Chapter 1 | Pernikahan

7 2 0
                                    

Umji berdiri dihadapan pendeta dengan pria yang yang lebih tinggi darinya di samping. Beberapa menit lalu janji suci pernikahan selesai diucapkan dengan disaksikan para tamu undangan dan pendeta dihadapan Tuhan.

Sekilas Umji milirik pria disampingnya lewat ekor mata. Pria yang baru ditemuinya beberapa jam lalu di altar, yang saat ini sudah berganti status menjadi suaminya.

Pendeta mempersilakan kedua mempelai saling berhadapan untuk melanjutkan prosesi tukar tukar cincin.

Umji mendongak, memberanikan diri menatap suaminya. Pria berkulit putih pucat tanpa senyum, terbalut pakaian jas berwarna putih. Sangat tampan. Min Suga.

"Silakan," ucap pendeta mempersilakan.

Sebuah cincin disematkan pada jari manis Umji. Cincin berlian putih dengan ukiran disepanjang lingkarannya. Bergantian Umji juga memasangkan cincin pada Suga sebagai tanda pengikat hubungan mereka yang nyata.

Satu langkah Suga mengikis jarak diantara mereka semakin Umji bisa melihat tidak ada kehidupan di mata pria yang berstatus suaminya. Apa perjodohan ini juga begitu sulit baginya? Hingga mata itu terlihat tak bernyawa menatapnya.

Umji tanpa sadar meremas gaun pengantin nya, saat pelan namun pasti Suga mulai mendekat. Jaraknya hanya tinggal beberapa senti sebelum bibir mereka saling bertemu. Umji menutup matanya. Membiarkan yang lebih tua mengambil peran dan ciuman pertamanya.

Jantung Umji bergemuruh.

Benda kenyal dan basah itu menyentuh permukaan bibir Umji. Bibir Umji merapat.

Tidak ada pergerakan selama beberapa detik, hanya ciuman biasa, hingga kemudian berganti dengan lumatan pelan.

Umji semakin merapatkan pejaman matanya dengan degup jantung yang semakin tak karuan, kala bibir Suga mulai menuntut balas akan pergerakannya. Rasa manis mengeluar di setiap lumatan demi lumatan. Suga mencium bibir atas hingga bawah milik Umji bergantian.

Tamu serta keluarga yang datang menyaksikan ikrar itu bertepuk tangan melihat pasangan pengantin baru yang masih enggan menyudahi ciuman nya. Pendeta bahkan harus berdeham pelan untuk mengingatkan kedua nya bahwa mereka sedang di altar dan tidak sedang berdua.

"Ekhemm... Selamat kalian sudah resmi menjadi suami dan istri. Semoga hanya maut yang dapat memisahkan kalian."

Napas keduanya saling berlomba. Dua mata itu bertemu sebentar, sampai diputus sepihak oleh salah satunya. Suga membuang pandangan.

Pendeta mengakhiri prosesi sakral itu dengan ucapan selamat dan doa, disertai para tamu dan keluarga yang turut haru dan larut akan momen membahagian tersebut.

Acara kembali berjalan. Pesta diadakan di tempat yang sama dengan acara pemberkatan pernikahan. Semua keluarga besar kedua mempelai dan para sahabat serta tamu undangan menikmati pesta malam pernikahan keluarga Min tersebut.

Suga memisahkan diri dari Umji yang tengah dikelilingi keluarganya. Belum sehari namun gadis yang sudah berstatus istrinya itu berhasil memenangkan hati semua anggota keluarganya.

Diam-diam Suga memperhatikan Umji dari tempatnya. Gadis yang awalnya bermarga Kim itu kini menyandang marga Min dalam namanya, terlihat begitu polos dan sangat kecil di matanya. Umur Umji yang sembilan belas tahun membuat Suga membuang napas kasar mengingat jarak umur mereka.

"Hyung! Kenapa kau duduk disini sendirian? Kau membiarkan pengantinmu sendirian disana." Suara salah satu teman Suga membuyarkan pikiran pria itu.

"Aku tidak peduli," balas Suga acuh.

Pernikahan yang memang bukan keinginannya membuat Suga tidak terlalu peduli dengan acara ini maupun Umji, istrinya.

"Tapi aku melihat mu menikmati ciuman tadi di altar. Bohong sekali jika kau tidak peduli."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

T I M ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang