12. Pelion

187 47 6
                                    


Gun terlarut dalam kesenangan. Ia menghabiskan waktu bersama Off tanpa diketahui banyak orang. Mendebarkan. Gun seperti memiliki ruang rahasianya sendiri, Pelion-nya sendiri, sebuah tempat menyenangkan dimana hanya ada Gun dan Achilles-nya.

Di kebanyakan waktu mereka membaca buku. Di waktu yang lain bermain permainan papan. Di waktu yang lain lagi hanya bercakap-cakap. Atau di waktu yang sangat jarang, Off tertidur dan Gun memandanginya hingga turut tertidur pula.

Ujian kenaikan semester sudah dekat. Mulai hari ini, Gun memutuskan untuk belajar lebih sungguh-sungguh.

Sedangkan Off masih bersikap seperti biasa. Membaca buku yang tidak berkaitan dengan pelajaran.

"Kamu ga belajar?"

Off tidak mengalihkan pandangan dari buku. "Kamu pikir aku lagi ngapain?"

Gun menautkan alis. Berpikir.

Benar juga. Membaca buku sama dengan membuka wawasan baru. Sama dengan belajar.

"Maksudku, kamu ga belajar buat ujian?"

"Belajar itu setiap hari, Gun. Bukan cuma buat ujian."

Ugh! Anak cerdas yang tidak peduli nilai memang berbeda.

Gun melanjutkan belajar mandirinya lagi.

Tiba-tiba, Off menutup buku yang ia baca.

"Aku pulang."

Gun terkejut. "Sekarang?" Sekarang baru pukul 3.30. Mereka biasanya pulang dari perpustakaan jam 5 sore.

Karena terlalu disibukkan belajar untuk persiapan ujian, Gun belum banyak memandangi Off hari ini.

Off mengemasi barang-barangnya yang berserakan di atas meja. Bajunya dikancing rapi. Kacamata dan sweater-nya kembali dipakai. Poninya dengan sengaja diturunkan menutupi dahi.

Off mengangguk. "Aku udah janji mau nemenin Mama belanja sore ini."

Gun ber-okay lesu. Bibirnya mencebik kecewa.

Off menangkap sendu di raut Gun. Ia tersenyum tipis.

"Mau telfonan nanti malem?"

Kedua mata Gun melebar. Mereka sudah saling menyimpan nomor kontak. Tetapi karena frekuensi pertemuan mereka teramat sering, mereka hanya sempat bertukar pesan beberapa kali. Bertukar cerita lewat telfon adalah hal yang belum pernah mereka lakukan.

Gun berdebar antusias. Ia mengangguk bersemangat.

"Mau banget!"

Off tersenyum lebih hangat melihat Gun sudah kembali ceria.

"Aku pulang dulu." Pamitnya.

─── ⋆⋅ ✦ ⋅⋆ ───

Gun kira, ia menjadi satu-satunya orang yang masih berada di sekolah. Nyatanya, di koridor deretan kantor guru, ia bertemu Miss Deluxe, guru musiknya, tengah membawa setumpuk dokumen di tangannya. Gun dengan  sigap menawarkan bantuan. Miss Deluxe dengan senang hati menerima bantuan Gun.

Gun berakhir menghabiskan sore di sekolah, menata arsip dokumen siswa yang bertumpuk-tumpuk. Gun tidak keberatan. Toh, kalau sekarang ia pulang, karena sudah terlalu sering bersama Off, ia merasa sedikit kesepian.

Setelah berjam-jam mengurutkan dokumen siswa berdasarkan huruf abjad dan menatanya di lemari kantor, akhirnya Gun sampai di dokumen terakhir. Walau belum selesai, Gun merasa sedikit lebih lega.

Gun memperhatikan dokumen di tangannya.

"Ini dokumen apa, Miss?"

Miss Deluxe, yang tengah tenggelam di antara tumpukan dokumennya sendiri, menatap map terakhir di tangan Gun. Map biru tua, dengan bertumpuk-tumpuk kertas-kertas di dalamnya.

My Achilles [OffGun]Where stories live. Discover now