Sebelum melakukan USG tadi, tangan Melisa yg terluka bekas jarum infusnya sudah di obati oleh perawat.

Saat mereka sudah berada di luar ruangan, Melisa menyentak tangan Mario, "Kamu apa - apaan sih Yo bertanya seperti tadi?, kamu meragukan darah dagingmu sendiri?". Tanya Melisa dengan memasang wajah sendu. Biasanya Mario akan luluh saat melihat wajah sedihnya dan sebisa mungkin Melisa akan mencari alibi agar Mario percaya padanya.

"Aku hanya ingin memastikan saja, tapi melihat kamu marah itu sudah bisa membuktikan kalo janin itu bukanlah darah dagingku melainkan lelaki lain mengingat usia kandunganmu sudah 6 minggu padahal saat itu aku tidak pernah menyentuhmu". Ujar Mario dengan seringai sinis apalagi melihat wajah terkejut Melisa hingga pucat pasi.

Saat Melisa ingin membuka suara, Mario segera menimpalinya, "Sudahlah Mel jangan beralibi lagi sebelum aku murka, sekarang ikut denganku". Mario menyeret kembali lengan Melisa keluar dari rumah sakit, Mario mendorong paksa Melisa agar masuk ke dalam mobilnya, setelah itu Mario mengemudikan mobilnya dengan kecepatan kencang berbaur dengan banyaknya kendaraan yg berlalu lalang. Entah Mario akan membawa Melisa kemana, yg jelas Melisa saat ini sedang tidak aman dari cengkeraman Mario.

***

Pasca operasi Marissa masih belum sadarkan diri hingga enam jam kemudian Marissa menggerakkan sedikit jari - jari tangannya, Marina yg saat itu sedang tertidur di kursi samping brankar dengan tangan yg menggenggam jari Marissa pun terkejut karena ada pergerakan pelan di tangannya. Marina membuka matanya dan saat di lihat ternyata Marissa sudah sadarkan diri, dengan segera Marina memencet tombol merah di atas ranjang agar dokter bisa segera memeriksa kondisi Marissa.

"Alhamdulillah Sa, akhirnya kamu sadar juga". Ucap Marina sambil menitikkan air matanya.

"Mi-minum". Lirih Marissa menggerakkan bibirnya pelan, Marina yg peka jika Marissa meminta minum pun segera mengambilkan air mineral beserta sedotannya, satu menit kemudian dokter datang memeriksa keadaan Marissa.

"Puji Tuhan ibu Marissa sudah melewati masa kritisnya, untuk saat ini kondisi fisik ibu Marissa masih lemah dan harus di rawat inap tiga hari kedepan, apa ada keluhan bu Marissa?". Ucap sang dokter yg di selipi pertanyaan di akhir kalimatnya agar bisa menindak lanjuti jika ada sesuatu yg terjadi pasca operasi. Marissa hanya menggeleng lemah saat di tanya oleh dokter di sampingnya.

"Baik kalau begitu saya permisi, Mari bu Marina". Sang dokter berlalu meninggalkan Marissa yg saat itu langsung meringis menahan sakit.

"Ssshhhh.... ". Desis Marissa menggigit bibirnya dengan wajah pucatnya.

"Kamu kenapa Sa?, mana yg sakit?". Tanya Marina yg melihat jika adiknya kesakitan.

"Punggungku kak, sebenarnya apa yg terjadi padaku kak?". Tanya Marissa penasaran. Marissa lupa dengan kejadian kemarin yg telah menimpanya.

"Ceritanya panjang Sa, lebih baik kamu istirahat saja dulu agar kondisimu cepat pulih, kakak tinggal sebentar ke kantin untuk membeli makanan". Ucap Marina yg ingin menghindar dari Marissa. Marina melangkah kakinya keluar dari ruangan Marissa, namun sebelum itu Marina menoleh ke belakang menatap adiknya dengan tatapan sendu.

Saat di koridor rumah sakit Marina tidak sengaja berpapasan dengan tuan David dan asisten pribadinya.

"Tu-tuan David..". Ucap Marina lirih, namun masih bisa di dengar dengan baik oleh tuan David maupun asistennya.

Tuan David menghentikan langkahnya begitupun asistennya.

Tuan David mengerutkan keningnya, dia merasa tidak asing dengan wajah wanita di depannya, "Siapa?". Tanya tuan David dingin. Tuan David paling anti berbasa - basi dengan orang yg tak di kenalnya.

"Saya Marina tuan, ibu dari Miranda yg sempat ingin di jodohkan dengan putra anda". Jawab Marina formal sambil mengukir senyum tipis di bibirnya. Tuan David pun berdehem singkat merespon jawaban Marina.

"Tuan ingin menjenguk siapa?". Tanya Marina lagi. Marina penasaran dengan tujuan tuan David ke Bandung, dia takut jika Tuan David mengetahui kalo Marissa sedang di rawat disini karena insiden dengan selingkuhannya, Marina tidak mau adiknya di ceraikan oleh Tuan David apalagi dengan kondisi Marissa yg masih lemah seperti sekarang.

Mendengar pertanyaan dari Marina, Tuan David mengangkat kedua alisnya pertanda meminta penjelasan, "Ma-maksud saya.. Saya hanya ingin tau tujuan tuan David kemari, tidak mungkin bukan jika tuan David rela jauh - jauh datang ke bandung hanya untuk periksa kesehatan padahal di jakarta banyak rumah sakit yg lebih memadahi fasilitasnya di banding disini, maaf jika saya lancang tuan". Jelas Marina dengan tergagap. Marina takut salah bicara dan bisa membuat tuan David marah apalagi saat Marina melihat tatapan mata tuan David yg menghunus netranya.

Tuan David memilih pergi tanpa merespon sepatah katapun ucapan Marina, hanya sang asisten yg berada di belakangnya memberi peringatan pada Marina agar tidak ikut campur dengan urusan tuannya.

"Jangan mencampuri urusan yg bukan menjadi hakmu jika kamu tidak ingin terusik setelahnya". Ujar sang asisten tuan David datar sedatar wajahnya. Tanpa menunggu jawaban dari Marina asisten tuan David pun bergegas menyusul langkah tuannya yg sudah jauh di depannya.

Marina mematung di tempat mencerna ucapan asisten Tuan David.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now