3. Please God, Make it Easy

3 0 0
                                    

"Jadi Belva, kamu minta membuatkan bekal 2 untuk siapa?" Pertanyaan yang diberikan oleh sang ayah yang sangat penasaran kepada anak sulungnya. Walaupun dia ini terkesan cuek, ia akan selalu memantau perkembangan anaknya. Takut anaknya salah pergaulan.

"Pacarnya aku, Daddy!" Seruan yang diberikan oleh Belva dengan senyuman yang mengembang diwajahnya, akan pertanyaan yang diberikan ayahnya ini.

Sementara Nindara, selaku adik dari Belva ini langsung mendelik, lalu tertawa ketika mendengar perkataan yang dikatakan kakaknya. "Pacarnya kamu? Emangnya ada yang mau sama orang lemot kayak kamu ini!" Ledeknya, akan ucapan sang kakak.

"Kakak, Nindara." Peringatan yang sellau sang ibu berikan kepada anak bungsunya, yang selalu memanggil kakak sulungnya ini tanpa embel-embel kakak.

Sedangkan Belva yang mendengarnya, ia pun langsung meleparkan sendok kearah adiknya itu untuk melampiaskan kekesalannya. "Apa sih! Aku itu pintar, gak lemot! Buktinya aku peringkat 1 disekolah! Gak kayak kamu!" Balasnya tak terima akan ejekan sang adik.

Sementara sang adik yang mendengar pembelaan sang kakak, ia langsung menganggukan kepalanya setuju akan ucapan sang kakak. "Iya, kamu ini memang pintar dibidang akademik! Tapi diluar itu semua? Antara polos sama begonya kamu itu beda tipis, atau bahkan menyatu." Balasnya, yang seakan tak perduli dengan peringatan ibunya, untuk memanggil kakaknya ini dengan sebutan kakak.

"Daddy!" Rengekan yang langsung ia berikan kepada ayahnya guna mendapat pembelaan dari sang ayah, akan ejekkan yang diberikan adiknya ini.

"Udah kenapa sih kalian ini. Nindara juga, kamu gak boleh kayak gitu ke kakak kamu." Lerai sang ibu, yang terus berusaha memisahkan perkelahian diantara kedua anak perempuannya ini

"Bagaimana hubungan kamu sama Charles?" Tanya sang ibu, mengenai hubungan anaknya dengan kekasih dari anaknya ini.

Baru saja ia ingin menjawab pertanyaan sang ibu, suara bel yang berbunyi pun menghentikan niatnya. Ia lebih memilih untuk bergegas membukakan pintu. "Mom, dad, aku berangkat duluan ya. Charles udah jemput! Bye Mommy, daddy dan Belva bodoh!" Pamitnya, lalu pergi tanpa menunggu jawaban keluarganya.

Sedangkan ia sendiri hanya bisa mengerucutkan mulutnya kesal, ketika ia melihat tingkah adiknya. Ia segera mempercepatkan makannya, lalu pamit kepada kedua orang tuanya.

Sedangkan sang ayah dan sang ibu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mereka berdua bingung. Apakah anaknya ini anak yang tertukar dirumah sakit? Kenapa sifat dan kelakuannya berbeda sekali dengan mereka berdua dan juga anak bungsunya yang terkenal receh, lawak, tukang ngegas, jahil dan masih banyak lagi.

"Kamu yakin kalau dia itu bukan anak yang tertukar? Udah tanya pihak rumah sakit kan?" Tanya sang suami yang entah keberapa kalinya ia menanyakan hal ini kepada istrinya.

Dan sang istri langsung menganggukan kepalanya. "Sudah, dia benar anak kita! Tapi, mengapa dia berbeda? Dia terlalu imut dan menggemaskan. Jadi, aku tidak bisa berlaku seenaknya kepada dia dibanding dengan anak bungsu kita." Balasnya, yang diangguki setuju oleh suaminya.
***

Saat ini Belva sudah sampai dikelasnya dengan senyuman mengembang. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan pria berkulit putih bernama Brian ini.

Ia langsung melangkahkan kakinya menuju ruang guru. Tapi yang ia dapatkan hanya berputar diarea sekolah. Sungguh! Sekolahnya sangat besar dan sangat sulit mencari ruang guru.

Ia mendengus nafasnya kasar seraya menghentakan kakinya kesal. Dan baru saja dirinya ingin melanjutkan pencariannya, ada seorang perempuan yang menghentikan niatnya. "Anak baru?" Tanya orang itu.

Ia langsung menautkan kedua alisnya, mengedarkan pandangannya dan 'Yemi' nama yang tertera di name tag perempuan itu.

Ia tersenyum sebelum menjawab. "Iya, kenapa ya?" Tanyanya, yang bingung akan pertanyaan yang dilontarkan wanita ini, yang menurutnya sangat retorik.

WILL BE MINE - YONGNIE/JENYONGWo Geschichten leben. Entdecke jetzt