[3] third mint choco - starting things

49 5 12
                                    

Pintu cafe terbuka, lonceng mini di atasnya bergerak mengeluarkan suara yang refleks membuat semua kepala menoleh penasaran ke arah pintu.

Soobin, laki-laki itu baru saja datang dan langsung menyapa para pekerja yang terlihat sibuk di akhir pergantian shiftnya.

Salah satunya, ada Yeonjun disana.

"How was it?" tanya Soobin, sebagai sapaan untuk Yeonjun tanpa ekspektasi khusus.

"Lo lihat sendiri noh!" balas Yeonjun dengan ketus, tentunya tanpa menoleh sekalipun ke arah Soobin.

Mendengar jawaban itu, Soobin tertawa. Sebenarnya, dia tidak perlu bertanya, karena sudah jelas di depan matanya bahwa hampir semua bangku cafe terisi oleh pelanggan.

Alias cafe sedang ramai.

Setelah puas tertawa, Soobin memilih berjalan menuju ruang karyawan. Dia bersiap untuk mengganti pakaiannya menjadi seragam kerja.

Well, shiftnya akan segera dimulai, seperti biasa, yaitu sore hari.

"Kurang 15 menit," pekiknya setelah melihat jam melingkar di tangannya, lalu dengan cepat dia berbalik arah menuju pintu belakang.

Dia berniat mengurungkan rencananya untuk mengganti bajunya dan memutuskan untuk bersantai sebentar di halaman belakang cafe.

Tanpa langsung mencari tempat duduk, dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebatang rokok beserta koreknya.

Setelah menyalakan rokoknya, dia menghirupnya dengan nikmat, berusaha melepas beban yang dia rasakan dari bangun pagi hingga mulai bekerja sore ini.

"Makan apa ya gue sampai hari Senin?" gumamnya pelan.

Shit.

Dan Soobin hampir lupa dengan kenyataan bahwa 10 menit yang lalu uang di dompetnya tersisa 30 ribu, namun telah habis dengan sekejap hanya untuk membeli rokok di mini market ketika dalam perjalanan ke cafe.

That's right, sekarang dia benar-benar tak memiliki uang sepeser pun. Saldo e-wallet atau bank? Rp 0. Karena dia sudah mengirimkan uangnya ke ibunya semalam.

Dia benar-benar tak bohong dengan apa yang dia sampaikan saat mengobrol singkat dengan ibunya kemarin.

Kalau bicara soal peduli dengan dirinya sendiri mungkin tidak make sense. Atau harusnya dia melihat mana yang urgen dulu bukan? But see, dia malah menghabiskan sisa uang di dompetnya untuk membeli rokok.

Padahal sekarang bingung harus makan apa untuk 3 hari ke depan sebelum gajian.

Dia juga baru ingat hari ini belum makan apa-apa. Stupid as fuck.

"Makan mah gampang, tinggal makan sisa orang-orang deh," gumamnya lagi menepis segala rasa kekhawatirannya.

Apa yang dia sampaikan bukanlah rahasia umum lagi. Dia percaya diri dan menganggap itu sebagai bagian dari benefits bekerja di tempat makan.

Sometimes orang-orang datang hanya untuk mengobrol sampai lupa makan sepotong pun dari makanan yang mereka beli, dan ya, saat itulah dia bisa memanfaatkannya.

Menjijikkan? dia bahkan tidak pernah sekalipun memikirkan hal itu, cukup menerimanya dengan ucapan syukur dan memakannya saat tak ada orang yang melihatnya di belakang.

Atau mungkin dia hanya lupa dengan kenyataan tentang keadaan dirinya yang tidak pernah beruntung?

"Woy, gue cari lo kemana-mana anjir taunya disini."

Soobin menoleh ke arah suara yang memecahkan keheningannya. Dia melihat Yeonjun datang dengan membawa kantong plastik berwarna putih berukuran besar di tangannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Not Mint Choco, Please! | Arin ft. Choi SoobinWhere stories live. Discover now