sebuah Cadillac membelah jalanan yang sepi dengan lampu jauh yang berusaha menembus kabut. Didalam, Nattaniall Miray menatap keluar jendela sambil menyenandungkan Over The Rainbow dengan suara rendah yang hampir menyerupai bisikan jahat ditengah kegelapan.

Natta, dia seorang pria muda berusia dua puluh lima. Sungguh, siapapun yang melihatnya di kali pertama akan berpikir bahwa Tuhan sedang bersenang hati saat menciptakan Natta. Seorang pria tampan, bertubuh jangkung dengan mata hazelnya yang besar dan jernih. Tatapannya hampir seperti tatapan kosong orang yang melamun, dan karena dia baru saja tiba, tidak ada yang benar-benar bisa memutuskan apakah dia tipe pendiam atau banyak bicara.

Supir didepan melirik sang tuan muda dari spion. Natta tahu dia diperhatikan tapi bersikap tak acuh, pria itu berada dalam dunianya sendiri. Hanya dalam hitungan detik, kekosongan dimatanya berisi nyala semangat liar kala monumen demokrasi tepat didepan mata. Sekarang dia baru benar-benar merasa sudah berada di Thailand.

Senandung Natta berhenti. Kesunyian yang lebih dingin daripada suhu luar menyelimuti sisa perjalanan. Si supir merasa aneh, tidak nyaman hingga perutnya melilit, seperti sedang membawa penumpang hantu gentayangan. Si supir melirik spion lagi dan terkejut Natta sedang menatapnya tanpa berkedip. Untunglah saat itu gerbang Khwameta sudah didepan mata. Si supir lega sekali. Ah, para Miray ini memang agak tidak beres, pikir si supir.

Meskipun dia seorang Miray, ini adalah pertama kalinya Natta menginjakkan kaki di Khwameta. Dari namanya, mansion ini berarti kebaikan hati. Tempat ini dipilih oleh seorang ahli fengshui dan dipercaya mendatangkan kemakmuran dan kekayaan melimpah. Syukulah, ini seperti yang dikatakan, Meraki Group tumbuh kuat dan kaya raya.

Natta sudah ditunggu. Diteras ada Helena Miray yang membungkus dirinya dengan jubah tidur. Wanita cantik berusia lima puluh empat itu tampak sembab, kesannya dia orang yang sedang berduka meskipun kilatan dimatanya mengkhianati usahanya. "Oh, anakku sayang. Selamat datang dirumah," dia langsung menabrak peluk putranya—Natta. Hilang sudah kesan berduka yang dia tampilkan karena kini tidak mampu menahan kebahagiaan menerima putranya dalam pelukan. "Kita seharusnya membuat penyambutan besar untukmu. Sayang sekali, kematian tidak bisa ditunda, kita punya pemakaman."

ꟷꟷꟷ

Win Duangrat baru saja bangun dan menemukan notifikasi surel baru dari Rumah Sakit Miray. Tidak ada harapan, Win sadar diri dia telah gagal melanjutkan studi ke Inggris dan Jerman dan harus puas melanjutkan studi di Thailand. Toh, rumah sakit nomor satu itu mana mau menerima dokter spesialis penyakit dalam yang baru saja lulus dan tidak punya pengalaman kerja yang hebat.

"D-diterima?" Win tergagap. Melotot pada tulisan; kami dengan bahagia dan bangga menyambut anda sebagai dokter kami yang berharga. Sulit dipercaya. Win mengusap matanya untuk memastikan dia tidak sedang bermimpi.

"Mohon melakukan konfirmasi ke bagian kepegawaian tanggal 5 Juni 2024—fuck, baby!" dia menjerit kegirangan sebelum membekap mulutnya sendiri. Mimpinya untuk tinggal dan bekerja di Bangkok serta menjalani kehidupan yang diinginkannya terwujud. Rumah Sakit Miray adalah segala yang dia butuhkan, karir, koneksi, tangga naik lebih tinggi.

Detik itu juga dia mengambil tangkapan layar dan mengirimkannya di grup Line yang diberi nama 'BestBestie'. Butuh sepuluh menit untuk seseorang membacanya lebih dulu. Itu adalah Thara Thaem.

Thara Thaem baru akan tidur setelah menyelesaikan tiga bab novel terbarunya. Dikejar tengat waktu hingga bulan depan. Thara masih harus menyelesaikan kira-kira enam bab lagi untuk mencapai akhir cerita. Sudah dua bulan tidurnya berantakan, jadi ketika membaca pesan Line yang dikirim Win Duangrat, dia mengira dia sedang bermimpi.

Wicked Game [MILEAPO]Where stories live. Discover now