"Ughhhh..." Aliran darah mulai keluar dari bagian bawah Salsabila. Gadis itu merasakan aliran hangat mengalir keluar dari dalam tubuhnya.

Salsabila menatap nanar Thalia. "Tolong saya, Lady Nathalia. Saya mohon tolong selamatkan anak saya!" Pinta Salsabila di sela-sela ia menahan rasa sakit di perutnya. Peluh mulai membanjiri keningnya.

"Ayah! Ayo kita bawa dia ke RS!" Pinta Thalia. Duke Aaron hanya terdiam. "Kenapa Ayah diam?" Sambung Thalia.

"Tak banyak waktu, Nak!" Ujar Duke Aaron. "Kita membutuhkan waktu untuk perjalanan. Dan aku rasa, kita tak bisa melakukan banyak hal."

Hati Thalia mencelos—ia tahu seleksi alam pasti berlaku. Akan tetapi, hatinya tidak terima jika gugurnya janin akibat ulah tangan manusia serakah akan ilmu hitam. Darah semakin banyak, wajah Salsabila memucat.

"Panggil Tabib! Siapa pun, cepat panggil tabib ahli!" Serunya. Prajurit yang sedari tadi menatap segera terjingkat dan berlari mencari tabib. Situasi peperangan berubah seketika menjadi lebih mencekam—Thalia dalam mode beringasnya jika berhadapan dengan pasien.

Ratu Julie terkekeh, ia beranjak bangun perlahan. Tatapan tajam peruh dengan aura kegelapan menyelimuti sosok Ratu Julie. Dengan sekali ayunan tangan—Thalia, Ace beserta orang-orang di sekitarnya terhempas jauh dari Salsabila. Ace segera menolong istrinya yang terkulai akibat serangan sihir sang Ratu.

Thalia menatap Ratu Julie penuh dengan nafsu membunuh. Gadis itu seketika beranjak dan mengambil sebilah pedang. "Ace lindungi aku!" Pintanya membuat netra merah Ace membola.

Thalia berlari dan menyerang Ratu Julie, sesekali ia mendaratkan teknik bela dirinya. Ratu Julie kewalahan menghindari permainan berpedang Thalia—ia tahu kemahiran ponakannya dalam berpedang. Maka, Ratu Julie melontarkan sihirnya di kala ada celah.

Kepulan asap hitam bergerak cepat ke arah Thalia. Netra emas madu Thalia melebar, ia berusaha untuk menghindar.

Duarrrr

Ukiran patung yang terpajang hancur berkeping-keping. Ace berhasil menarik Thalia untuk menghindar. "Aku mohon jangan terlalu gegabah, Tha!" Ace mengingatkan Thalia dengan nada dinginnya.

Emosi Thalia yang sempat tersulut akhirnya meredam, ia kembali tenang. "Maafkan aku!"

Ratu Julie mendekati Salsabila, ia menggerakkan tangannya diatas perut bagian bawah Salsabila, seperti sedang mengeluarkan benda di dalam tubuh Salsabila secara paksa. Gadis bernetra abu-abu tersebut berteriak akibat rasa sakit menghujam tubuhnya. Hidupnya seperti di ujung tanduk. Darah semakin banyak mengalir keluar, memberikan corak yang sangat kentara di gaun biru lautnya.

Seringaian sang Ratu terukir, ia beralih dan berjongkok. Tangannya meraih tubuh bagian bawah Salsabila, kedua netra heterochromia-nya tak pernah mengedip—tatapannya penuh obsesi dan nafsu pada janin yang berusaha ia keluarkan.

"Arrghhh!" Salsabila semakin berteriak akibat rasa sakit yang menghujam dirinya. Terdengar pilu dan terdengar miris bagi siapapun yang mendengarnya. Ibarat sakit terbayang seperti seorang wanita yang melakukan praktik menggugurkan sang janin di tangan manusia atau akibat mengkonsumsi obat penggugur kandungan.

"Hentikan, paman!" Seru Thalia. Gadis itu ingin menghajar Ratu Julie—lagi. Tetapi, usahanya di cegah Ace yang ingin melindungi Thalia. "Menyingkirlah, Ace! Dia bisa tewas! Darahnya—darahnya begitu banyak!" Thalia frustasi.

Ace menggelengkan kepalanya. "Aku lebih mengutamakan keselamatanmu, Tha!"

