"Om Inggit bakal nyesel kalau tau!" Ujarnya yange kemudian menancapkan pisaunya pada paha Inggit.
"ARGHHH! SIALAN!!" Jerit Inggit.

Baskara mencabut pisaunya, lalu mengambil alkohol dari Dirgan yang tengah mengobati lukanya sendiri.

"Bentar lagi giliran lo, tapi jangan dibunuh. Gue mau dia masuk penjara seumur hidup," ujar Baskara sebelum melangkah kembali menuju Inggit.

Dirgan hanya mengangguk, sebenarnya ingin sekali membunuh Inggit dengan cara paling kejam.

Baskara mengguyurkan alkohol tersebut pada tubuh Inggit hingga si empu menjerit kesakitan. Merasa puas, kini Baskara mendudukkan dirinya di kursi samping Inggit dan menyuruh Dirgan untuk mengikatnya tetapi tidak terlalu kencang. Ia juga menyerahkan rekaman suara Inggit pada Dirgan.

Dirgan menghela napasnya, kilatan amarah terpancar di matanya saat menatap Inggit. Seperti kembali ke masalalu, Dirgan melihat Inggit yang tengah menusuk berkali-kali perut papanya.

'DUGH!'

"Kenapa anda membunuh orangtua saya?! Kenapa?!" Dirgan membenturkan kepala belakang Inggit pada senderan kursi.

Dirgan terus memukuli Inggit dengan tangannya sendiri. Walau memakai sarung tangan, tapi masih bisa membuat Inggit babak belur hingga lemas.

"Gan, udah! Gue tau lo mau dia mati, gue juga! Tapi gue lebih mau dia menderita dulu, kayak yang udah kita alami." Baskara berusaha menghentikan Dirgan yang sudah kalap.

Dengan napas memburu, Dirgan mengusap darah di wajah Inggit. Lalu berbisik.
"Lo salah kalau nyewa AOD ataupun EPD, karena itu adalah kita....."

Menjauhkan wajahnya dari telinga Inggit, Dirga menarik rambut Inggit dengan kencang.
"Akuin semua kesalahan yang udah lo lakuin atau jadi tawanan kita seumur hidup dengan siksaan?" Tawar Dirgan yang membuat Inggit menatapnya takut.

Pisaunya mengarah pada bola mata Inggit, membuat pria itu mau tak mau mengatakan semua perbuatan keji yang telah ia lakukan. Setelah itu, Dirgan kembali membenturkan krpala Inggit hingga pingsan.

"Gan, luka lo gak papa?" Tanya Baskara yang khawatir dengan luka diperut Dirgan.

"Tenang aja, udah gue obatin dan balut tadi, ini luka kecil, Bas."

"Luka kecil matamu!" Kesal dengan Dirgan yang selalu menganggap kecil lukanya, padahal itu luka tembak.

"Gue baik-baik aja, mantan...."

"Shibal!! Jangan panggil gue mantan, lah! Iya-iya, kita udah putus, tapi gue aja yang manggil lo mantan, lo gak boleh manggil gue mantan!" Sungut Baskara tidak terima yang membuay Dirgan tertawa pelan.

"Baik, calon istri...."

"Sinting!! Udah, ah! Jangan lupa kabari om Aksen dulu. Bilang gue diculik," ujar Baskara, Dirgan mengangguk dan sibuk menghilangkan jejaknya, lalu menaruh rekaman itu di bawah Inggit.

"Bius gue." Ucapan Baskara itu membuatnya menoleh.

"Kenapa harus dibius? Lo tutup mata aja, pura-pura pingsan."

"Kagak mau, nanti ketahuan. Bius aja, tutup mulut gue juga, sekalian sayat pipi gue," ujar Baskara.

"Gak, gak usah pake sayat-sayatan." Tentu saja Dirgan menolaknya.

"Elah! Cuma satu sayatan aja di pipi, lo pelan-pelan. Biar gue kayak diculik beneran bjir!"

Menghela napas kasar dan menuruti kemauan Baskara. Ia menyayat pipinya dengan begitu hati-hati. Kemudian menutup mulutnya dengan kain, kemudian membiusnya hingga tidak sadarkan diri.

CANDRAMAWA KELABU✔Where stories live. Discover now