1

1 1 0
                                    

Dari dalam gang kecil yang gelap, Anara mendengar seseorang yang merintih dan meminta ampun, serta suara-suara gebukan dari sana.

Dengan langkah yakin Anara berjalan cepat menyusuri gang kecil tersebut.

Matanya terbelalak ketika melihat adegan pembulian yang biasa terjadi di film-film.

Di bawah tiang lampu jalan, dengan cahaya lampu yang remang-remang sebagai saksi bisu kegiatan para siswa biadap itu, Anara dapat melihat sekelompok siswa brandalan sedang memukuli siswa lemah lainnya.

Dengan cepat Anara mengambil kaleng kosong minuman soda yang tergeletak di jalanan dan melemparnya dengan keras ke arah salah satu pentolan siswa brandalan tersebut.

Suara keras yang ditimbulkan ketika kaleng soda itu ketika menabrak kepala pentolan siswa brandal membuat gang kecil itu jauh lebih bising.

Di susul suara kesakitan dari siswa brandal yang tadi terkena lemparan kaleng soda.

Sontak, bawahan si siswa brandal tersebut langsung melihat ke arah awal mula datangnya kaleng soda yang melayang. Sontak mata mereka semua menemukan Anara, seorang wanita dengan badan yang normal pada umumnya dengan tas sandang besar menatap mereka dengan berani.

"Hei! Jalang! Kau baru saja melempar kaleng ini pada bos kami?!"

Salah seorang dari mereka dengan cepat mendatangi Anara dan berteriak tepat di wajah Anara.

"Siapa yang kau panggil jalang, HAH?!"

Dengan kesal pria itu menarik kerah hoodie milik Anara dengan kasar.

"Berani sekali kau menyahuti perkataanku!! Kau mau mati?!"

"Hey," suara pentolan siswa brandalan tersebut akhirnya keluar. Membuat suasana gang itu menjadi hening tak tersisa.

Pria yang tadi ia tindas, melihat khawatir ke arah Anara.

Si pentolan berjalan pelan ke arah Anara dan bawahannya yang tadi sedang berseteru.

"Lepaskan dia," si Pentolan memberikan perintah kepada bawahannya untuk melepaskan kerah hoodie Anara.

Lalu bawahannya itu mundur perlahan memberikan ruang kepada si Pentolan. Begitu sampai tepat di depan Anara, si Pentolan mengelus wajah wajah Anara dengan lembut, namun dengan cepat langsung Anara tepis dengan kasar.

"Apa-apaan kau!" hentak Anara dengan suara tegas.

"Kau tau kau jelek?" tanya si Pentolan sembari memberi senyum mengejek.

Anara melihat pria itu dengan garang.

"Kau bisa mati di sini karena sudah menggangguku dengan kaleng soda. Tapi aku akan mengampunimu jika kau mau bermain malam ini dengan kami."

Pria itu mengikis jarak diantara mereka, dan tetap tersenyum miring ke arah Anara. Tangannya yang mengelus bahu Anara mulai turun perlahan.

"Satu malam untuk hidupmu agar lebih panjang. Wajahmu sangat buruk, namun yang di sini cukup besar."

Saat tangan si Pentolan hampir menyentuh miliknya, dengan cepat Anara mempelintir tangan pria itu dan membantingnya dengan sekali gerakan dengan kasar hingga suara hantaman tubuh ke jalanan aspal terasa menggemparkan suasana di gang sunyi itu.

Pria yang tadinya hendak melecehkan Anara sekarang berada di jalanan aspal dengan jeritan kesakitan saat menyadari engsel sikunya bergeser jauh dari tempat aslinya.

"SIALAN! JALANG SIALAN!"

"APA YANG KALIAN TUNGGU, BODOH! BUNUH WANITA INI! BUNUH DIA!"

Dengan ragu, para bawahan si Pentolan mulai maju menyerang Anara dengan ragu.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Mar 26 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

The True LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora