[6] Om ... Nikah Yuk!

165 1 0
                                    

Latifah mengambil buku-buku di lokernya yang ia perlukan, kemudian memeluknya erat sebelum akhirnya menutup pintu lokernya. Sebuah bunyi ringtone membuatnya kini fokus ke ponselnya hingga tak memperhatikan jalan.

Dan tanpa sengaja, ia menabrak seseorang.

Kecerobohannya yang sangat familiar terjadi itu membuat semua yang ia pegang berjatuhan ke lantai. "Maaf!" Latifah buru-buru memungut barang-barangnya dan nyatanya orang yang ia tabrak, yang diam membisu, ikut mengepak barang-barangnya. "Eh, enggak us—"

Keduanya bertatapan.

Mata abu-abu Latifah menatap intens mata cokelat milik sosok yang nyatanya adalah...

Pak Cakra.

Latifah berdiri sambil memeluk buku paketnya, begitupun sang pria dewasa itu. "Om- Pak- ngapain? Kalo jauh-jauh ke sini buat nemuin aku, maaf aku gak bakal ge'er!" kata gadis itu spontan, ia kemudian menutup mulutnya dan memukul-mukulnya pelan.

"Nemuin kamu? Saya pemilik kampus ini." Cakra tersenyum tipis. Ia geleng-geleng kepala melihat tingkah putri dari bawahannya itu.

'Aduh ... oke, aku kalah! Aku nyerah! Bendera putih mana? Kamera mana? Lambai ke kamera aja!'

"Ma- maaf, Om- eh, Pak!"

"Panggil aja Om kalo kesusahan, ompak ompak, kerupuk opak, uh?" Om Cakra memutar bola matanya sambil menghela nafas panjang, Latifah terkekeh canggung. "Kamu anak baru kampus ini?"

"Iya, Om, aku baru masuk kampus om!" Latifah menyengir lebar. "Om gak bakal pecat papah aku, kan?"

Om Cakra menghela nafas panjang. "Saya bukan tipe yang gampang memasukkan masalah sepele ke dalam hati, tapi oh bentar, kalo enggak salah nama kamu Latifah Tsabit, kan?"

Latifah mengangguk.

"Oh, si cerdas, calon anak emas di sini!" Om Cakra tersenyum setipis kulit bawang. "Ayah kamu juga karyawan teladan meski kelakuannya sedikit konyol, keluarga kamu ... unik!"

'Bilang aja aneh, Om! Tau, kok, Ifah, mah ....'

Gadis dalam diri Latifah merengutkan bibirnya.

'Uh ... kenapa akhir-akhir ini ada terus penampakan muka om cogan ini, sih? Entar aku suka gimana?'

"Latifah, ini bukannya waktu kamu masuk kelas?" Om Cakra memandang jam tangannya.

"Oh, astaga!" Latifah menepuk keningnya. "Um ... ya udah, Om, aku permisi! Asalamualaikum!" pamit gadis itu.

Cakra siap melangkah tapi Latifah menghalanginya. Ia belok kiri, kanan, tapi Latifah anehnya tetap menghalangi langkahnya. Pria dewasa itu mengerutkan kening, menatap tajam gadis di hadapannya.

"Jawab salam hukumnya wajib, Om! Dosa kalo gak dijawab."

Om Cakra menghela nafas panjang, sebelum akhirnya tersenyum paksa. "Wa'alaikumus-salam!" Latifah tersenyum lebar.

"Dadah, Om!" Ia pun beranjak melewati sang pria, yang menatap punggung gadis mungil itu dengan senyuman penuh arti hingga ia hilang karena berbelok di koridor. Cakra menghela nafas panjang kesekian kalinya, ia menghadap ke depan dan mulai berjalan gontai.

Latifah masuk ke kelas, syukurlah belum ada dosen yang masuk. Ia pun duduk di tempat kosong di samping seorang gadis manis berhijab sama sepertinya. Keduanya tanpa sengaja bertukar pandang.

"Hai!" sapa Latifah.

Gadis itu tersenyum, mengangguk.

"Dosennya mana? Gak dateng?" tanya Latifah, gadis itu menggerakan tangannya dan setelahnya, Latifah mengangguk. "Oh, rada telat, toh."

Dan gadis lawan bicaranya itu melingkarkan mata sempurna, kembali ia gerakan tangannya.

"Iya, aku bisa bahasa isyarat, kok!" Gadis manis itu tersenyum lebar. "Nama kamu siapa?"

Ia kali ini menulis di bukunya, kemudian memperlihatkannya ke Latifah.

"Ah, Lavina, aku Latifah!" Latifah tersenyum lebar ketika Lavina mulai menggerakkan tangannya lagi. "Iya, salam kenal juga! Kita bisa jadi temen, kok! Temen baik!"

Dan dosen pun masuk, membuat percakapan keduanya yang baru memulai berhenti, tapi baik Lavina ataupun Latifah tahu, kalau mereka akan menjadi teman baik. Sepulangnya, nyatanya mereka pulang di waktu yang sama.

"Eh, aku kenalin kamu sama temen-temen aku, ya!" ujar Latifah, awalnya Lavina agak malu-malu. "Gak papa, mereka semua orang baik, kok!" Tapi akhirnya ia mau mengikuti Latifah yang menuju ke kafetaria sebelah kampus, di sana sudah ada teman-temannya yang menunggu kehadirannya. "Hai, manteman!" sapa Latifah ceria.

Semua mata tertuju pada mereka, Lavina nampak menunduk malu-malu.

"Kenalin ini Lavina, dia bisa masuk geng kita, 'kan?"

Cerita ini tersedia di
Playbook: An Urie
Karyakarsa: anurie
Dan bisa dibeli di WA 0815-2041-2991

Pengasuh Duda [21+]Место, где живут истории. Откройте их для себя