2.~|°MAIN°|~

50 10 16
                                    

Di tengah padang rumput yang luas, dihiasi bunga-bunga yang bermekaran, Zass duduk di bawah naungan pohon yang rindang, menikmati semilir angin yang lembut menerpa wajahnya.

Zass membuka mata dan melihat dari kejauhan seorang gadis yang tengah duduk dikelilingi oleh kelinci dan tupai. Meski wajah gadis itu tak jelas, ia terlihat sangat cantik dengan gaun putih yang ia kenakan, dan mahkota bunga yang tersemat pada kepalanya menambah kecantikan aura yang terpancar darinya. Zass menatap pemandangan itu dengan tatapan lembut, senyum kecil tersungging di wajahnya.

Gadis itu menoleh dan menatap Zass, senyumannya merekah dengan indah, melambaikan tangan seolah meminta Zass untuk menghampirinya. Zass terdiam sejenak, kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri gadis itu. Saat sosok Zass semakin dekat, cahaya yang semakin lama semakin terang menyelimuti mereka, sampai akhirnya Zass terbangun dari mimpinya.

Zass terbangun akibat sang ayah yang membangunkannya. Dengan rasa sedikit kesal, Zass menatap jam yang menunjukkan pukul 03.18 dan menatap sang ayah dengan satu alis terangkat. Sang ayah tersenyum kikuk dan duduk di sampingnya.

"Ayah gak bisa tidur, Zass. Jadi, ayah membangunkanmu. Jalan-jalan yuk," ajak sang ayah dengan suara yang berusaha terdengar ceria.

Zass menghela napas, rasa kesalnya perlahan memudar. Ia tahu ayahnya memiliki cara unik untuk menghabiskan waktu bersama, terutama saat insomnia menyerang. Dengan langkah yang masih berat, Zass bangkit dari tempat tidur, mengenakan jaket tebal, dan mengikuti sang ayah keluar rumah.

Mereka berjalan berdua di bawah langit yang bertabur bintang, menikmati keheningan malam yang hanya sesekali dipecah oleh suara jangkrik. Ayahnya mulai bercerita tentang pertemuan sang ayah dan sang ibu di danau tempat yang mereka singgahi sekarang dan Zass dengan perhatian mendengarkan seluruh cerita yang ayahnya ceritakan. Meski awalnya terbangun dengan perasaan kesal, Zass mulai merasa bersyukur atas momen langka ini, berjalan bersama ayahnya, mendengarkan kisah sang ayah.

"Begitulah ayah bertemu dengannya meski saat itu ayah sangat kesulitan mempelajari bahasa isyarat namun ayah tetap melakukannya agar bisa berkomunikasi dengan wanita yang sekarang telah menjadi ibumu," ucap sang ayah, mengakhiri ceritanya.  menatap Zass yang kini menatap lurus ke depan dengan lembut, kemudian mengelus rambutnya.

"Di umurmu yang segini, saat seumuran denganmu, ayah sedang mabuk-mabukan asmara. Kalau kamu, Zass? Ada gadis yang kamu sukai di sekolah?" tanya sang ayah dengan senyum ingin tahu.

Zass memutar bola matanya dan menggeleng, namun terdiam, mengingat gadis yang selalu muncul di mimpinya akhir-akhir ini, membuat matanya sedikit berbinar dan sebuah senyum kecil tersungging di bibirnya. Melihat hal itu, sang ayah hanya tertawa kecil, kemudian melihat jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 06:29.

"Baiklah, Zass, sebaiknya kita segera pulang. Nanti kamu terlambat sekolah dan ayah terlambat kerja," ucap sang ayah. Zass hanya mengangguk, namun terkejut saat sang ayah langsung berlari meninggalkannya sambil berteriak, "Yang kalah harus masak sarapan selama seminggu!"

Mendengar itu, Zass langsung berlari. Tak butuh waktu lama, Zass mendahului sang ayah. "Ya Tuhan, aku lupa anakku sendiri atlet muda di sekolahnya," gumam sang ayah, kemudian menatap lembut siluet anaknya yang semakin menjauh.

Saat tiba di kantin, seluruh siswi yang ada di sana heboh bisik-bisik dan sedikit cekikikan. Beberapa langsung menyapa Zass dan mengerumuni Zass, menawarkan makanan, minuman, atau sekedar menanyakan kabar hingga ia sendiri kewalahan. Sebelum akhirnya, sebuah tangan merangkul lehernya dan menariknya mundur.

"Maaf nona-nona, namun pangeran anda semua ini harus pergi dan menghabiskan waktu denganku," ucap seseorang dengan senyum tertekannya. Seragam berantakan, aksesori sekolah tak lengkap, tak memakai kaos kaki sesuai jadwal, serta bau rokok yang pekat menempel di bajunya. Kandidat yang sangat sempurna untuk dicatat dan dimasukkan ke ruang BK, namun ruang BK sendiri telah angkat tangan menyerah dengan kelakuan pangeran sekolah yang satu ini.

Faith ||°Ejen Zass°||حيث تعيش القصص. اكتشف الآن