End.

19 3 0
                                    

Tiga tahun berlalu, semua sudah pada kehidupannya masing-masing. Doyoung yang sudah lulus kini lebih fokus dengan bisnis pakaiannya, Johnny memilih untuk melancong mengelilingi benua Eropa dengan harapan bisa bertemu dengan Taeil tanpa di sengaja, dan Taeyong kini sudah duduk nyaman di bangku penumpang, studinya sudah selesai, ia bersiap untuk pulang dan bekerja di perusahaan rekomendasi dari kampus impiannya. Walau selama memandang jendela pesawat pun ia masih tersenyum kecil teringat kembali bahwa nantinya bisa saja ia bertemu Doyoung karna memang ia tak ada niatan untuk menghampirinya lebih dulu.

Pesan yang masuk pada ponselnya kini membuat Taeyong semakin bersemangat, Johnny sang sahabat yang sudah berdamai dengannya kini sudah siap datang untuk menjemput, Taeyong tak memutuskan hubungan dengan Doyoung, ia pun tahu apapun yang lelaki itu lakukan dari Johnny, tak secara langsung sih, Johnny kan juga menjaga jarak dengan Doyoung, tapi setidaknya ada hal yang bisa Johnny laporkan pada Taeyong kala lelaki itu memang ingin bertanya.

Tak mau membohongi diri, Taeyong pun masih menyimpan perasaan yang besar untuk Doyoung, bagaimana bisa ia melupakan lelaki yang sudah mengantarkan dirinya bisa sukses seperti saat ini? rasanya terlalu jahat kalau memang benar itu yang ia lakukan.

"Jo, lo ada kenalan tailor bagus gak? gue mau jahit setelan jas nih buat ngantor"

"Wih lo ini kerja langsung jdi ceo ya?"

"Hahaha enggak, ada pengenalan hari pertama jadi ya gue mau rapih lah anjir"

"Ada nih, lo chat aja jangan telpon, orangnya sibuk banget, tapi bilang aja tau dari Suh Corp, cepet pasti dia"

"Kenapa gitu?"

"Ya karna Suh Corp dia jadi sukses soalnya, gue bawa ke kantor bokap terus semua staff gue suruh jahit di dia semua"

"Hahaha gila lu emang, yaudah makasih ya"

Taeyong kini tinggal di apartemen yang lebih bagus tentunya, nomor ponselnya pun berganti karna yang lama pun sudah tak bisa aktif kembali, jadi memang kepulangannya ini menjadikan Taeyong yang baru serta beda dari yang dahulu.

"Oke besok jam 10 dia kesini buat fitting, ah gila jam segini udah gantuk, jetlag parah gini gue"

Waktu kini menunjukan pukul 9.45, dan bel apartemen Taeyong sudah berbunyi terus menerus, tidurnya pun terganggu, padahal ia masih sangat mengantuk karna baru bisa tertidur pukul 9 pagi tadi.

"Ah siapa sih?"

Taeyong yang masih mengantuk berjalan terus menuju pintu tanpa melihat layar intercon yang menampilkan wajah sang tamu saat itu, bahkan ia pun menyapa sang tamu sambil memejamkan kedua matanya.

"Iya siapa, oh mau fitting ya hoamh ayo masuk, maaf saya masih ngantuk banget"

"Taeyong"

Suara yang tak pernah asing di telinganya, suara yang selalu ada di dalam kepalanya, suara yang sangat amat ia rindukan hingga saat ini.

"Yongie?"

Doyoung tak mau meninggalkan momen emas ini begitu saja, ia pun langsung memeluk sosok itu sangat erat, tak akan pernah ia lepaskan lagi, bahkan ia akan memberi lem pada tubuhnya kalau perlu agar lelaki itu tak lagi pergi meninggalkannya.

"Aku kangen, maaf gak sopan meluk, tapi aku kangen"

Taeyong hanya bisa tertawa, ia juga sama rindunya dengan lelaki itu, tak bisa lagi ia membohongi perasaannya saat ini, ia juga sama, tak akan pernah lagi melepaskan Doyoung.

"Hmm mas ini jadi fitting, udah jam 10 kebetulan?"

"Ah nanti ajalah itu fittingnya, aku masih mau meluk"

"Hahaha yaudah sini ikut aku"

"Kemana?"

"Kamu ada acara lagi gak abis ini?"

"Gak ada kosong"

"Yaudah temenin aku bobo di kamar, aku masih ngantuk banget masih jetlag"

Taeyong menarik tubuh Doyoung untuk ikut dirinya ke kamar, memang hanya untuk tidur, Taeyong hanya butuh tidur sambil memeluk Doyoung, mencium aroma tubuh itu, dan merasakan belaian halus di kepala dari tangan Doyoung, belum juga ada 2 menit, Taeyong pun langsung tertidur pulas.

Kesampatan kesekian yang bisa Doyoung lakukan, ia pun mengecup puas seluruh wajah Taeyong tanpa henti, lalu kembali memeluk erat tubuh mungil itu dan ikut tertidur karna memang faktanya, ia masih bekerja hingga pukul tujuh pagi tadi.

"Sayang, udah jam 10 malem, ini kapan fitting bajunya?"

"Hah?! jam 10 malem?!"

"Iya, kamu tidur pulas banget"

Keduanya pun tertawa bersama, entah karna jetlag atau memang karna nyaman di bumbui oleh rasa rindu jadinya Taeyong bisa tertidur sepulas itu. Waktu memang terus berjalan, bersamaan dengan kisah cerita kita setiap harinya, jadi waktu juga bisa menjadi saksi atas apapun yang kita lalui, kalau kita tak bisa menjawab atas pertanyaan hidup yang terlalu sulit, biarkanlah waktu yang menjawab.

Waktu Yang MenjawabWhere stories live. Discover now