I could kiss you

622 73 38
                                        

"Okay okay, I owe you an apology. I'm sorry. Aku yang salah, aku yang terlalu cepat menilai unnie."

Ctup. Tidak susah Jisoo mencabut cork—penutup botol berisi fermentasi anggur. Jaraknya tidak jauh, Jisoo mendengar tetapi membiarkan kelengangan di antara mereka berdua diisi suara kucuran anggur merah—merk kesukaannya. Detik-detik ia nikmati kegelisahan perlahan merayap sedemikian wangi manis khas anggur menguap, sampai wanita di seberang pantry berbalik badan.

"Jisoo, jangan marah," tau-tau wanita rekan satu grupnya sudah berada di depan mata.

Tatap mata kosong Jisoo menjurus ke depan, lagi-lagi dibiarkan lengan digoyangkan. Hh, Jisoo tidak marah. Walaupun ia sempat dengar keluhan diam-diam para staff, dicerca manager, dihubungi rekan grup, sampai sajangnim menelepon tengah malam waktu setempat. Satu-satunya yang bisa Jisoo letakkan kemarahan hanya pada pria itu.

"Jisoo..."

Suara memanggil lemah.

Baru beberapa sesapan Jisoo nikmati alternatif penghangat, ia meninggalkan kursi. Meraih coat tebal tergeletak di kursi lain. "Aku ingin keluar."

"Unnie..."

"Aku tidak bertemu siapa pun, aku hanya ingin sendirian sebentar, Jendeuk," Jisoo menjawab.

Rekan satu grupnya—Jennie, mengalah, dia mengerti Jisoo butuh waktu sendiri melepaskan ketegangan urat-urat serta mental. Tadinya Jennie juga tak ingin datang mengganggu, tetapi manager yang meminta Jennie datang. Katanya, sih, untuk mengawasi, "baiklah, hati-hati unnie."

"Ne."

"Tapi malam ini aku boleh menginap?"

Di sela helaan nafas, mau tak mau bibir Jisoo mengulum simpul senyuman. Senantiasa hangat Jennie melihat Jisoo tersenyum, terlebih setelah seharian ini murung. "Kalau aku pergi terlalu lama, jangan menunggu aku pulang. Tidur saja. Kau harus menghemat energi untuk event-mu besok."

Jennie berlagak bak tentara, badan berdiri tegak memberi Jisoo hormat. Kontras sekali pipi Jennie yang menggelembung lucu. "Ay-ay, boss."

Ada-ada saja, Jisoo menggeleng. Kalau Jennie berjarak dua langkah darinya, pasti sudah Jisoo tepuk pipinya gemas. Sekali lagi Jisoo menghela namun hembusan ini diiringi perasaan lega, mood Jisoo jadi sedikit membaik. Tidak tau bagaimana Jennie selalu punya cara untuk menghiburnya.

Pintu mengeluarkan bunyi bip terkunci. Tengok kanan-kiri, Jisoo cepat-cepat jalan melewati lorong lantai hunian. Lift-lift berjejer Jisoo lalui, kakinya bergerak terus ke ujung menemui pintu darurat.

Dan setelah penantian panjang, di sinilah Jisoo.

Biar Jisoo bisikan suatu rahasia; tangga darurat apartemen huniannya merupakan salah satu spot favoritehanya yang di Paris, untuk Jisoo rileksasi pikiran. Menempel di bagian belakang bangunan, di bawah tadinya spot parkir kini dibiarkan kosong, dan beberapa meter di depan sebuah taman.

Identiknya semilir angin segar dan menyejukkan senyap mengusung wangi pepohonan di musim semi.

Tak ada blitz kamera media, hanya diterangi cahaya lampu tua jalanan. Tenang.

Sejak berbulan-bulan lalu Jisoo meninggalkan kota romansa bagai rumah kedua, baru ini kesempatan akhirnya Jisoo menginjakkan kaki kembali. Setelah selesai menjadi guest di Paris Fashion Week, Jisoo punya waktu tiga hari di sini untuk melakukan hal apa pun, tidak terlalu bebas, Jisoo menyusun daftar kegiatan menyenangkan, ibarat charge energy sebelum pulang pekerjaan siap menghajar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 28, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

énouement (chaesoo)Where stories live. Discover now