+68. playing a losing game

538 87 9
                                    

Ini tawaran—atau lebih tepatnya, titah yang tak bisa ia tolak.

Sebelum resmi membuka lembar semester musim dingin, Ellugard menyarankan secara kuat untuk para murid tingkat dua dan tiga datang seminggu sebelum penerimaan murid baru. Hyunae bisa merasakan sensasi bak sebuah rantai tengah mengikat pergelangan kakinya, tetapi yang memegang ujung besi tersebut tidak mengejarnya. Ia, atau mereka, semata mengawasi si putri Athena dari kejauhan, dan mendekat sebagai teman.

Tidak pernah ia bermimpi dapat akrab dengan Yeonjun. Seberapa dekatnya ia berkarib dengan Mark, Hyunae tidak pernah mendapati dirinya dituntun dan ditunjukkan cara bertarung di Training Ground oleh seniornya. Yeonjun, yang seorang high-tier dan merupakan anak dewa Hermes itu tak segan menunjukkan berkat dan keahliannya di hadapan Hyunae, bak seorang guru yang tengah mengajari muridnya.

Lucu sekali. Dualitas yang begitu masif. Ia tak pernah lupa bagaimana Yeonjun mengatainya di kafetaria musim gugur lalu dengan penuh benci.

Kalau jadi Ketua Murid, mungkin akan lebih mudah bagiku mengintervensi hal-hal yang terjadi di lingkup akademi. Tapi, pergerakanku akan luar biasa dibatasi karena aku yakin kabinet akan diisi oleh orang-orang mereka, sesuai gambaran besar Choi Yeonjun. Hyunae terus menimbang di kamar kecil asramanya. Sebuah petak yang lebih kecil dari kamar mid-tier yang biasanya dibagi untuk dua orang tapi kini ia isi sendiri, terisolasi.

Ini strategi tarik-ulur klasik. Hyunae memahami maksud mereka. Child of The Dawn ingin ia memakai borgol tersebut, tetapi rantainya dibiarkan lepas begitu saja. Memberikan ilusi semu bahwa ia 'bebas', tanpa tahu ia bisa dilumpuhkan kapan saja.

Dengan berbagai pertimbangan, Rapat Besar kemudian bergulir di depan matanya. Di aula yang besar dan diisi oleh murid tiga tingkat, Choi Yeonjun duduk di podium bersama dengan Wakil Ketua Murid tingkat tiga, Jung Wooyoung. Si hawa mengedarkan pandang, mencari tempat duduk kosong yang bisa di tempati. Di sayap kanan, ada Haechan dan Jaemin yang tengah duduk bersama putra-putri Eros, tampaknya Jaemin diseret oleh Haechan untuk duduk di sana. Sementara bergeser 3 baris dari mereka, ada Han Jisung dan Choi Soobin. Di samping Soobin, ada Julia.

Choi Julia. Hyunae mengangkat sebelah alisnya, kini mencari presensi seorang gadis dengan surai sewarna langit sore. Akar rambutnya mungkin telah menghitam, tetapi helai jingga Yeji masih cukup terlihat di keramaian. Hwang Yeji tengah duduk dengan putra-putri Ares. Deret mereka diisi orang-orang yang bersuara keras dan berbicara dengan kobaran semangat yang kentara, tetapi di saat yang sama, tersirat arogan, Di antara anak-anak Ares yang gagah tersebut, Hyunae mencari presensi tenang, yang walau mewarisi darah api yang membakar, darah kerajaannya tak kalah dominan dan memberikan kesan bahwa ia adalah sesosok yang adil dan bermartabat.

Si putri Athena kemudian berjalan menuju pemimpin mereka.

"Boleh aku duduk di sini?" tanyanya memohon izin.

Si adam yang diajak bicara, dengan kecantikannya yang familier dan feromonnya yang tercium lebih tipis dari biasa, mendongak lalu menyambut Hyunae dengan raut berseri. "Hyunae!" Huang Renjun beranjak, memberikan rangkulan singkat kepada temannya yang sudah lama tak ia temui. "Seminggu ini kamu ke mana aja? Aku sama sekali nggak lihat kamu."

"Aku terjebak di Training Ground." Hyunae tertawa, sedikit sarkastik. Tentu, petak akademi begitu luas karena walau dirinya digembleng habis-habisan oleh Choi Yeonjun, ia tidak menemukan entitas lain ketika mereka latihan. Memorinya juga seakan masih basah terkait ingatan di mana si rubah licik mengajaknya main 'petak umpet' di Enchanting Forest. "Kamu gimana? Aphrodite Hall juga pasti sibuk menerima murid baru."

"Nggak sesibuk kamu, pastinya. Aku berani taruhan kamu sibuk bolak-balik Training Ground dan perpustakaan." Renjun mengejek, tangannya kemudian menarik lengan si hawa. "Kamu mau duduk di sini? Sebentar ya, aku geser ke kiri."

BlessedWhere stories live. Discover now