08. Lari, Lari, dan Larilah

105 17 5
                                    

Aena dikelilingi oleh orang-orang yang peduli padanya. Dimulai dari Sannoh Rengokai, mereka adalah rumah yang menaungi dirinya dari belaka perkara membahayakan. Dia merasa aman tatkala berada di mandala yang dipimpin Cobra—suami pura-puranya. Semua yang tersua di sini adalah kenangan dikara. Karena dia lahir dan besar dengan orang-orang di sini.

White Rascals, geng di SWORD yang Aena puji dengan berkenan. Distrik terdominasi rona putih ini memberinya rasa aman layaknya distrik Sannoh. Rocky adalah seseorang yang bisa diajak berkonversasi mengenai isu-isu serius; misalnya tentang aksioma dengan subjek patriarki dan kaum laki-laki penganut misogini. Diskusi mereka tidak memupuk amarah sekalipun yang dibahas adalah isu ketimpangan gender. Keduanya sama-sama berpikir tenang.

Oya Kou, sekolah yang menyulih huruf O di padanan kata SWORD ini begitu Aena sayangi. Dia menemukan definisi pertemanan di sekolah ini, apalagi di golongan siswa paruh waktu. Murayama—meskipun terkadang menyebalkan karena banyak bicara—adalah pemuda baik hati yang menyayangi adik-adik kelasnya. Perangai baiknya bisa dibuktikan ketika dia pergi sendirian untuk mengalahkan Mighty Warriors dan Doubt—walaupun akhirnya Furuya bersama Seki datang. Parahnya, semua siswa paruh waktu pun ikut datang dengan tiga siswa penuh waktu, yaitu Todoroki, Tsuji, dan Shibaman.

Kalau dia libur, dia akan datang ke sana; menerima banyolan garing dari Murayama, bermain Uno Stacko yang ujung-ujungnya membuat Seki marah karena kalah terus-menerus di sepanjang permainan, sparing dengan anak-anak paruh waktu, dan melakukan intermeso absurd bersama mereka. Dia tidak begitu dekat dengan anak-anak penuh waktu—dia hanya tahu Todoroki dan dua pengikut setianya.

Rude Boys, lebih tepatnya dia sering pergi ke Mumei Gai untuk membagikan makanan dan sedikit aktivanya kepada orang-orang di sana. Di Mumei Gai, dia memahami makna jika sebuah keluarga tidak harus selalu memiliki hubungan darah. Smoky adalah pencetusnya. Pemuda ini menerima siapa pun menjadi bagian dari anasir keluarga tanpa perlu memikirkan masa lalu setiap orang yang berasosiasi.

Empatinya digores habis tatkala dia berkunjung ke Mumei Gai. Apalagi ketika dia melihat Smoky yang sering batuk sampai mengeluarkan darah. Pemerintah tidak pernah memberikan konservasi apa pun untuk orang-orang di sini. Kebanyakan menutup mata; berpura-pura tidak tahu apa-apa. Itu yang dia benci. Apa sulitnya memberi tunjangan hidup layak untuk mereka?

Daruma Ikka, distrik merah ini terkenal dengan gayanya yang khas. Unsur-unsur Jepang di Daruma masih melekat. Salah satu hal yang dia sukai dari distrik ini adalah tempat judi milik Hyuga—walau sebenarnya dia jarang bermain judi di sana. Seringnya di Sannoh; bermain pachinko dengan ibunya Yamato. Dia jarang ke Daruma karena Hyuga menyebalkan. Benar-benar menyebalkan. Dari lima leader SWORD, anak bungsu itu yang paling sering membuatnya naik pitam. Contohnya adalah ...

"Norihisa, aku harus pulang. Turunkan aku dari mobil kerenmu ini," ujar Aena seraya mendengus.

Hyuga fokus melihat ke depan. "Jangan dengarkan dia, Kato. Teruskan perjalanan sampai ke rumah sakit. Wanita sinting ini harus tahu bahwa menjaga kesehatan adalah perkara esensial dibanding mementingkan pekerjaan," balas Hyuga dengan tata laras mengejek.

Aena yang terbangun dari pingsan ketika di perjalanan lantas merasa kesal. Dia tidak peduli dengan kondisi tubuhnya yang sedang demam. Toh, dia sudah pergi ke dokter bersama Cobra. Hyuga tidak perlu membawanya lagi ke bangunan untuk orang-orang sakit itu. Dia baik-baik saja.

"Kato, hentikan mobilnya."

"Jangan dengarkan dia."

"Aku akan membuatkanmu bento paling enak, Kato."

𝐃𝐀𝐍𝐆𝐄𝐑 [HiGH & LOW]Where stories live. Discover now