Em9 \\ he was the one who wanted to fall into the same hole as her

Mulai dari awal
                                    

Musik mati. Lilin mati. Dansa terhenti.

"Sebentar, aku ambil lilin lagi."

Jaehyun lepas jemari Rose, berjalan menuju kabin yang ia yakini menyimpan lilin di dalamnya. Membuka pintunya, mencari-cari, tersenyum ketika menemukan satu pak lilin.

Terheran ketika menemukan sebuah bungkusan asing. 

"Kamu memesan barang?"

"Barang?"

"Iya. Ini ada paket atas namamu."

Makin terheran Jaehyun ketika Rose yang tadinya berdiri di dekat meja makan sana tiba-tiba berdiri di dekatnya, merampas bungkusan yang tengah ia pegang dan amati siapa pengirimnya.

Bertanya, "Itu apa?"

Rose mantap menjawab, "Peralatan gambar."

Namun, Jaehyun yakin betul, sepasang bola mata akan selalu lebih jujur dari kata-kata. Kala menatap, dan kala menemukan resah pada sepasang yang ia tatap, Jaehyun segera pergi menyalakan lampu ruangan. 

Mengambil gunting dari rak kemudian merampas lagi bungkusan yang Rose peluk erat.

"Jaehyun!"

Persetan. 

Kepanikan Rose menambah kadar kecurigaan Jaehyun. Rose yang berusaha mencegah, membuat keinginan Jaehyun untuk menelanjangi paket di tangannya sekarang makin menggebu-gebu.

"Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang, itu hanya peralatan gambar!"

Hanya peralatan gambar, katanya. Tapi, mengapa perempuan ini begitu ketakutan?

Jemari Rose yang berusaha menjangkau, berulang kali Jaehyun singkirkan. Robekan plastik dan kardus berhamburan di lantai.

Pertanyaan terjawab. 

Sebuah kotak yang berhasil Jaehyun buka ternyata bukan hanya berisi peralatan gambar tapi juga sebotol kecil morfin lengkap beserta alat injeksinya.

Ternyata salah. 

Di luar pengetahuan Jaehyun, Rose masih menyuplai dan mengkonsumsi itu diam-diam.

Sempat saling bertatapan dalam diam. Jaehyun dengan kecewanya, dan Rose dengan pasrahnya.

Lalu, setelah berpikir benar, Jaehyun tutup kotak itu kemudian ia buang ke bak sampah. Buru-buru, koper disiapkan, pakaian-pakaian dijejalkan.

"Antisipasi saja, barangkali polisi negara kita mencium pergerakanmu. Ayo tinggalkan flat ini!"

Tangan Jaehyun habis untuk menarik dua buah koper. Rose, diharapkan Jaehyun mengerti ucapannya lalu segera mengikuti langkahnya, tetapi perempuan itu malah berdiri diam di saat Jaehyun hampir mengjangkau pintu flat.

"Ayo, Rose!"

Masih tidak ada pergerakan.

Apa boleh buat. 

Dua koper ditinggalkan. Sebuah ransel untuk menampung beberapa barang berharga mereka, diambil lalu digendong Jaehyun. Tangan yang tak lagi repot kini menggapai jemari Rose, menggenggamnya erat.

"Kamu pergi sendiri saja. Aku akan tetap di sini."

Tapi, kemudian melepas ketika dipaksa melepaskan.

"Kamu bisa tertangkap kalo tetap di sini, tidakkah kamu mengerti?!"

Ketika Jaehyun bicara penuh penekanan, jawaban Rose hanya, "Aku mengerti," pelan tanpa menatap sang lawan bicara.

Jaehyun diam. Kehilangan kata-kata. 

Kemudian di antara keheningan, suara sirine menguar-nguar dari jalan. Khas sekali, mobil patroli.

Menengok keluar, di bawah sana, Jaehyun temukan keramaian mengisi halaman bangunan flat mereka. Beberapa pria berseragam kepolisian merangsak naik dan barangkali akan sampai di flat mereka dalam hitungan detik.

"Aku mengerti, Jaehyun! Jadi, pergilah!" Rose bersuara tak lagi pelan, pun menatap tajam Jaehyun yang mendekat padanya. 

Nyata, perempuan itu sama takutnya dengan Jaehyun sekarang. 

"Lalu kamu?"

"Aku akan tetap di sini."

"Dan, tertangkap?"

"Dan, tertangkap. Sudah seharusnya begitu."

Sekalipun keberanian perempuan itu juga terlihat sama halnya nyata. 

"Tidak akan kubiarkan."

Persetan. Jaehyun raih jemari yang Rose simpan di belakang punggung. Berusaha memaksa perempuan itu menyeret langkah. 

Namun, gagal. Rose terlalu gigih dalam memukul-mukul tangan Jaehyun untuk membebaskan tangannya.

Maka, apa boleh buat.

"Baiklah jika kamu mau tetap di sini."

Jaehyun tidak punya pilihan selain meletakkan ranselnya kembali di lantai,

"Aku juga akan tetap di sini,"

berjalan menuju bak sampah di dapur flat, mengambil kotak yang sempat ia buang beberapa waktu silam, lalu membukanya.

Jaehyun tidak punya pilihan lain, kecuali menggulung lengan kemeja yang ia kenakan, menatap nanar isi kotak juga Rose di ujung sana.

"Aku akan tetap di sini bersamamu."

Dan, keputusannya terdengar absolut. "Aku akan jatuh ke lubang yang sama denganmu."

[]

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Em9
\\    he was the one who wanted to fall into the same hole as her   \\


[SERENADE IN E MINOR]
by linasworld


***



notes:
lama sekali, work ini terbengkalai :)
semoga masih ada yang menanti

thankyou for reading and support

SERENADE IN E MINOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang