"Gue Gavin Laxamana, kita satu kelas di kelas terbuka. WELCOME IN THE STUPID CLASS...." ucapnya sedikit bangga.

Sialan, bagaimana bisa cowok itu bangga berada di kelas yang isinya hanya murid-murid bodoh.

Dengan ragu Samuel menerima jabatan tangan Gavin. "Samuel" ucapnya singkat. "Panggil aja El."

"Udah tau."

Samuel tak menanggapi, ia lantas duduk disalah satu bangku tepat di depan Gavin. Sekilas ia melirik kanan kiri menatap banyaknya murid kelas terbuka yang pandai ghibah. Urakan dan pengrusuh. Tidak peduli penampilan dan kurang disiplin. Semua itu telah melenceng dari 6 peraturan EIS ini. Satu lagi, bangku kosong di kelas!

"Itu bangkunya yang pojok kosong Gav, peraturan disini katanya nggak boleh ada yang kosong. Aneh," gumam Samuel sinis.

"Udah tau peraturan aneh ngapain lo repot-repot ngurusin bangku kosong? Kelas terbuka itu bebas El. Nikmatin aja."

"Dipecat jadi siswa EIS tau rasa lo sama Direktur."

"Gue pecat balik jadi petinggi sekolah lah. Gampang," Jawab Gavin songong. Tangannya itu sengaja mencoret-coret mejanya dengan tip-x. Membuat meja sekolah itu terlihat kotor.

Samuel yang melihat itu hanya terdiam heran. la sangat heran mengapa teman-teman kelasnya begitu terlihat antusias masuk kelas terbuka ini.

"Tuh yang punya bangku pojok baru dateng."

Samuel menoleh mengikuti arah pandang Gavin. Tidak bisa disangka, betapa terkejutnya ia melihat sosok gadis berambut sepunggung yang kata Gavin pemilik bangku pojok yang tadi kosong itu. Mau percaya atau tidak tapi Samuel memang melihatnya secara nyata. Mata dan leher gadis itu diperban dengan perban yang kusut. Belum lagi ada darah yang menetes merembes dari dalam perban itu.

Semua orang terdiam menatap sosok gadis dengan mata perban satu itu yang baru saja masuk menggendong tasnya.

"Nggak usah kaget kali El. Dari dulu emang gitu," celetuk Gavin berbisik kala menyadari raut muka Samuel yang keheranan.

"Kok Lo tau?"

"Katanya. Gue dapet bocoran sebelum masuk EIS, katanya dia angkatan tahun 2010 yang nggak naik kelas."

"Tapi itu matanya anjir, perban-"

"Udah hampir tujuh tahun perbannya ngga diganti." Sebelum Samuel menyelesaikan pertanyaannya, Gavin sudah terlebih dahulu memotongnya.

"Ngarang lo? nggak mungkin."

"Lo nggak kerasa tadi pas lewat aja bau banget," ujar Gavin jijik.

Samuel menatap sekelilingnya. Mereka semua saling berbisik-bisik tak jelas mengenai gadis yang duduk di pojok itu. Dilihatnya gadis itu tak bereaksi apapun, ia hanya diam menunduk. Samuel terus mengamatinya dengan rasa penasaran. Ia membaca name tag gadis itu.Daniela Aviliana,ejanya dalam hati.

Detik itu juga gadis bernama Daniela itu menoleh menatap mata Samuel yang baru saja menyebut namanya.

"Astagh-" Mata Samuel membulat sempurna. Dirinya seperti terkena laser tajam dari mata gadis itu yang tidak tertutupi perban. Sakit saat tatapannya bertemu, perih dikedua matanya. Belum lagi Samuel yang memang sedikit merinding dengan rupa Daniela. Mata dengan perban satu yang lusuh dan muka pucat layaknya seorang mayat.

"Kenapa lo?" tanya Gavin melihat reaksi Samuel.

"Gav, dia beneran manusia?" Samuel malah bertanya dengan bisikan gemetar.

Gavin yang dikasih pertanyaan malah berdecak malas. la berbalik menatap Daniela yang kini juga masih menatap Samuel. "Woi, lo manusia apa bukan?"

"Anjir, ngapain lo nanya langsung bego. Mikirlah anjir." umpat Samuel kesal.

"Ya katanya lo mau tau, daripada ngasih opini ya mending nanya langsung. Gimana sih."

"Nggak gini juga caranya, lo paham sama perasaannya dong Gav anjiiiiiir."

"Eh, gue tanya lo manusia apa bukan anjir! Muka lo kek beruk gitu, nggak usah nakut-nakutin kita semua ya. Gue pemberani paling setia. Kalo mau cosplay jadi hantu, mending di pasar malem aja sono. Laris!" ucap Gavin telak.

Lagi-lagi Samuel melotot kaget, bisa-bisanya Gavin mengatakan itu dengan enteng.

Namun, tak disangka Daniela malah berdiri dari bangkunya. la menyibak sedikit poni yang menutupi perban dimatanya. Hampir semua orang termasuk Samuel menganga tak percaya. Dibalik poninya itu cairan kental merah dengan bau anyir merembes keluar meresap dalam perban.

"Gue, masalalu Excelsior Internasional School," ucap Daniela. Suranya berat, serak-serak basah. Membuat siapapun yang mendengarnya itu merinding.

Denpasar, 6 Februari 2024

Anak Agung Ayu Ella

AB+Where stories live. Discover now