04 Fly High

15 2 31
                                    

"Oke Darling, kita akan belajar terbang."

Conner siap dengan landasan sederhana yang dia buat di balkon apartemen, mata birunya berkedip antusias sementara aku justru memandang tidak senang karena kegiatan rebahanku diganggu gugat oleh kehadirannya. Lagipula, kenapa harus malam hari?!

"Nggak dulu," sahutku cepat. Badanku sudah nyaman di sofa empuk yang baru diganti karena Conner pernah tidak sengaja menendang sofa lama kami keluar dari apartemen. Alasannya? dia baru berdebat dengan Lex bagaimana cara memakan bubur buatan Kak Resti. Dia tim bubur diaduk sementara Lex dikubu tidak diaduk. Sebagai tambahan informasi, Kak Resti tim memasak bubur sementara aku tim tidak suka bubur.

"Ayolah, Darling. Ini waktu yang tepat kamu belajar terbang."

Anak berusia empat tahun seperti diriku harusnya diajari cara membaca bukannya kelayapan saat malam.

"Dingin."

"Aku sudah tahu kamu akan mengeluh soal itu," dia tertawa arogan. Sekian detik kemudian berterimakasih lah kepada kecepatan supernya yang langsung membuat dia membawakan 12 set jaket bergaya punk yang sesuai seleranya. Duri-duri di pundak jaket berkilau memantulkan cahaya lampu.

Aku speechless.

"Ini semua jaket kesayanganku, pilih satu yang kamu suka."

Jaket kulit berduri, semuanya sama persis. Yah, aku sedikit yakin bila Conner nongkrong dengan teman-temannya yang lain dia akan dikatai tidak pernah ganti baju. Aku menyimulasikan adegan itu dengan dia yang terjatuh manja ke bahu Tim, lalu bergosip tentang Lex Luthor yang membencinya dan sulit dimintai uang. Padahal meh, uang sakunya saja lebih banyak daripada Kak Resti.

Dasar kangkung.

"Jadi mau pilih yang mana?"

Aku mengambil satu tanpa melihat kemudian memakainya dengan satu tarikan napas, jaket Conner agak kebesaran melihat perbedaan ukuran kami, terutama di bagian lengan yang membuat telapak tanganku sepenuhnya tenggelam. "Terimakasih."

"Wah keren. Darling harus jadi superhero dan dipanggil Wonder Little Girl atau Wonder Super Girl."

Penamaan aneh apa itu?

"Nggak mau."

Menjadi superhero berarti harus mempertaruhkan nyawa. Sebenarnya aku tidak keberatan, aku hanya malas buang-buang energi dan bercita-cita mencintai Jason seumur hidup. Maksudku, aku akan bertahan seumur hidup untuk melihat perkembangan Jason. Pokoknya aku mau menjadi fansnya seumur hidup!

"Ayo kita terbang," aku menarik tangan Conner mencoba mengalihkan pikirannya dari mempengaruhi diriku menjadi superhero sama seperti dia dan Kak Resti. "Tapi gendong."

Dia mengacak pelan rambutku, gemas.

Kami mulai terbang dengan Conner yang menggendongku ala tuan putri, dipikir-pikir aku harus mengenyahkan pikiran menjadikannya ojek online pribadiku. Nggak boleh begitu, aku harus ingat kalau ojek tidak bisa terbang.

"Seru kan?"

"Banget!"

Aku mulai menikmati udara malam di atas kota, di bawah kaki kami kota Metropolis hanya seperti sekumpulan kunang-kunang yang berkumpul menjadi satu. Terang tetapi hanya seperti bintik kecil. Siapa yang menduga jika kota itu akan ditinggali pahlawan super terhebat sepanjang masa, Superman.

"Pegangan yang erat."

"APA?!"

Aku tidak bisa mendengar jelas Conner, alih-alih melakukan perintahnya aku melepaskan pegangan tangan bertepatan dengan dia yang reflek menjatuhkan diriku dari ketinggian. Sesaat dia lupa akan kekuatannya, hanya panik di udara sehingga aku dengan tidak elegan jatuh ke laut lepas. Tersapu ombak dan sudah pasrah apabila bertemu Aquaman dan dinikahkan dengan setengah Dugong.

Keluarga BencanaWhere stories live. Discover now