"Di sini 'kan banyak boneka, Dea." kata Ningsih lembut.

"Tapi bonekaku special, Oma. Kenang-kenangan dari Mama Shinta."

Ningsih tersenyum pengertian ke arah Dea. Mengangguk lalu masuk ke kamar untuk mengganti bajunya. Daton mengacak rambut Dea dengan gemas

"Ini udah malem, pamitan sama oma sekalian. Kita pulang tapi nggak balik lagi ke sini."

Dea mencebikkan bibirnya, hidungnya kembang-kempis karena kesal.

"Dih! Papah mah begituuu.... Ya udah, Dea ambil bonekanya sama om Angga aja!" Dea berbalik, berjalan menuju ke arah kamar Angga

sebelum Dea sampai ke kamar Angga, Daton menarik tangan kecil Dea. Membalik tubuh Dea agar berhadapan dengannya. Mensejajarkan tinggi Dea dengan berjongkok.

"Ini udah malem, sayang. Nggak enak sama oma Ningsih." kata Daton lembut, mencoba memberi pengertian pada Dea. Dea menyingkirkan tangan Daton dan tetap keukeuh dengan pendiriannya.

Ceklek...

Dea membuka pintu kamar Angga yang tidak di kunci.

"Om Angga ngapain? Kok nindih-nindih tante Kinar? Nggak pake baju lagi?" tanya Dea polos, menatap ke arah Angga yang langsung beringsut menutupi tubuhnya dan Kinar dengan selimut. Cukup terkejut dengan kehadiran Dea yang mendadak.

Daton yang mendengar Dea sontak maju beberapa langkah menghampiri Dea. Menutup mata anaknya menggunakan telapak tangannya. Membalik tubuh Dea dan segera menutup pintu Angga.

"Ma-maaf, Mas!" Seru Daton, menggendong Dea lalu melangkah ke arah ruang tamu.

Astaga, Dea... Batin Daton

-JVD-

"Tapi Dea maunya sama mamah Rasti." rengek Dea yang kesekian kalinya.

Daton menghela napasnya, membawa Dea ke dalam gendongannya.

"Kamu kok jadi cengeng gini, sih? Udah jangan nangis." Daton menghapus air mata Dea yang tidak mau berhenti turun.

"Maunya mamah Rasti.. Hiks.. Hiks.. Mamah Rasti... Hik..hik.."

"Besok 'kan bisa ketemu lagi di sekolah." hibur Daton

Rasti yang baru datang dari arah kamarnya, melihati Dea dengan raut wajah bingung.

"Dea kenapa nangis?" tegur Rasti

"Mamah!!" seru Dea, berusaha menggapai Rasti. Meminta Rasti menggendongnya.

"Kenapa Dea nangis, heum?" tanya Rasti yang sudah menggendong Dea.

"Hiks... Dea... Hiks.. Dea mau pulang kalo mamah Rasti ikut... Hiks...."

Rasti mengecup pipi Dea lembut.

"Iya, mamah ikut." katanya lembut.

"Beneran ya mah!" seru Dea girang, walau diselingi sesengukan.

Rasti mengangguk, menurunkan Dea dan kembali berbalik ke arah kamarnya.

Daton menahan Rasti dengan memegang lengannya.

"Jangan diturutin, nanti dia manja."

Rasti menatap Daton heran

"Anak kecil manja itu wajar."

"Iya, tapi pengecualian buat Dea. Aku ngajarin dia, dari kecil udah mandiri, tapi semua berubah karena kamu." kata Daton tegas.

Rasti melipat tangannya di depan dadanya. Berhadapan dengan Daton.

"Denger ya, Daton. Dea itu masih kecil, baru 6 tahun. Aku ngenghargain kamu yang ngajarin dia mandiri. Tapi enggak dengan umur Dea yang masih kecil. Kamu boleh ajarin Dea mandiri, tapi nanti, kalau umur Dea 10 tahunan ke atas."

Rasti berlalu dari hadapan Daton. Meninggalkan Daton yang menatapnya tajam.

"Papah jangan marahin mamah! Nanti aku ngambek loh!"

Daton menunduk, menatap Dea yang berkacak pinggang ke arahnya. Dengan muka cemberut lalu melengos pergi mengekori Rasti. Membuat Daton menghela napas panjang.

-JVD-

Mereka bertiga sudah ada di dalam mobil. Rasti mendengarkan celotehan Dea. Sementara Daton sibuk menstarter mobilnya yang dari tadi tidak juga menyala.

"Oh iya mah, tadi aku liat om Angga nindih tante Kinar, nggak pake baju lagi tante Kinarnya. Om Angga cuma pake boxer item. Mereka lagi ngapain sih mah? Main tindih-tindihan?" tanya Dea ke Rasti

Rasti tertawa garing bingung mau menjelaskan apa ke Dea.

"Mu-mungkin, Om Angga cuma mau mijitin tante Kinar." jawab Rasti asal, menatap Dea dengan harapan Dea tidak bertanya lebih jauh.

Dahi Dea mengerut, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk pipi bakpaonya. Seolah sedang berpikir.

"Oh, gitu ya mah. Tapi kok nggak pake baju?"

Sebelum Rasti sempat menjawab. Rasti melihat Daton keluar dari mobil dan membuka kap mobil.

"Dea tunggu sini bentar ya." kata Rasti yang mendapat anggukan dari Dea.

Rasti keluar dari mobil. Menghampiri Daton yang mengotak-atik mesin.

"Kenapa?"

Daton menggeleng "Nggak tau, aku nggak terlalu ngerti mesin."

Janda Vs Duda Where stories live. Discover now