1

470 55 1
                                    

(Name) rasa, pertemuannya dengan Orter kali ini...

Hari ini, (Name) akan bertemu dengan Orter. (Name) sebelumnya sudah pernah sih beberapa kali bertemu dengan Orter saat mengunjungi ayahnya di kantor biro sihir.

Ganteng sih ganteng ya. Tapi sewaktu (Name) berpas-pasan dengannya, akhlaknya rada-rada min. Padahal (Name) diem doang loh.

Flashback dulu ges

(Name) saat ini tengah tersesat.

Niatnya sih mau jalan-jalan, keliling-keliling. Karena ya, kapan lagi bisa dapet kesempatan masuk kantor biro sihir. Eh, tau-taunya malah nyasar entah kemana.

(Name) terus berjalan sambil liat kiri kanan, siapa tau ketemu pintu keluar.

Karena tidak melihat ke depan, (Name) jadinya nabrak punggung orang. Pas dilihat, eh, ada mas-mas ganteng berkacamata.

Name langsung minta maaf kepadanya. Tetapi, pria itu malah menatap (Name) sinis, "Jalan itu pake mata, kau tidak buta kan?"

'Tampang doang ganteng', batin (Name) menatap malas pria di hadapannya itu.

"Maaf ya, tapi dimana-mana orang normal itu jalan pakai kaki. Dan saya orang normal." kata (Name) memaksakan sebuah senyuman.

Merasa kesal dengan perkataan (Name), Orter menjawab, "Oh, kirain ga normal. Soalnya tampangmu kayak anak autis."

'Anak bngst' batin (Name) memaki-maki pria tersebut.

Dah, dah, jangan panjang-panjang flashbacknya. Ga selesai-selesai ntar.

Kini (Name) berada di depan pintu ruangan Orter. Ia lalu mengetuk pintu tersebut dan menunggu Orter untuk mempersilahkannya untuk masuk. Kalau asal masuk, Bisa-bisa mulutnya disumpalin pakai pasir sama si mata empat itu.

Mendengar Orter yang mempersilahkannya masuk, (Name) pun membuka pintu dan masuk ke ruangan Orter.

"Oh, kau." Orter menatapnya sejenak sebelum kembali menatap dokumen yang ada di tangannya.

"Selamat siang juga, Orter-sama." (Name) tersenyum kesal. Padahal kan Orter sendiri yang minta untuk ketemuan.

Orter lalu meletakkan dokumennya di meja dan berjalan menghampiri (Name), "Ayo." Orter mengulurkan tangannya untuk (Name) yang membuat (Name) menatapnya bingung.

"Kau tidak mau makan siang?" Orter menatapnya malas.

"Oh!" (Name) segera menerima tangan Orter. Dan keduanya berjalan keluar untuk makan siang berdua. Mau ngedate nih cuy.

Tidak seburuk yang sebelumnya...

Marriage Of Convenience || Orter MádlWhere stories live. Discover now