Bagian 11

4K 385 2
                                    

Satu hari lagi hari telah berganti. Keadaan Bisma masih sama tapi dokter mengatakan jika alat-alat vital dalam tubuhnya sudah lebih baik, jika kondisinya terus seperti ini pemuda itu mungkin akan segera sadar.

Cakra mengurut pelan dahinya yang terasa pening. Dua hari terakhir ini waktu tidurnya benar-benar berantakan, dia hampir tidak tidur lebih dari tiga jam.

Melihat keadaan Bisma yang stabil, Cakra pun beranjak dari tempat duduknya. Saat ini memang hanya dia sendiri yang menjaga putra bungsunya itu setelah dia memaksa sang istri dan kedua anaknya yang lain untuk pulang dan beristirahat.

Tapi, seharusnya Arya akan datang sekitar sejam lagi.

Anak keduanyanya itu tidak memiliki kelas hari ini jadi dia akan bergantian dengannya untuk menjaga si bungsu.

Cakra pergi ke kantin rumah sakit dan mendapatkan sebuah kopi juga makanan untuk mengisi perutnya. Walau pun kondisi saat ini menghilangkan napsu makannya tapi dia harus tetap mengisi perutnya jika dia tidak ingin tumbang.

Jika terjadi sesuatu padanya siapa yang akan menjaga keluarganya?

Triing.

Dering notifikasi ponsel Cakra berbunyi saat Cakra sedang memakan sarapannya. Menyimpan sendok ditangannya, Cakra mengalihkan perhatiannya pada benda pipih miliknya.

Membaca pesan yang masuk, Cakra tidak bisa lagi melanjutkan acara sarapannya. Dia bangkit dengan terburu dan bergegas meninggalkan kantin rumah sakit.

Tak lupa dia menempelkan ponsel miliknya ke telinga saat dia mulai menghubungi seseorang.

"Bay, ini gue--"

___

Seperti biasa Aldrean bisa sampai di meja makan berkat bantuan Ron yang menggendongnya.

Menatap Ron sekilas, Aldrean menunduk berterima kasih setelah Ron menempatkannya dengan hati-hati.

Sudah ada Kei dan Mary di meja makan itu, keduanya tersenyum melihat kedatangan Aldrean.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi, Al."

Keduanya menyapa dengan ramah hampir secara bersamaan.

Aldrean menatap keduanya dan mengangguk. "Hm." Balasnya dengan gumaman singkat.

Dia memang akan seperti itu, menjadi dingin jika berhadapan dengan orang asing sangat berbeda dengan pemilik asli.

Jika bukan karena bantuan dari sebagian ingatan yang ditinggalkan pemilik asli, dia mungkin tidak akan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

Dia hanya berusaha menjadi seperti pemilik asli walau pun dia bukan.

Sifat mereka juga jelas sangat bertolak belakang.

Hal yang mengejutkan karena teman-teman pemilik asli seperti tidak menyadari perubahan sikapnya.

Dan, saat ini di depan orang asing, Aldrean lebih suka untuk tidak berpura-pura menjadi ramah.

Dia hanya akan menjadi dirinya sendiri.

...

Meja makan itu diisi keheningan. Tidak ada lagi yang membuka suara karena sejujurnya baik Kei mau pun Mary bukan seseorang yang banyak berbicara, terlebih mereka berdua juga tampaknya memahami sifat Aldrean yang pendiam itu.

Keheningan yang tenang jelas adalah apa yang mereka sukai.

Saat ini hanya tinggal menunggu sang Papa Louis dan mereka akan langsung memulai sarapan.

ZEROWhere stories live. Discover now