Early You and I : Bagian Dua

49 5 2
                                    

BAGIAN DUA -- EARLY YOU AND I

Mulmed Foto Si Vanessa, ya

===

Arista menghentak-hentakkan kakiknya di lantai. Perasaannya sungguh kesal, kalau bukan karna senior gila yang tiba-tiba memintanya menjadi pacar itu mungkin mood Arista akan baik-baik saja. Arista melepaskan topi setengah bolanya dan nametag dari kardus yang tadi dipakai nya untuk masa Mos. Lalu merebahkan tubuhnya di sofa runag tamu.

Vannessa datang dari dapur dengan membawa mangkuk sereal, ia berjalan ke ruang tamu untuk mencari Arista, sepertinya ada yang salah dengan anak itu-pikirnya.

Vanessa meletakkan mangkuk sereal nya dimeja lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan Arista, "Kenapa Ta?" tanaynya. Arista hanya meliriknya tapi tidak mengindahkan pertanyaan Vanessa.

Vanessa mngedikkan bahunya lalu memasukkan sesendok sereal kedalam mulutnya, sambil terus memperhatikan gerak-gerik Arista yang aneh sejak pulang sekola tadi. "Kenapa sih?" tanya Vanessa lagi.

Brakk

"huaa!" Vanessa berteriak kaget karna Arista tiba-tiba menggebrak meja. Arista menatap sahabatnya itu dnegan bersalah, "Maaf gak sengaja, reflek. Bawaan Kesel" katanya. Vanessa megangguk mengiyakan, lalu kembali kepada makanannya.

Arista mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, dia memperhatikan Vanessa sebentar lalu bicara, "Lo tau gak! Si Danola senior gila itu nyuruh gue jadi pacaranya!"

"uhuuuk" Vanessa tersedak makanannya sendiri. Arista menyodorkan segelas air putih ke Vanessa dengan raut wajah bersalah, karna sudah dua kali dia menyebabkan Vanessa kaget.

"Da-Danola?" ulang Vanessa usai menghabiskan air putih yang diberikan Arista padanya tadi. Arista mengangguk mengiyakan, "Iya! Dasar gila tau gak? Dia tiba-tiba nyuruh gue gitu Nes" omel Arista. Vanessa melototkan kedua bola matanya. Sambil terus menggumamkan kalimat, "Serius lo?"

Arista menyandarkan badan lalu mengangguk, "iya gue serius Nes"

"Trus gimana? Lo sekarang udah pacaran sama dia?" tanya Vanessa sambil berjalan ke tempat cuci piring dan meletakkan mangkuk serealnya tadi. Arista berjalan membuntuti Vanessa dibelakangnya,

"Gue pergi aja" sahutnya singkat. Lalu membantu Vanessa mencuci piring.

Vanessa mengambil piring lalu menyabuninya, sejenka ia enolehkan keplanya ke arah Arista, "Tapi lo tadi disuruh kan? Berarti menurut gue itu gak berpengaruh apa-apa, karna itu perintah. Lo jawab atau langsung pergi fakta nya tetep lo pacarnya dia" ucap Vanessa. Arista menjentik-jentikkan tangannya yang penuh sabun, lalu menghadap Vanessa. Ai emnggigit bibir bawahnya, benar juga kata Vanessa, secara tidak langsung Danola itu memaksanya, jadi dia menolak atau menerimanay itu tidak berpengaruh apa-apa bagi Danola.

"Aiis, trus gimana dong ini? Gue gak mau kali pacaran sama dia! Waktu dia pidato dilapangan itu topeng banget Nes, dia aslinya nyeselin. Tukang komentar, gak terima keadaan, sok cool, sok ganteng, sok segala-galanya trus masih banyak lagi" ucap Arista mulai jengkel.

Vanessa mengangkat alisnya, juga menahan senyumnya, "Kok lo tau semua kejelekannya yang bahakan orang lain gak tau? Bahkan sampai tertipu kalau yang lo ucapin tadi bener? Kata orang ya, kalau kita tau segala sifat jelek seseoran yang orang lain gak tau, berarti jodoh" sahut Vanessa asal. Arista langsung meletakkan piring yang dibilanya kedalam keranjang, lalu menatap sahabatnya horor. Jangankan sampai berjodoh, bermimpi disentil kuku sama Danola aja dia ogah. Apalagi sampai jadi jodoh, pasti Vanessa masih percaya sama primbon-primbon itu-pikir Arista.

"Lo asal ngomong deh! Amit-amit gue sama dia. Lo jangan buat gue makin anu deh, kasih solusi kek. Gue gak mau pacaran sama dia Nes" Arista memohon pada Vanessa. Vanessa mengelapkan tangannya pada kain yang menggantung diatas tempt cuci piring lalu berjalan di mendahului Arista.

Early You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang