11

11.4K 1.2K 69
                                    

Typo.
Vote dulu, gan. Matursuwon.

________________________________

Selamat membaca.
________________________________

Baskara memakan siomaynya dengan lahap, dirinya lapar karena tidak sarapan. Terlalu malas dengan Dirgan, Baskara sadar jika dirinya terlalu berlebihan sampai marah pada Dirgan. Harusnya ia bersikap biasa saja saat Dirgan lebih memilih Mawar, kan? Hatinya terasa janggal, sungguh Baskara pun tidak tau perasaan apa yang ia rasakan pada Dirgan.

Asik memakan siomaynya, tidak sadar jika sekarang sudah pukul 8 lewat 15 menit, itu artinya ia terlambat memasuki kelas kuliahnya. Sengaja tidak membuka ponsel karena Dirgan terus menghubunginya.
"Bjir! Mana mata kuliahnya bu Ema, mampus gue!"

"Semoga, dibolehin masuk." Baskara terus berdoa di dalam hati agar dosennya itu sedikit memberinya kemurahan hati. Syukur-sukur dosennya itu tidak masuk.

Baskara mendengus pelan saat mendengar suara dosennya sedang menjelaskan. Perlahan ia membuka pintu dan masuk ke dalam dengan senyum tengilnya.

"Eh, Ibu........." Sapanya gugup.

Wanita berkaca mata tebal yang kerap di sapa bu Ema itu berdecak. "Sudah telat berapa menit?"

Baskara menelan ludahnya susah payah. "Ijin, 20 menit, bu."

"Terus, kenapa masih masuk?" Tanya Ema dengan sinis. Baskara diam tidak berkutak sama sekali di hadapan dosen dan teman-temannya.

"Kemarin ngumpulin tugas juga telat! Bersyukur masih saya terima! Dari sekian mahasiswa saya, cuma kamu yang bandel, Bas!"

"Namamu itu udah jelek di mata beberapa dosen sampe jadi omongan di ruang dosen. Sukanya bikin onar terus! Kamu ini udah dewasa, bukan lagi remaja! Dipake otaknya!"

"Saya gak tau kamu di rumah gimana tapi kasihan orangtua kamu, mereka pasti pusing sama kelakuan kamu yang biang onar dan berisik! Kalau saya jadi mereka sudah stress punya anak modelan kamu!" Ucapan terakhir Ema membuat Baskara mengulum bibirnya, tidak masalah jika Ema memaki-makinya di hadapan umum seperti sekarang.

"Maaf, bu. Orangtua saya kebetulan udah gak ada semua sejak saya kecil. Permisi...." Baskara melangkah keluar kelas, sakit sekali saat dosennya itu membicarakan tentang orangtuanya.

Sedangkan Ema kini terdiam, masih terpaku dengan ucapan Baskara. Dirgan yang sedari tadi melihat dan mendengar itu semua mengepalkan tangannya, kemudian beranjak dari duduknya dan menyusul Baskara.

"Bas!" Tangannya menarik pergelangan tangan Baskara agar berhenti. Namun saat keduanya berhenti, tangannya langsung ditepis oleh Baskara.

"Ngapain lo?" Tanya Baskara dengan raut wajah yang tidak bersahabat.

"Ayo ngobrol, semalam kita gak ada waktu buat ngobrol. Gue juga mau minta maaf soal kemarin," ujar Dirgan dengan tatapan teduhnya yang membuat Baskara mengalihkan pandangan.

"Gue juga mau jelasin sesuatu, Bas!"

Baskara menghembuskan napasnya dengan kasar. "Jelasin apaan, bjir?! Ngejelasin kalau lo sama Mawar udah pacaran?"

Dahi Dirgan mengerut, tidak mengerti dengan maksut Baskara.
"Maksut lo?"

"Kak Dirgan!" Panggilan seorang gadis membuat Baskara menghela napasnya.

"Noh, dicariin pacar lo!" Usai mengucapkan itu, Baskara kembali melanjutkan langkahnya.

"Bas!"

"Kak Dirgan!"

CANDRAMAWA KELABU✔Where stories live. Discover now