[5] Om ... Nikah Yuk!

159 1 0
                                    

"Makasih tipsnya, Kak!" sahut teman Latifah, pemuda itu mengangguk dan pergi melewati mereka, Latifah berpro-kontra dengan isi kepalanya karena kini wajah om Cakra mulai melayang-layang di ingatannya. "Aduh ... kakaknya ganteng banget!" Ia menatap Latifah, spontan bingung karena wajah linglung sahabatnya itu. "Fah, lo kenapa, sih? Kek mikirin sesuatu ...."

"Nggh ... gak ada! Ayo, geh, aku aus, nih!"

Dan keduanya pun kembali berjalan menjauh, mereka tak sadar jika sang pemuda tadi memperhatikan dengan seksama kedua gadis itu—atau hanya Latifah—lekat-lekat.

Akhirnya, Latifah dan teman-temannya telah menuntaskan tes mereka.

Saat ini, gadis itu, yang telah melupakan banyak hal lampau, menatap laptopnya lekat-lekat untuk mencari nama-nama yang lulus tes dari atas ke bawah.

Semua nama teman-temannya ada.

Dan ia sempat berpikir, nama Latifah Tsabit tak ada di sana, ia hampir menyerah.

Namun nyatanya, namanya ada di urutan pertama, nomor satu, sebagai lulusan tes terbaik dan mendapatkan beasiswa serta karier bagus di perusahaan manapun!

Tentu saja, kabar bahagia itu ia kabarkan kepada keluarganya.

"Aduh ... keknya karier kamu udah bagus! Mau kerja di perusahaan Papah, huh?"

Tawa bahagia Latifah berhenti. "Enggak!" Ia mengerucutkan bibirnya.

"Eh, kok gak mau?" tanya Ihsan Daksana, saudara kembar Latifah, sang kakak yang telah pulang dari liburannya. Ia sama sekali tak tahu apa yang terjadi dengan keluarganya di waktu itu.

"Gak ada, cuman enggak mau aja ke sana! Lagian, aku ngambil jurusan hukum, 'kan? Papah lupa, ya?"

"Ah, 'kan bisa jadi notaris!" Latifah memandang sengit ayahnya. "Iya, up to you aja, Ifah anak Papah sayang!" Ayahnya mencubit pipi dempem Latifah gemas.

Sesuai yang diinginkan Latifah dan teman-temannya, di hari pertama bersekolah di universitas itu, mereka datang bersama-sama ke sana. Hari pertama diisi dengan kegiatan sederhana, kadang seru kadang menoton. Mata pelajaran yang mereka ambil berbeda namun di waktu yang sama hingga Latifah dan teman-temannya punya banyak waktu berkumpul bersama.

Saat ini, mereka ada di kantin, tengah makan siang.

"Eh, gue keingetan sama kakak cogan yang lalu itu, kira-kira dia anak apa, ya?" kata teman Latifah, menatap teman-temannya yang lain bergantian.

Cowok di antara mereka mengerutkan kening. "Emang siapa?"

"Ada itu, lho, ah lupa gue ngasih tau kalian kalo ada cogan baek senior," ucapnya berbangga-bangga.

"Penting buat para cewek, lah kami?" Teman cowok Latifah yang lain menggeleng-geleng. "Bukan kaum sodom, sorry!"

"Yah, gue emang gak recommend, cuman ngomong! Bedain, Mas, bedain!" Ia terkekeh-kekeh. "Gue keles yang ngincer dia, jangan coba-coba nikung, ya! Tajem, nih, tajem!"

"Hei!" Sebuah panggilan membuat ke delapan remaja itu menoleh termasuk Latifah, mereka menemukan seorang pemuda lumayan rupawan berdiri di samping Latifah, orang yang sama yang Latifah tabrak waktu lalu, kakak senior yang dikagumi salah seorang temannya.

Tentu saja, teman Latifah yang mengincarnya, langsung tersenyum lebar dan malu-malu. "Hai!" sapa mereka balik, kecuali para cowok dan yang asyik minum.

Teman Latifah ada tujuh, empat cewek dan tiga cowok.

Teman pertama, yang tergila-gila dengan kakak cogan, namanya Bella Dahlia, keturunan Indonesia-Jepang. Camelia Sahdu yang punya rambut pirang terang. Tika Hadrian serta Balqis Habibah yang berhijab seperti Latifah. Sedang sisanya, terkenal dengan Triplets E, Ezra Tafhim, Enzi Purnomo dan Evan Xandy. Bukan kembar, tapi hanya nama geng mereka pemberian para fans. Maklum, cogan most wanted SMA dulu.

Kelima gadis di antara mereka, sangat beruntung punya teman seperti mereka.

"Um ... Kakak, ada apa, ya?" tanya Latifah bingung.

"Yah, cuman mau ngasih selamat buat kalian yang udah pada lulus tes, selamat!"

"Thanks," jawab Enzi cuek.

"Makasih, ya, Kak!" Bella angkat suara.

"Yep, ya udah aku pergi, ya! Dah!" Dan pemuda itu pun pergi meninggalkan mereka.

"Aduh..." Bella yang tersenyum kini meringis. "Lupa nanya namanya siapa!"

"Itu cowoknya?" Evan mengangkat sebelah alis sambil memandang teman-temannya. "Mukanya biasa aja, tuh!"

"Iya, standar playboy malah!" timpal Camelia.

"Hust! Gak boleh ngomongin orang sembarangan, takutnya jatuh fitnah!" Tika menasihati, Balqis yang asyik makan mengangguk setuju.

"Tau!" Bella memutar bola matanya.

Selesai itu, mereka pun ke urusan masing-masing.

Cerita ini tersedia di
Playbook: An Urie
Karyakarsa: anurie
Dan bisa dibeli di WA 0815-2041-2991

Pengasuh Duda [21+]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora