12 - Terpaksa

92 10 0
                                    

Jisoo harus menerima kenyataan jika ia berhutang budi pada sosok Ayah kandung dari sang anak.

Entah apa rencana Tuhan mempertemukan mereka kembali setelah Jihoon mulai mencari sosok Papa.

"Bagaimana kondisimu sekarang, Tuan?"

"Sudah lebih baik, kamu sendiri? Ku lihat dari kemarin kamu selalu menjaga Jihoon. Kau bisa menitipkannya denganku jika sibuk."

"Aku tidak sibuk dan aku tidak ingin meninggalkan Jihoon."

"Tapi kau butuh istirahat, nanti Jihoon khawatir jika melihat kondisimu seperti ini saat ia bangun."

"Putraku bisa mengerti, Tuan."

"Dan membuatnya merasa bersalah?"

Jisoo mengeram kesal.

"Kenapa kau mau aku pergi meninggalkan Jihoon bersamamu? Bukankah dia juga putraku?"

"Jisoo, kau salah paham. Wajahmu semakin pucat dan makanmu juga tidak teratur. Ayolah, aku sudah membelikanmu makanan. Tolong dimakan, ya." pinta Suho.

"Tidak perlu, aku menunggu Sehun saja."

"Dia sedang mengurus berkas untuk wisuda, adikmu juga sibuk dan mungkin akan sedikit terlambat. Dia memberitahuku untuk menjagamu."

"Aku bisa menjaga diriku sendiri, Tuan."

Suho menyerah, mantan istrinya ini belum juga luluh padanya meski sudah menerima keberadaannya.

"Aku akan menyuapimu, Kim Jisoo."

"Kau fikir aku tidak punya tangan, Tuan? Aku bisa makan sendiri jika aku mau."

"Jisoo, aku mohon jangan keras kepala dan buang gengsimu itu padaku. Kita bisa menjadi orangtua yang baik untuk menjaga Jihoon dengan saling suportif."

"Aku bisa menjaganya sendiri tanpamu, Tuan. Selama ini dia bersamaku tanpa dirimu dan lihat ia bisa tumbuh sebesar ini dengan baik. Aku bisa menjaganya sendiri."

"Maafkan aku, Jisoo. Semua hal yang terjadi pada kita itu di luar kendaliku.  Maaf, karena membuatmu berada di situasi yang sulit."

"Apa maafmu bisa memperbaiki keadaan?"

Suho terdiam.

"Tuan, kau sudah menikah. Jadi, tolong hargai istrimu dan mungkin juga anakmu."

Suho melihat cincin yang melingkar di jari manisnya. Ia tahu jika Jisoo menarik kesimpulan begitu setelah melihat cincin ini.

"Dia bisa mengerti, kamu juga membutuhkan aku untuk mendampingi kalian."

"Lalu membuatku seolah menjadi orang ketiga di pernikahan kalian? That's bullshit!"

Tanpa mereka sadari jika Jihoon sebenarnya mendengar percakapan keduanya sejak awal.

Tetapi, ia menutup mata agar bisa menyimak percakapan Mama dan Papanya.

Cuma, mungkin sudah tidak ada harapan karena ia juga tidak tahu kalau Mamanya sudah melewati hari-hari yang sulit karena perlakukan Papanya.

"Sepertinya memang lebih baik mereka tidak usah bersama." batin Jihoon.

~

~

~

To Be Continue

Orang Ketiga [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن