5. Berapa Persen?

Mulai dari awal
                                    

"Yang kemarin," ujar Abel pelan, sembari tangannya sibuk menggambar garis-garis abstrak pada permukaan meja sebelum kembali melanjutkan kalimatnya.

"Yang menjatuhkan kopi."

Hening.

Ian tidak menjawabi kalimat Abel lagi membuat Abel sedikit kesal karena diabaikan.

Tetapi Ian tiba-tiba berbalik, sepertinya pria itu sudah selesai dengan kegiatan mencucinya. Tatapan mereka kembali beradu, tetapi Abel berusaha untuk berani menatapnya balik dan berusaha tidak terintimidasi dengan tatapan dingin pria itu.

"Begini, aku datang kemari untuk melamar..."

"Kita tidak menerima pegawai perempuan," balas Ian cepat, memotong kalimat Abel.

"Tunggu sebentar, ijinkan aku bekerja selama beberapa bulan," Abel berujar dengan nada sedikit tinggi, berusaha menampilkan kondisi terdesaknya melalui hal itu.

Ian yang sudah bersiap untuk mengambil langkah dari sana, akhirnya memutuskan untuk mengurungkan niat. Ian bersandar pada sisi bak wastafel sembari melipat tangan dan menatap lurus ke arah Abel, menunggu kalimat selanjutnya dari wanita itu.

Abel menurunkan pandangannya pada lantai bawah bersamaan dengan kepercayaan dirinya yang mulai turun.

"Sebenarnya ada hal yang ingin aku diskusikan denganmu. Ini menyangku hal pribadiku," ujar Abel dengan cepat.

Ian memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah pasangan yang tadi, dimana mereka berdua tampak saling melempar candaan dan tertawa setelahnya. Mereka tampak seperti sepasang kekasih yang dimabuk cinta dan buta terhadap hal disekitarnya. Kemudian si wanita tiba-tiba bangkit dari duduknya, membuat gerakan menunjuk ke arah lorong bilik toilet. 

Ian beranjak dari meja konter untuk pembuatan kopi kemudian keluar dari pintu kecil yang berada tepat disebelah kasir sebelum berakhir menghampiri meja mereka untuk berbicara dengan pacar si wanita tadi.

Abel dikacangi.

Wow, ternyata Ian benar-benar tipe orang yang susah untuk didekati.

"Menyerahlah saja, dia itu keras kepala. Perintahnya tidak bisa dibantah," akhirnya Bastian tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar.

Menyadari raut Abel yang terlihat shock karena sikap Ian tadi, Bastian akhirnya memberikan wanita itu opininya.

"Kau menguping?" tanya Abel, hampir saja Abel menceritakan secara detail alasan dibalik alasan kedatangannya untuk datang melamar di posisi itu. Abel hanya merasa malu.

"Tidak sengaja mendengar," ujar Bastian sembari menyentuh pelan telinganya sekali.

"Lalu bagaimana kau bsia bertahan bekerja dengannya?" tanya Abel lagi penasaran.

"Entahlah, dulu dia tidak separah ini. Mungkin terlalu lama hidup sendiri dan tidak punya pasangan, akhirnya dia kesepian dan emosinya menjadi buruk," ujar Bastian kelewat jujur.

Dan saat Ian sudah menyelesaikan obrolannya dan berjalan berbalik ke arah meja kasir, Bastian melebarkan matanya dan langsung mengambil kain bersih dari laci kemudian pura-pura mengelap sudut meja yang terlihat mengkilap itu.

Abel tersenyum kecil, ternyata Bastian juga sama seperti dirinya. 

Sesaat setelah sampai di samping Abel, Ian langsung berujar tepat dihadapannya, "Kau pikir pekerjaan ini main-main? Kerja selama sebulan? Ada kontrak dan jangka waktu yang harus kau terima. Dan aku tidak menerima pekerja yang tidak serius sepertimu."

Pecah rekor.

Mulut Abel terbuka takjub dengan tangannya yang refleks bertepuk tiga kali. Sedangkan Ian hanya menatap bingung dengan sikap Abel itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Latte You (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang