The rusuh geng

122 16 1
                                    

Selamat membaca

💠

💠

💠

💠

💠


"Alah abang~ Boleh dong~"

"Ayo dong abang~ sekali-kali~"

Rezfan hanya menghela nafas. Sudah sedari tadi si kembar merengek padanya. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang. Je-Ju yang pulang sekolah dan Rezfan yang pulang dari kegiatan mengajarnya. Dan selama itu pula si kembar beda warna rambut itu terus merayunya agar diperbolehkan ikut membangunkan sahur nanti malam.

"Dek, bentar dong. Abang lagi nyetir ini. Kalo nyungsep kan kita nggak jadi lebaran," tegur Rezfan saat dua bocil itu menggoyangkan kedua tangannya dari belakang.

Plak

"Abang ih. Jangan ngomong gitu, ucapan adalah do'a lho," dengan entengnya Jena melayangkan pukulan kecil pada bibir Rezfan.

"Ish sakit tau. Makanya kalian itu duduk yang anteng. Abang jawab kalo udah sampe rumah nanti. Sabar," mendengar nada kesal Rezfan, kedua bocil itu langsung duduk bak anak yang penurut.

Rezfan menghela nafas lega karena akhirnya bisa mengemudi dengan tenang. Tak terasa mobil telah memasuki pintu masuk komplek. Ketika melewati rumah Anang, mobil mendadak berhenti atas seruan Je-Ju.

"Abang stop!" Seru Je-Ju bersamaan.

Begitu mobil berhenti, Je-Ju langsung membuka pintu dan berlari menghampiri rumah bercat putih itu. Rezfan ikut serta mengikuti langkah kedua bungsunya.

Terlihat Anang yang sedang memasukkan koper ke dalam bagasi dan Gindra yang sedang berbicara pada Je-Ju.

"Gindra mau berangkat?" Tanya Jena.

"Iya Kak Jena, Kak Juna, Gindra sama ayah mau berangkat hari ini," jawab Gindra dengan nada sedih.

"Kok bentar doang pulangnya? Kenapa Gindra nggak tinggal disini aja?" Tanya Juna. Terlihat tidak rela teman barunya pergi.

"Ayah harus kuliah besok. Gindra juga nggak bisa disini, kasihan ayah kalo ditinggal. Nanti bisa-bisa ayah iri sama Baba, Papa, sama Papi," jelas Gindra. Penjelasan Gindra kontan membuat Jena dan Juna mengernyit heran.

"Gindra punya bapak berapa sih?" Tanya Jena bingung.

"Satu lah. Baba sama Papi itu bapaknya adik Gindra. Kalau Papa, bapaknya kakak Gindra," jelas Gindra yang semakin membuat si kembar bingung.

"Stop! Kepala Juna ngebul!" Seru Juna ketika Gindra hendak kembali menjelaskan. Gindra auto mingkem setelah mendengar larangan dari Juna.

"Mau berangkat lagi, Nang?" Tanya Rezfan.

"Iya, mas. Kemarin cuma izin buat nemenin Gindra ke sini. Besok juga mulai ada kelas lagi," jawab Anang.

"Lebaran Gindra pulang, kan?" Tanya Jena sedih.

"Pulang kok, kak. Kan rumah ayah disini juga," jawab Gindra sambil tersenyum.

Ketiga bocil itu saling berpelukan layaknya Teletubbies. Membuat kedua pemuda yang melihatnya terkekeh kecil.

"Kayaknya bakal ada acara kangen-kangenan nih. Boleh minta nomer WA nya mas?" Anang menyodorkan ponselnya pada Rezfan.

"Boleh," Rezfan mengambil ponsel dari Anang dan mengetikkan nomernya. Rezfan mengembalikan ponsel pada sang empu ketika nomernya telah tersimpan.

Ramadhan with Je-JuWhere stories live. Discover now