Bukber lagi

156 18 4
                                    

Halooo!!
Masih menunggu book ini?
Maafin ya, jarang update
Maaf juga kalau kalian kecewa
Pengennya minimal bisa dapet 15 bab gitu
Tapi ternyata diriku harus mulai cosplay jadi emak" sekarang
Book ini cuma bakal sampai 10 bab aja
Jadi satu bab ini dan bab selanjutnya akan buna update beberapa hari lagi

Selamat membaca

💠

💠

💠

💠

💠

Siang hari di rumah para bujang, terlihat dua onggok manusia tengah terdampar di ruang tengah. Tak lama kemudian datang lagi dua tuyul yang ikut terbaring tak berdaya di atas karpet bulu, disusul suara dari kartun si gadis dan teman bonekanya yang mengisi keheningan di ruangan itu.

"Bosen, Ya Allah," keluh Jadid yang sedang berbaring tengkurap di atas sofa. Kepalanya ia tumpukan pada sandaran tangan sambil menatap lurus pada Huda yang sedang bersemedi. Posisi remaja itu benar-benar terlihat seperti seseorang yang sedang bertapa. Duduk di sofa single dengan kaki bersila. Kedua tangannya ia letakkan masing-masing di ujung lutut, dengan jari tangan kanan yang tak berhenti menekan tombol pada counter dzikir. Mulutnya komat-kamit dan kedua matanya terpejam.

"Bang, lo beneran dzikir 'kan? Jangan-jangan cuma 'wesewesewesewesewesewes' lagi?" tanya Jadid dengan satu alis terangkat. Huda membuka sebelah matanya, melirik Jadid. Jari telunjuknya ia letakkan di depan bibir sebagai isyarat agar Jadid diam.

Jadid mendengus kemudian beralih menatap TV yang sedang menayangkan kartun Rainbow Ruby. Ia menoleh ketika merasakan ada seseorang yang menggeser kakinya. Rupanya itu Jazil yang baru saja pulang entah darimana.

"Ngapain bang?" tanya Jadid dengan nada menggoda.

"Nggak," jawab Jazil singkat. Tatapan matanya lurus ke arah kartun yang di setel oleh si kembar. Jadid terkekeh diam-diam. Kakaknya ini lucu sekali, pikirnya.

Jazil melirik sekilas ke arah Huda yang masih khusyuk dengan dzikirnya. "Kesambet apa dek?"

"Lagi tobat. Semalam ngimpi di grepe janda boti kayaknya," celetuk Jadid dengan santainya.

"Adoh!!" Jadid memekik ketika sebuah bantal Sofa mengenai wajahnya. Pelakunya adalah Huda yang kini sedang menatap kesal ke arahnya.

"Enak aja ngomongnya. Gue aduin Bang Rezfan lo," ancam Huda.

"Cih, ngaduan. Yang abang lo atau gue sih sebenarnya?" Kesal Jadid sambil cemberut. Adu mulut pun terjadi di antara kedua bersaudara itu, meninggalkan ketiga saudaranya yang masih menyelami dengan khidmat kartun di depan mereka.

Adu mulut itu berhenti setelah teguran dari Rezfan terdengar. Pria yang berstatus sebagai pengajar itu terlihat menuruni tangga dengan pakaian santainya. Kaos putih dengan logo di sebelah kanan atas dan celana hitam selutut, memberikan kesan segar ditambah rambutnya yang masih terlihat basah.

"Ribut mulu. Kaya Jazil itu, nah. Nonton Rainbow Ruby sampe nggak kedip," Jazil yang namanya langsung di sebut seketika gelagapan. Ia berpaling ke samping dengan kondisi wajah dan telinga yang sudah memerah.

"Zil, bantuin gue," Rezfan menepuk pundak Jazil mengajaknya keluar.

"Kemana bang?" tanya Jazil seiring gerakannya yang beranjak dari sofa.

"Nyiapin sepeda buat ngabuburit nanti," jawab Rezfan yang sudah mencapai pintu keluar. Karena ucapan Rezfan, Jadid dan Huda ikut beranjak untuk memeriksa keadaan sepeda mereka. Si kembar Je-Ju pun tak mau ketinggalan. Mereka mengikuti langkah para kakaknya yang kini tengah berkumpul di garasi.

Ramadhan with Je-JuWhere stories live. Discover now