"Tapi, Ratu Julie akan menggila jika mendapatkan janin itu." Ujarnya.

Ace menatap kedua netra milik Thalia yang penuh sarat permohonan. Ia menghela nafas panjang. Ace beralih menatap Ricard yang masih terdiam karena pengaruh sihir Ratu Julie. Dengan gerakan tangan, Ricard melayang dan jatuh terjerembab ke tanah. Perlahan ia sadar dari belenggu yang menguasainya.

Ricard mengerjap-ngerjapkan matanya. "Apa yang terjadi?" Tanyanya linglung.

"Tolong, Sakit!" Salsabila kembali berteriak. Sang Ratu hampir mengeluarkan janin di dalam jalan lahirnya.

Ricard tertegun, tubuhnya menegang mendengar jeritan pilu bersumber dari istrinya. Ia menatap Salsabila dalam kondisi pucat, berdarah, dan terkulai lemas di hadapan Ibunya. Ia segera mendekati mereka berdua. "Ibu! Apa yang ibu lakukan!" Ricard mendorong tubuh Ibunya hingga jatuh menyamping disaat ia berusaha mengeluarkan janinnya.

Ricard menatap nanar Salsabila yang sudah lemas dan berwajah pucat. Ia segera memeluknya. Ricard menyandarkan kepala Salsabila di pangkuannya. Rasa sakit bergejoka di dalam hatinya, ia tak mampu melihat istrinya dalam kondisi kacau, lemah, dan terlihat amat tak berdaya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Ricard tercekat.

Salsabila berusaha tersenyum, "Maafkan aku. Aku tidak bisa menjaganya." Ucap Salsabila dengan nada bergetar menahan kesakitan di tubuhnya. "Aku tidak bisa menjaga calon anak kita!" Sambungnya lagi.

Bulir bening mengalir di sudut mata Salsabila. Ricard mematung mendengar kata 'anak kita', ia baru mengetahui jika Salsabila hamil anaknya. "Lalu apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Ricard mulai di banjiri rasa khawatir karena darah yang keluar dari tubuh bagian bawah Salsabila.

Wanita itu menggeleng pelan, "Seseorang telah mengambilnya dariku. Maafkan aku tidak mampu menjaganya." Ucap Salsabila. Kedua netra abu-abunya menutup. Seketika tubuh Salsabila terkulai tanpa tenaga.

Ricard terdiam, sorot matanya menatap cemas Salsabila. Ia mencoba membangunkan Salsabila dengan menguncang-guncangkan tubuhnya. Salsabila tak merespon. Ricard menangis meraung melihat tubuh Salsabila tak bernyawa. Ia sadar sangat terlambat tentang situasi yang terjadi di sekitarnya hingga ia kehilangan wanita yang ia cintai.

Thalia memeluk Ace erat, ia terdiam mendengar tangisan pilu seorang pria kehilangan wanita yang sangat dia cintai. Ace mengelus lembut punggung Thalia berusaha menenangkan gadis itu.

Ace tahu, seberapa besar Thalia menyangkal bahwa dirinya sudah tidak menaruh hati pada Ricard. Akan tetapi, hati wanita mana yang tidak sakit kala melihat cinta pertamanya menangis frustasi karena kehilangan belahan jiwanya—meskipun itu bukanlah dirinya.

Thalia mengakui, hatinya benar-benar sakit saat melihat kondisi Ricard dan Salsabila tepat di depan matanya. Ia lebih memilih diam dan tak melihatnya, ia memeluk Ace erat, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Ace. Ia tak mampu menghadapi pemandangan pahit di depan matanya.

'Nathalia, apa benar kau sudah tak memiliki perasaan apapun pada Ricard? Lantas, kenapa hati ini terasa amat menyakitkan?' Batin Thalia bertanya. Thalia merasa bulir bening dan hangat mengalir dari sudut matanya—ia menangis.

🌹🌹🌹

Salsabila : "Maafkan Salsabila jika ada salah ya para pembaca. Selamat menunaikan ibadah puasa.. Semoga lancar semua..

Author : 😓😖

***

Dahh... Slow update lagi ya!!

Puasa, bingung ngatur update sama bikin ceritanya 🙏🏻🙏🏻

Takut ketinggalan Sahur, makanya waktu begadang Author hilangin jadinya semrawut bikin ceritanya..

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now